5

3.4K 182 12
                                    

Kehadiran Ben seketika membuat kelas yang tadinya sudah gak kondusif jadi semakin ricuh. Kebisingan di dominasi suara murid cewek yang bercicit histeris ketika Ben masuk. Ada yang mengangakan mulutnya lebar-lebar saking terpesonanya melihat Ben. Ada yang melambaikan tangannya sambil cengar-cengir.
Ben tersenyum kaku. Sebentar-sebentar melirik sera yang sedang cekikikan melihat tingkah-tingkah konyol teman sekelasnya. Dan ketika kepala Sera yang ada di sebelah kiri Ben mendongak dan mata Sera tertuju pada mata Ben, barulah Ben tersenyum lepas. Diarahkan kepalanya kembali pada posisi lurus. Ditatapnya puluhan murid yang berseragam putih abu-abu yang ada di depannya sekarang.

Ben bergeming agak lama, sampai akhirnya senggolan yang dilakukan Sera pada lengan kiri Ben membuat Ben terhenyak.

"Perkenalkan dirimu. Ayo!!" Kata Sera memerintah.
Ben tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Gak lama setelah itu, Ben mulai bersuara.

"Hai semua. Assalamualaikum." Sapa Ben mengawali perkenalan dirinya.

"Waalaikumsalam." Sahut semua murid serentak.

Sifa dan Nada sekarang duduk di kursi paling depan. Menduduki kursi Ana dan Sera. Sementara Sera sedang berdiri di depan dan Ana duduk di bangku Sifa.

Ben mendeskripsikan perihal dirinya selama beberapa menit. Lalu setelah itu, dia berjalan ke arah barisan bangku untuk mencari tempat duduk. Hingga saat seseorang melambaikan tangannya pada Ben, Ben baru berhenti melangkah dan menempati kursi kosong di sebelah orang yang  melambai tadi.

"Ben." Ucap Ben kembali memperkenalkan dirinya.

"Oh, ok. Gue Johan." Ucap Johan memperkenalkan diri juga.

Gak lama Ben duduk, guru pergantian les masuk dan berhasil mendiamkan semua anak yang tadi berisik. Kelas yang tadinya seperti pasar sekarang tentram dan damai seperti kuburan.

*****

Penyakit mingguan. Kalau tadi les pertama semua anak IPA 3 dibuat sibuk dengan pr matematika dari bu Ridha, sekarang pada les ke dua mereka semua harus kembali mengulangi kesibukan yang malah lebih parah. Sialnya, pak Hari yang mengajar pelajaran fisika tidak memberitahu sebelumnya bahwa hari ini akan ada ulangan mingguan.

Fuiihh... belum juga lelah habis mikir -nyontek pr matematika lebih tepatnya, sekarang malah otak mereka dipaksa berfikir keras untuk dua les kedepan yang akan dihadapkan oleh soal-soal fisika yang demi apapun dijamin mengerikan.

Pak Hari tidak pernah memberikan waktu untuk siapapun membaca buku sebelum ulangan mingguan ini dimulai. Tas dan semua perlengkapan sekolah tidak ada yang di perbolehkan ada di laci meja. Semua barang-barang itu di letakkan di depan kelas dan ditumpuk menjadi satu seperti tumpukan sampah.

Pak Hari tidak membagi ujian ini menjadi dua gelombang. Ia tetap membiarkan semua murid berada di kelas. Bukan berarti mereka mendapat soal yang sama. Tiap dua orang yang duduk sebangku mendapat dua soal berbeda. Jadi, kesempatan untuk mencontek satu sama lain sangat minim sekali.

"Pak, pak. Tapi hari ini ada anak baru loh. Dia kan belum ngerti sama pelajaran kita. Jadi kayaknya ulangannya di undur aja pak. Besok mungkin?" Roji yang mengeluarkan pendapatnya itu sontak membuat anak-anak yang lain menyeruakan persetujuan mereka. Ben mungkin bisa menolong untuk diundurnya ulangan fisika hari ini.

Pak Hari tidak merasa terganggu dan rencana ulangan hari ini tidak ia batalkan sama sekali.
"Terkhusus untuk anak baru itu, dia saya bebaskan dari ulangan. Hanya dia. Sementara kalian semua... tetap ulangan seperti perintah saya di awal tadi." Ucap pak Hari yang menekan tiap kata yang dia ucapkan.

Nyaris seluruh anak menghela napas panjang. Dan satu per satu dari mereka mulai bergerak ke depan untuk memindahkan tas dan semua buku ke depan kelas.

High School Diary [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang