10

2.8K 115 13
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sera masih mondar-mandir kayak setrikaan di depan jendela kamarnya. Tadi Ben baru saja mengiriminya pesan. Yang isinya membuat darah Sera berdesir cukup hebat. Dadanya malah sudah berdegup gak karuan.

Begitu makan malam selesai, Sera buru-buru baik ke kamarnya. Mama tentu saja mengerutkan kening waktu Sera mengambil langkah cepat-cepat. Minumnya juga ekstra cepat. Untung gak kesedak.

"Mau ngerjain tugas, Ma. Besok di kumpulin. Banyak lagi tugasnya. Sera harus kebut nih." Begitu katanya.

Sampai di kamar, bukannya membuka buku atau apa saja yang berhubungan dengan sekolah, Sera malah mondar-mandir di depan jendela. Sampai sekarang ini. Sampai jam menunjukkan pukul 9. Makan malam bahkan sudah selesai sejak setengah jam yang lalu.

'Besok temenin aku temenin Andros ya, Ser. Kita pergi pagi-pagi ke sekolah. Kamu aku jemput.'

Begitu. Ya, cuma begitu isinya. Hanya saja, Andros... Sera benar-benar gak tahu harus bersikap seperti apa. Karena kalau sudah di hadapan cowok itu, Sera gak bisa bersikap sok cuek. Kalau diam, tubuhnya malah bergetar gak karuan. Kalau ngomong, Sera jamin yang keluar malah omongan-omongan yang ngelantur.

Meski sudah mau 5 tahun, tapi perasaan Sera pada Andros masih sama. Kadarnya masih tetap sebesar yang dulu. Meski wajah imut Andros sudah sedikit berubah, tapi yang namanya perasaan, gak bisa berubah juga meski Sera sudah berusaha.

Andros anaknya terlalu cuek. Cuek sekali apalagi sama cewek. Pernah malah, saking cueknya Andros itu, Sera sampai gak berani ngomong sama tuh anak. Padahal mereka waktu itu sedang berdiri berhadap-hadapan di depan koperasi.

Tapi, entah semenjak kapan persisnya, Andros sedikit-sedikit sudah menunjukkan sikap bersahabatnya pada Sera. Dan hal yang tidak akan pernah Sera lupakan adalah saat Andros mengantarnya ke kantor guru.

"Ben mau ngapain sih nemuin Andros pagi-pagi? Kayak gak ada waktu pas istirahat aja." Gerutu Sera sebal, plus grogi.

Sebentar-sebentar Sera melirik ke arah luar jendela. Dibawah sana, biasanya ada banyak anak lajang tanggung yang bermain gitar. Suaranya juga sering menelusup masuk ke kamar Sera. Kalau sedang tidak ingin mendengar suara genjrengan gitar yang terkadang sumbang, Sera memaki si gitaris. Makian yang tentu aja gak bakalan kedengaran sampai bawah sana.

Untuk sedikit menghilangkan rasa panik, Sera mengirim chat pada Nada lewat WA. Sekedar mengungkapkan perasaan kacau dan sedikit curhatan pada Nada. Hingga setelah bermenit-menit berlalu, Sera menguap dan tertidur pulas di atas kasurnya. Pop up chat masuk dari Nada yang membuat layar hpnya berkedip, tidak dihiraukan Sera. Anak ini benar-benar terlelap tanpa sempat mengucapkan selamat malam.

****

Paginya, Sera berdiri di depan pintu pagar rumahnya dengan tatapan cemas. Sebentar lagi Ben akan tiba. Menurut pesan yang tadi mendarat di ponselnya, Ben akan tiba 10 menit lagi.

Ini masih jam 6.00. Tapi Sera sudah ready dengan seragam sekolah yang rapi. Rambut dikuncir satu, dasi abu-abu yang tertempel rapi, dan rok selutut yang di gosok sampai licin.

Mama sempat kaget melihat Sera yang sudah sangat rapi. Anak itu juga sarapan duluan. Gak nunggu papa dan Rere, adiknya. Sewaktu ditanya alasan kenapa Sera sudah rapi begitu, dianya malah cengar-cengir tanpa mengatakan apa-apa. Mama jadi mengerutkan keningnya. Kening wanita itu jadi keriting.

"Jemputannya udah mau sampek nih, Ma. Sera berangkat dulu, ya. Assalamualaikum." Pamit Sera pada Mama. Sera menyalami mama dan mengecup kedua pipi wanita itu, lalu melenggangkan kakinya keluar rumah.

Ben datang 3 menit lebih cepat. Sera menengok jam tangannya begitu motor Ben menepi di luar pagar.

"3 menit lebih cepat. Kamu ngebut ya?"

High School Diary [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang