【Delapan】

172 8 0
                                    

Cerita part sebelumnya
Zivana memimpikan bagaimana ia bisa putus dengan Ryan, apa yang telah dilakukan oleh gadis bernama Tita terhadap hubungan mereka.

Cerita part sebelumnyaZivana memimpikan bagaimana ia bisa putus dengan Ryan, apa yang telah dilakukan oleh gadis bernama Tita terhadap hubungan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ryan ... maaf ... ternyata Zee nggak bisa lagi jalan sama Ryan." Ryan sangat terkejut ketika mendengar kata-kata Zivana malam itu ketika gadis itu mendatanginya di Kankei saat ia sedang istirahat.

"Apa maksudnya?" selidik Ryan.

"Zee udah nggak bisa lagi jalan sama Ryan," ulang Zivana lebih pelan.

"Ya apa maksudnya nggak bisa lagi jalan sama Ryan? Ada masalah apa sih?!" tuntut Ryan. Zivana terdiam cukup lama. "Zivana?"

"Ternyata Ryan memang nggak cocok buat Zee,"  ucap Zivana dengan suara serak. "Ryan dengan kehidupan Ryan yang bebas memang nggak cocok sama kehidupan Zee yang serba teratur. Zee ngerasa udah nggak bisa lagi bertahan sama semua keegoisan Ryan. Zee nggak mau lagi ngeberatin Ryan―"

"Apa maksudnya Zee nggak mau lagi ngeberatin Ryan?" potong Ryan agak tersinggung.

"Kemarin-kemarin Ryan bilang kan kalo Ryan ngerasa berat jalan sama Zee?  Ryan nggak perlu lagi mikirin Zee, nggak perlu lagi merasa diberatin sama Zee ... karena Zee bakal pergi dari kehidupan Ryan."

"Zee tau kan kenapa Ryan ngerasa berat jalan sama Zee?" tuntut Ryan.

"Tau. Zee sangat tau. Gara-gara keluarga Zee, kan? Tapi Yan ... Zee nggak bisa ninggalin keluarga Zee."

"Jadi Zee lebih milih keluarga Zee daripada Ryan? Jadi Zee ngerasa kalo Ryan nggak pantas diperjuangkan sama Zee di depan keluarga Zee?!" sentak Ryan ketus dan tidak berusaha menyembunyikan rasa sakit hatinya. Zivana mengangguk pelan dengan mata berkaca-kaca yang sayanganya tidak Ryan lihat.

"Jadi Zee memang butuh materi? Zee nggak bisa nerima Ryan hanya dengan rasa sayang yang Ryan punya?" tanya Ryan getir.

Sekali lagi Zivana mengangguk. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya dan berusaha mati-matian ia tahan.

"Berengsek!" Ryan pun pergi meninggalkan Zivana setelah memukul tembok di sampingnya. Ryan tidak tahu bahwa setelah ia pergi, Zivana menyandarkan dirinya ke tembok dan menangis pedih dalam diam.

※※※

"Berengsek! Kenapa inget sama kejadian itu lagi, sih?!" gerutu Ryan kesal sambil memukul meja komputer di depannya.

"Ryan! Subuh-subuh gini jangan berisik!" seru Sarah sambil melongokkan kepala ke kamar adik laki-lakinya itu.

"Maaf, Teh ...," ujar Ryan pelan.

Look At Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang