24

1.9K 112 1
                                    

"Buset!!! Tinggal 4 bulan lagi ya UN??" Sifa memekik di bangkunya dengan mata melotot. Ia sedang menatap kalender di ponselnya dan menghitung berapa lama lagi sisa waktu yang dimiliki anak-anak kelas 12 untuk mempersiapkan diri dalam melaksanakan Ujian Nasional.

Sebagai ujian yang paling menentukan kelulusan, tentu saja ujian itu membuat semua anak kelas 12 jadi harap-harap cemas.

Mid semester sudah berlalu. Dan ini sudah masuk ke minggu pertama bulan November. Satu bulan sudah berlalu sejak ujian tengah semester itu berlangsung. Les tambahan pun sudah semakin membosankan. Tahu kenapa?? Karena yang mereka hadapi saat les tambahan selalu membahas soal-soal UN tahun-tahun sebelumnya. Kalau untuk mata pelajaran non-eksak sih, tidak terlalu menguras pikiran. Mata pelajaran eksaklah yang membuat kepala nyut-nyutan dan keliyengan.

Belum lagi, saat ini!! Di jam 4 sore dan bu Ida memberikan soal tentang perkawinan silang trihibrid yang membuat kepala Sifa sukses berdenyut saking tidak mengertinya ia mengerjakan soal itu. Jadinya, karena ia sudah tidak sanggup melihat soal itu, ia pun mengalihkan tatapannya ke layar ponselnya.

"Tinggal 120 hari lagi kita jadi anak SMA." Kata Sifa. Roji yang duduknya di bangku paling ujung barisan, tahu-tahu sudah duduk di belakang Sifa dan menyahuti ucapan anak itu, "Itu pun kalau lulus," katanya.

"Heisshh...gue sih jamin pasti lulus meski nilai pas-pasan. Nah kalau lo, itu yang disangsikan,"

"Anjrit, lo!!" Omel Roji. Sifa jadi terkekeh.

"Iya juga sih. Tapi gak apalah, setahun lagi disini gak terlalu buruk juga, kok," sambung Roji lagi. Sifa tentu saja jadi melongo dan menggelengkan kepala tidak mengerti.

****

"Heisshh," Sifa mendesis dengan mata melotot ke arah Ervan. Mereka  sedang duduk di halaman belakang sekolah. Begitu bel istirahat tadi berdering panjang, Ervan langsung bergegas ke kelas Sifa. Menarik gadis itu keluar kelas dan membawanya ke tempat ini. Berdua!! Dan tanpa siapa-siapa. Halaman belakang sekolah adalah tempat paling aman untuk menyepi dan menyendiri. Juga cocok untuk dijadikan tempat berdua-duan.

Sifa mendesis karena Ervan menatap Sifa sambil nyengir lebar. Sifa jadi merasa di ledeki. Maka dari itu dia jadi marah.

"Ada masalah??" Tanya Ervan kemudian.

Awalnya, Sifa mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan pertanyaan itu. Masalah apa maksudnya?? Setelah beberapa menit terdiam dan berpikir, Sifa akhirnya menjentikkan jarinya dan memekik, " Ada!!" Sahutnya cepat.

"Apa??" Tanya Ervan.

"Gue kemaren ketemu Nadia. Lo tahu?? Mantan cewek lo itu ngatain gue gak lebih baik dari dia. Ngeselin banget tau!! Pakek ngatain gue gak pandai dandan, lagi. Untung aja gak gue bogem tuh anak." Racau Sifa penuh emosi. Matanya sampai berbinar-binar saking semangatnya ia bercerita.

"Ohh, dia. Terus??"

"Ya gue marahlah. Lagian lo juga sih, pakek acara ngenalin gue ke dia sebagai pacar lo. Udah gitu anak-anak yang lain juga udah pada tahu, pula."

"Baguslah,"

"HEH!!??" Jerit Sifa.

Ervan hanya tersenyum simpul. Ditatapnya Sifa dengan senyum simpul yang masih melekat di bibirnya. Membuat Sifa kontan kesusahan menelan air liurnya. "Gue seneng banyak yang nganggep lo pacar gue."

"Ntar kalau ada cowok yang naksir gue gimana?? Mereka mundur dong karena tahu gue ceweknya lo,"

"Itu lebih bagus lagi."

Sifa makin mendelik. "Bagus lo bilang??" Protesnya.

Ervan mengangguk mantap. Seakan apa yang ia ucapkan adalah sesuatu yang paling benar.

High School Diary [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang