【Tiga Belas】

156 8 10
                                    

Cerita part sebelumnya
Sesampainya di Dufan, mereka bertemu dengan Aline, Ivy dan keluarga mereka masing-masing. Mereka pun memutuskan untuk bermain bersama.

 Mereka pun memutuskan untuk bermain bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei ... ada yang keberatan kalo kita pulangnya lewat Puncak?" tanya Zivana saat mereka memutuskan untuk pulang saat hari menjelang malam. Aline, Hans, Ivy dan Juan sudah pulang dari satu jam sebelumnya karena anak mereka sudah mulai rewel. Elki, Ryan, Raka, Ivan dan Doni saling berpandangan.

"Kenapa?" tanya Zivana bingung.

"Nggak salah, Zee? Sekarang malming, lho!" sahut Raka mengingatkan.

"Terus kenapa?" tanya Zivana tenang.

"Macet, Zee ... macet," timbrung Doni tidak sabar.

"Iya, aku tau ... terus kenapa? .... Oh! Kalian nggak bisa pulang malem-malem, ya? Ya udah, kita lewat tol aja lagi."

"Bukannya gitu, tapi ... kenapa kamu tiba-tiba pengen lewat Puncak yang notabene hari gini pasti macet banget?" tanya Ivan bingung. Zivana terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawab dengan disertai sorot mata yang sulit diartikan.

"Aku lagi pengen liat city light," jawabnya tenang. Yang lain langsung saling berpandangan dengan heran.

"Ya udah, kenapa enggak? Lagian besok kalian masuk malem, kan?" celetuk Tabita.

"Ya iya sih, tapi―"

"Heh! Cowok-cowok bego! Kalian pada nggak nyadar apa, ya?! Kita ini kan numpang mobilnya Zivana, jadi kita harus menghargai keinginannya dia, dong! Kalaupun Zivana mau ke Banten dulu baru pulang ke Bandung kan terserah dia!" cerocos Tabita kesal memotong kata-kata Elki. Zivana tertawa kecil mendengar pembelaan gadis itu.

"Nggak segitunya juga kali, Ta," ujar Zivana sambil tersenyum. "Kalo emang pada nggak mau lewat Puncak juga nggak apa-apa, kok ... aku nggak maksa," lanjutnya.

"Bita nggak apa-apa?" tanya Ryan ke Tabita.

"Emang kenapa?" balas Tabita bingung.

"Di kos Tabita ada jam malem, kan? Nanti kalo kita lewat Puncak, Bita pulang ke mana?" tanya Ryan khawatir. Zivana mengernyit kesakitan saat mendengar kalimat Ryan itu, tapi sayangnya tidak ada yang melihatnya.

"Iya juga, ya?" Tabita seolah baru tersadar.

"Ya udah, Tabita tidur di rumah aku aja. Ada kamar kosong, kok," tawar Zivana agar gerakannya saat memegang kepala tidak terlalu kentara.

Look At Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang