Ajakannya

56 2 0
                                    

"Hooaaaamm!!"

Aku terbangun dari tidur malamku yang mungkin terasa sedikit waktuku untuk tertidur. Soal tadi malam karena aku menelepon Kak Adriell pukul 23.15 WIB. Sebenarnya aku tak perlu repot-repot perhatian untuk menanyakan keadaannya.

Aku lalu melihat ponsel dekat bantalku.

"Astaghfirullah"

Aku kaget karena panggilan telepon dari Kak Adriell belum terputus dari tadi malam.

"Apa semalem aku ketiduran sampe aku lupa matiin telponnya?" pikirku dalam hati.

Aku lalu mengangkat dan berbicara kepadanya lagi.

"Halooo,"

"........."

"Halooo, Kak,"

"........"

Saat panggilanku dihiraukannya, tiba-tiba saja ada suara yang muncul seperti suara Kak Adriell dan Michelle.

"Lo kenapa sih gangguin hidup gue mulu, pake ngejelek-jelekin dia dibelakang gue,"

"Lha terus kenapa? Kakak nggak suka gue ngejelek-jelekin dia, masalah gitu?"

"Ya masalahlah, lo tuh nggak tau apa-apa tentang dia, lo tuh baru kenal dan belum paham sifatnya, pahamm!!"

(Aku kaget mendengar suara Kak Adriell yang membentak Michelle)

"Iya kak, iya, gue minta maaf, gue nggak bakal ngata-ngatain cewek lo lagi,"

Deg...

Cewek?
Apa Kak Adriell sudah mempunyai pacar?

"Tau lah, gue males ngomong sama saudara kayak lo,"

Saat itu juga aku segera mematikan telponnya karena aku takut Kak Adriell tau kalo sebenarnya teleponnya belum tertutup.

Tiba-tiba saja, hatiku sakit mendengar Michelle yang mengatakan Kak Adriell sudah memiliki pacar.

"Nggak, aku nggak boleh lebay,masa kayak gitu ajah galau, ada Allah, Syila yang selalu melindungi Syila, ok. Bismillah,"

******

Saat aku sedang mengenakan sepatu di teras rumah...

"Berangkat bareng yuk,"

Aku pun segera menengadahkan wajahku untuk melihat siapa yang mengajakku tadi.

"Kak Adriell?" ucapku sedikit kaget.

"Kenapa? Tegang amat, tenang-tenang gue nggak gigit kok, gue udah jinak,"

"Karena lo," ucap Adriell dengan menekan kata LO.

"Ma..maksudnya apa kak?" aku sedikit bingung dengan nada bicaranya.

"Hahaha, lucu juga ya ekspresi lo, andai lo nggak pake jilbab udah gue acak-acak tuh rambut sampe kusut," sahut Adriell sedikit menggodanya.

"Kak Adriell apa-apaan sih, kok jadi berubah gini," ucapku memprotes ucapan Kak Adriell tadi.

"Ya kali gue serius ngomongnya, cuman canda kok, gue kan cowok sejati, nggak bakal gue menjatuhkan martabat seorang cewek, apalagi gadis kayak lo,"ucap Adriell dengan bijaknya.

"Emang kenapa denganku kak?" tanyaku penasaran.

"Gak papa, yuk berangkat bareng gue sama Michelle, boleh kan sama orang tua lo, kalo lo takut, gue yang minta izin ke orang tua lo gimana?" tanyanya untuk mendapat persetujuan dari Syila.

"Nggak usah kak, aku berangkat sendiri ajah," ucapku sedikit sopan untuk menolaknya.

"Lo harus berangkat bareng gue...,"

"Untuk seterusnya sampai gue lulus!" Ucap Adriell tegas.

"Lha kok Kak Adriell maksa?" Ucapku heran dengan sikapnya.

"Bodo, salah sendiri lo nolak rejeki, nggak baik itu namanya," ucapnya dengan tangan dilipat di dada.

"Tapikan nggak harus sampe Kak Adriell lulus," ucapku heran.

"Kalo mau debat ntaran ajah dah, ini udah siang, ntar malah kita telat, gue tunggu di mobil, nggak ada bantahan, lo harus berangkat bareng gue," ucapnya lalu pergi meninggalkan Syila yang sedang mematung memikirkan perkataan Kak Adriell.

Akhirnya mereka berangkat ke sekolah bersama-sama, walau didalam sana Syila lebih banyak diam daripada Michelle yang terus bercerita ria kepada Kak Adriell.

♥♥♥♡♡♥♥♥

Terima Kasih yang masih setia membaca dan ikut memberikan suaranyaaa🍃

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Puisi Arsy untuk AdriellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang