16

2K 87 1
                                    

Hujan turun rintik-rintik ketika jam olahraga kelas 12 IPA 3 sedang berlangsung. Materi bola Volly yang seharusnya mereka praktekkan, batal karena lapangan volly berada di lapangan outdoor. Guru olahraga mereka akhirnya memberikan kebebasan pada semua murid IPA 3 untuk memilih bermain permainan bola lain selain Volly.

Beberapa anak ada yang memilih lari ke lapangan tenis meja dan menyibukkan diri disana. Beberapa lagi malah minggat ke aula entah untuk melakukan apa. Sebagian memilih masuk ke kelas lagi tanpa mengindahkan instruksi sang guru olahraga. Dan sisanya, memilih masuk ke lapangan basket indoor dan bergabung bersama anak kelas 11 yang juga sedang olahraga.

Sera, Sifa dan Nada memilih ikut dengan anak-anak yang memilih bermain basket. Mereka bertiga mendaratkan pantat masing-masing pada tiga bangku penonton. Menjatuhkan fokus pandang pada anak-anak cowok yang sibuk mendrible bola. Mengopernya pada teman satu tim sebelum akhirnya menshoot bola bundar merah itu ke dalam ring.

Ada banyak anak cewek juga yang ikut duduk di bangku penonton seperti Nada, Sera dan juga Sifa. Mereka bahkan saling bersorak-sorak gembira ketika bola yang di shoot oleh murid cowok yang mungkin teman sekelas mereka masuk ke dalam ring di area 3 point.

"Gue rasa hari-hari belakangan ini jadi makin berat," keluh Sifa tiba-tiba. Membuat dua cewek disampingnya menolehkan kepalanya untuk menatapnya secara bersamaan. "Selain jam belajar yang ditambah, gue juga ngerasa waktu gue sama lo berdua itu makin berkurang. Kita udah jarang banget ngumpul-ngumpul," tambah Sifa lagi. Di liriknya Nada dan Sera bergantian.

"Iya sih," Sera mengangguk setuju. Terakhir kali mereka ngumpul itu sewaktu malam minggu dirumah Sera. Itu juga tidak banyak hal yang mereka ceritakan. Semua sibuk main gadget masing-masing.

"Gue malah takut kalau kita bakalan susah ketemu pas udah sama-sama kuliah," kali ini, Nada yang mulai menimpali. Dipepetkannya pantatnya mendekat ke Sifa lalu ia ulurkan sebelah tangannya hingga bisa menyentuh bahu Sera yang berada di sebelah kiri Sifa. "Kita pasti bakalan punya kehidupan lain lagi pas kuliah nanti. Punya temen baru, suasana baru dan..." kata-kata itu langsung terputus oleh ucapan Sera.

"Mau apa pun keadaannya, kita gak boleh lost contact. Oke??? Kita udah bareng-bareng terus selama tiga tahun. Jadi, apapun ceritanya, kita harus tetap ngeluangin waktu untuk bisa kumpul bareng," Sera menatap lekat kedua pasang mata sahabatnya itu. Ada sesuatu yang terpancar disana. Sesuatu yang bahkan terlalu sulit untuk diungkapkam melalui kata-kata.

*****

Nada menatap selembar kertas berwarna biru yang tertempel dimading sekolah dengan tatapan datar tanpa ekspresi. Ia yang keluar dari toilet itu mendadak ingin sekali mengecek isi mading yang sama sekali tidak pernah diperhatikannya. Nada lebih suka memperhatikam deretan buku di perpus daripada kertas-kertas yang tertempel dimading sekolah. Setelah membaca satu kertas yang berwarna mencolok disana, ia pun bergeming cukup lama.

Kertas yang bertanda tangan kepala sekolah itu memberitahukan bahwa ujian nasional yang sebentar lagi akan dialami oleh seluruh anak kelas 12 itu membuat jantungnya tiba-tiba terasa mencelos. Tidak ada yang bisa membunuh waktu untuk menghentikan semua keadaan sampai disini.

Waktu yang tidak terasa itu juga nantinya akan mengubur masa-masa indahnya di SMA. Membuat masa-masa indah itu hanya sebagai kenangan saja.

Dada Nada terasa sakit ketika membayangkan perpisahan yang mau tak mau pasti akan ia alami juga nantinya.

Dengan gerakan cepat, ia menyusuri koridor kosong menuju kelasnya dengan berlari-lari kecil. Air mukanya berubah bahkan sampai ia tiba di depan kelasnya. Kelasnya yang semula kacau dan ingar bingar dengan keributan di semua sudut kelas, mendadak jadi senyap kala Nada masuk dan berdiri di depan kelas dengan tatapan tanpa ekspresi.

High School Diary [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang