12

2.3K 94 1
                                    

Tidak ada yang pernah menyangka bahwa waktu membuat segalanya benar-benar berubah. Membuat perasaan yang awalnya hanya biasa-biasa saja, yang kemudian mulai tumbuh jadi gak lagi biasa hingga membuat rasa itu justru tumbuh menjadi rasa yang luar biasa.

Tidak ada yang menyadarinya!!!

"Buat lo," Nada mendongak seketika begitu Fero berkata-kata. Cowok itu sedang berdiri dihadapan Nada yang sedang duduk di salah satu kursi penonton lapangan basket dengan sebelah tangan terulur ke depan. Nada mengernyit beberapa saat, sebelum akhirnya Fero berdehem dan menyadarkan Nada.

"Popcorn??" Gumam Nada.

Fero mengangguk dan tersenyum. Kedua alisnya naik tanpa sekalipun mengalihkan pandangan dari Nada.

"Sengaja gue taruhin cokelat diatasnya. Omong-omong, ini buatan gue, lho," aku Fero. Ia bergeser hingga akhirnya menjatuhkan diri di samping Nada.

"Kenapa?" Tanya Nada. Masih sarat akan rasa bingung.

Gantian Fero yang mengernyit bingung. "Apanya?"

"Kenapa popcorn??"

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan popcorn pemberian Fero itu. Sejujurnya, Nada menyukai cemilan itu. Apalagi kalau ia sedang nonton film di dalam kamar dengan laptopnya. Satu-satunya cemilan yang selalu menjadi teman Nada adalah popcorn itu.

"Karena lo suka," seru Fero kemudian.

"Darimana lo tahu?"

Fero tersenyum. Sangat lebar hingga memunculkan deretan gigi-giginya yang rapi dan bersih.

"Ada sesuatu yang ngebuat gue mencari tahu semua kesukaan lo. Sesuatu yang gue sendiri gak bisa mendefenisikannya. Lo tau, gak? Dari sekian banyak cewek yang gue deketin, cuma lo yang sampek sekarang gak pernah mau ngirimin gue pesan lebih dulu. Gak pernah mau ngabarin gue kalau gak gue yang nanya kabar lo duluan."

Nada tersenyum kikuk. Dia memang begitu! Tidak mau mengirim pesan terlebih dulu apalagi sama seorang cowok. Kecuali benar-benar penting.

"Tapi anehnya, gue malah ngerasa meskipun lo gak pernah mau nge-sms gue duluan, gue yakin kalau lo nunggu kabar dari gue."

Nada tertawa geli. Hingga akhirnya jadi terbahak-bahak.

"Kok ketawa sih?"

"Lo emang ditakdirin Tuhan untuk jadi orang super pede atau gimana sih?" Tandas Nada. Masih tertawa.

"Gue rasa Tuhan bukan nakdirin gue untuk jadi orang kayak gitu," sela Fero kemudian.

"Terus apaan?"

"Gue itu ditakdirin Tuhan untuk jadi pelindung lo," jelas Fero santai.

Nada malah terdiam kemudian. Anak ini!!!! Setengah mati Nada merutuki pertanyaannya barusan. Kalau tahu Fero akan menjawab dengan jawaban seperti itu, lebih baik ia tak usah bertanya tadi.

"Popcorn buatan gue enakkan?"

Nada hanya bisa mengangguk. Tidak sepenuhnya berbohong, karena popcorn dengan lelehan cokelat diatasnya buatan cowok disebelah Nada ini memang benar-benar enak.

"Lo pinter masak, ya?"

"Enggak,"

"Terus kok bisa buat ini?" Nada menaikkan bungkusan popcorn nya ke atas. Fero tersenyum kikik, dengan tangan yang mengelus-elus tengkuk leher.

"Gue belajar buat itu sejak beberapa hari yang lalu. Setelah beberapa kali gagal, akhirnya gue berhasil juga. Dan yang sekarang ada sama lo itu yang pertama kali berhasil."

High School Diary [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang