LBA 1

1M 42.1K 1.3K
                                    

Sayup-sayup suara kicauan burung terdengar mengusik ketenangan tidur laki-laki itu.

Kepalanya terasa berat.

Mungkin akibat pengaruh alkohol? Atau mungkin karena kabar mengerikan yang pernah ia dengar seumur hidupnya.

Kabar mengenai perempuan yang ia cintai sejak kecil, perempuan yang ia lindungi seperti adiknya sendiri, akan segera menikah dengan pria pilihannya sebentar lagi.

Kabar itu seharusnya bahagia. Seperti janjinya kalau dia akan bahagia jika Perempuan itu berhasil menemukan kebahagiaannya. Tapi ternyata tidak semudah itu.

Bahkan lima gelas alkohol yang di tegaknya tidak cukup membuatnya melupakan sesak itu.

Ingatan samar yang dapat otak cerdasnya cerna merasuk kedalam. Bayangan buram akan suasana klub malam yang padat, musik yang berdentam hebat, juga bayangan seorang wanita cantik yang duduk di sebelahnya dengan segelas Tequilla.

Minuman yang cocok untuk wanita secantiknya. Tapi apa yang wanita itu lakukan di klub ini sendirian dengan wajah muram, merupakan tanda tanya.

Laki-laki itu tidak cukup luang untuk mencampuri urusan wanita di sampingnya. Dirinya saja memiliki masalah dengan perasaannya sendiri.

"Kau sendirian?" Tanya wanita itu mendekati laki-laki di sebelahnya.

Laki-laki yang memang sedang tidak ingin diganggu atau mengganggu itu memilih mengabaikannya.

"Kau terlihat kacau. Biar kutebak, patah hati?" Wanita itu sudah menarik kursi duduk di sebelahnya tanpa undangan. Laki-laki itu masih bungkam dan menegak minuman kerasnya. "Aku juga... kekasih -ah, atau harus kusebut mantan kekasih? yang ku sayangi akan menikah dengan wanita yang dicintainya sebentar lagi."

"Tidak terdengar menyedihkan untukku." Laki-laki itu menyahut.

Wanita itu berdesis mendengar sahutan datar laki-laki itu. Dari mana yang tidak menyedihkan?

"Wanita itu hamil anaknya."

Ya, kini lebih terdengar mengenaskan. Laki-laki itu membatin. Ia seperti mendengar cerita mengenaskan dirinya dari bibir orang lain. Tapi bedanya, ia dan perempuan masa kecilnya bukan sepasang kekasih.

Laki-laki itu menanggapi ucapan wanita itu dengan menegak minumnya lagi.

"Hei..." panggil wanita itu lagi sambil menyentuh lengan laki-laki itu. "Tidur denganku malam ini."

Itu adalah hal terakhir yang laki-laki itu ingat mengenai kejadian semalam.

Tubuhnya saat ini terasa mati rasa seperti habis mengangkat beban berat semalaman kemarin. Ia mencoba meregangkan tubuhnya namun terpaku saat merasakan lengan kirinya tertahan sesuatu.

Matanya yang tadinya buram juga mendadak jelas dan menyadari kalau ia tidak sedang berada di dalam kamar tidurnya. Keringat dingin mulai menjalar di pori-pori tubuhnya saat merasakan dirinya akan berada dalam masalah, apalagi ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi semalam.

Saat terasa pergerakan di sebelahnya, ia menoleh dengan takut ke sisi kirinya.

Wanita cantik yang semalam sedang tertidur pulas dengan tubuh polos yang tertutup selimut hingga ke dadanya.

Pemandangan itu seperti menampar Laki-laki itu akan apa yang mungkin saja terjadi antara dirinya dan wanita di sebelahnya semalam.

Apalagi keadannya juga sama polosnya dengan wanita yang masih tertidur pulas itu.

Alexis Theodore Bramantyo, kau berada dalam masalah besar.

***

Derap langkah orang berlalu lalang, derit mesin fotokopi dan suara berbisik gosip ala ibu-ibu arisan sudah menjadi konsumsi harian Alexis setiap kali ia sampai di lantai 21 di Bramantyo Corporate.

Sapaan juga tatapan memuja dan kagum yang diarahkan kepadanya biasa akan dibalas dengan sapaan sopan oleh laki-laki berumur 22 tahun itu.

Setelah resmi bekerja full-time sejak lulus kuliah masternya setahun lalu yang menjadikannya lulusan termuda di keluarga, Alexis sudah dikenal sebagai atasan yang ramah, cekatan, inovatif, berkompeten, dan bertanggung jawab.

Juga Alexis dengan mudah masuk ke daftar laki-laki terpanas setiap tahunnya di mata pegawai-pegawai kantornya.

Tapi ada yang berbeda beberapa minggu belakangan ini.

Alexis datang dengan kantung mata mengerikan, juga wajah lelah yang sangat ketara meski dilihat dari kejauhan.

Para pegawai yang hendak menyapa, juga jadi tidak berani. Bahkan mereka juga tidak berani melintas di depan bos mereka itu.

Aura yang Alexis keluarkan saat ini begitu mematikan dan mengancam siapapun yang berani menyentuhnya.

Alexis tidak menyadari perubahan itu karena pikirannya hanya tertuju pada satu hal.

Ia bahkan tidak menyangka kalau pikirannya yang bercabang sebelum ini mendadak buntu dan terpaku pada satu masalah yang mungkin akan mengakibatkan masalah besar untuknya.

Selain keadaan wanita yang beberapa minggu lalu tidak sengaja tidur dengannya, dan Alexis meninggalkan wanita itu sendirian di kamar hotel akibat kebingungan luar biasa, baru sekarang Alexis memikirkan wanita itu lagi.

Bagaimana keadaannya setelah ia tinggalkan?

Sepenuh hati Alexis berdoa kalau kesalahan malam itu, tidak akan membuat masalah berarti untuknya. Ia bahkan berjanji untuk menjauhi Alkohol dan teman-temannya termasuk club malam untuk mencegah hal itu terulang lagi.

Ia tidak tahu bagaimana harus bertindak kalau malam itu ternyata akan menimbulkan masalah kepadanya. Bagaimana tidak? Ia bahkan tidak tahu siapa nama wanita yang dengan mudahnya mengajaknya tidur bersama itu.

Ini gila. Dirinya gila. Dunia ini gila!

Ia yakin keluarganya akan kecewa kalau sampai tahu apa yang ia perbuat. Bahkan keluarganya terutama ibunya, akan lebih kecewa kalau tahu Alexis telah kabur dari hal yang seharusnya ia pertanggung jawabkan meskipun ia tidak ingat sama sekali.

Alexis menunduk dan merebahkan kepalanya yang terasa berat ke atas meja. "Ah... bagaimana ini?" Gerutunya.

***

Mungkin dirinya salah.

Salah dalam banyak hal.

Salah akibat terlalu sibuk bekerja hingga mantan kekasihnya mencari lalu menghamili wanita lain.

Salah karena dia tidak meluangkan waktu sedikit lebih banyak untuk memperhatikan mantan kekasihnya itu, juga memberikan apa yang kekasihnya mau selain menolak setiap kali mantan kekasihnya mengajaknya bercumbu.

Salah karena menjadikan one night stand sebagai jalan keluar membalas rasa sakit hati yang ia rasakan atas pernikahan mantan kekasih bodohnya itu.

Ia mengira, kalau ia bekerja dengan keras, mengumpulkan gaji-gajinya setiap minggu, ia akan semakin cepat memetik kebahagiaan yang tertunda bersama mantan kekasihnya.

Ia mengira, dengan bekerja giat, mereka akan segera menikah.

Tapi ia salah.

Lagi-lagi ia salah.

Tidak ada pernikahan seperti yang dia bayangkan. Tidak ada kebahagiaan yang ia harapkan.

Bahkan ia salah mengira kalau mendengar kabar pernikahan mantan pacarnya yang tidak mengundangnya adalah sebuah kabar paling mengerikan seumur hidupnya.

Karena ternyata, ada yang lebih mengerikan lagi dibandingkan apapun dimuka bumi ini setelah ia melihat benda pipih di tangannya yang menunjukan dua garis merah menyala yang seakan lebih buruk dari pemberitahuan kabar kiamat baginya.

"A-a-aku hamil?"

***

Tbc

Sekian 😂😂😂😂

Love by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang