LBA 5

539K 35.6K 589
                                    

Apapun yang laki-laki ini kerjakan, pastilah menghasilkan uang yang banyak. Natalie membatin sambil menyantap steaknya dengan beringas. Coba di ingat-ingat kapan terakhir kali ia makan makanan sebergizi ini? Sudah lama sekali!

Natalie mulai mencatatakan poin-poinnya untuk mencari laki-laki pendampingnya kelak. Yang pasti harus bisa memberinya makanan bergizi seperti ini setiap hari agar anaknya bisa tumbuh sehat.

"Kalau kau masih lapar, pesan saja lagi." Alexis terkekeh geli melihat nafsu makan wanita di hadapannya.

"Bukan lapar, tapi aku hanya sedang menikmati makanan penuh protein ini," Jawab Natalie melirik kearah piring makanan Alexis yang belum tersentuh selain kentang goreng yang sudah habis disisi steaknya. "Kau tidak makan?"

Alexis ikut melihat ke arah piringnya dan menggeleng. Ia tidak berselera belakangan ini. Tapi ia tidak perlu mengatakan itu pada wanita di hadapannya. "Kau mau?"

"Dengan senang hati." Tanpa menunggu, Natalie sudah memindahkan isi steak di piring Alexis ke piringnya sendiri.

Alexis hanya bisa menatap takjub tanpa mengeluarkan suaranya lagi.

"Ah iya, lalu kalau kau bukan mafia, kau siapa?" Dengan mulutnya yang setengah terisi, Natalie memilih memulai pembicaraan daripada terus ditatapi oleh Alexis.

"Kenapa kau mengira aku mafia?" Tanya Alexis tidak menjawab pertanyaan Natalie.

"Karena wajahmu terlihat sangat serius. Apalagi setelanmu dengan pakaian serba hitam," kata Natalie sambil menunjuk kearah Alexis.

"Biar aku beritahu, Nona. Ini adalah pakaian kerjaku sehari-hari. Bukan hanya aku, tapi seluruh orang yang bekerja di kantoran juga memakai kemeja dan jas, Nona." Alexis bersedekap dan tubuhnya sedikit mencondong saat menatap wanita di hadapannya menyantap makan malam.

"Bukan pakaian serba hitam sepertimu. Aku malah mengira kalau aku sedang berada di pemakaman saat melihatmu," ucapnya tak acuh. "Kalau kau bukan mafia, lalu apa? Penjual organ dalam?"

"Apa kau tidak memiliki pemikiran lebih baik mengenaiku?" Protes Alexis. "Lagipula apa yang bisa kujual darimu? Melihat caramu makan saja bisa kutebak kalau kau kekurangan gizi."

Suara dentingan garpu dan pisau yang dihasilkan oleh sepasang alat makan yang Natalie letakkan di atas meja secara tiba-tiba itu membuat Alexis mengernyit.

"Maaf, Tuan Mafia. Hanya karena saya makan lahap, bukan berarti saya semenyedihkan itu tidak pernah menikmati makanan selezat ini," gerutu Natalie tajam. Meskipun 80% yang Laki-laki itu tebak adalah benar adanya, karena demi menyimpan duit yang kemudian dihabiskan cuma-cuma oleh mantannya, Natalie rela makan makanan sisa dari restoran, atau bahkan makanan instant yang murah. Tapi Natalie tidak mau membuat dirinya terlihat rendah dimata laki-laki menyebalkan itu. "Hanya saja, mubazir untuk menyia-nyiakan makanan seperti yang sedang anda lakukan tadi."

Alexis menahan senyumnya dan mengangguk menanggapi ocehan Natalie yang sudah kembali makan.

Wanita itu sebenarnya baik. Alexis juga merasa akan sangat mudah bagi orang-orang untuk akrab dengan wanita di hadapannya, tapi kenapa masih ada orang yang menyia-nyiakan wanita seunik ini?

"Kau mengatakan kalau kekasihmu -ah, Maksudku mantanmu- selingkuh?" Tanya Alexis tanpa bia ia tahan.

"Kapan aku mengatakannya?" Sebelah alis Natalie terangkat. Namun kemudian wajahnya memerah saat matanya bertemu dengan mata Alexis dan bayangan akan dirinya yang mengajak laki-laki itu tidur melintas. Natalie bergerak sambil mendorong menjauh piringnya yang masih setengah terisi dan sudah tidak lagi memunculkan nafsu makan padanya. "Aku sudah kenyang."

Love by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang