4

3.8K 111 7
                                    

Gak seperti hari-hari kemarin, pagi ini kelas 12 IPA 3 sudah dipenuhi oleh hampir seluruh murid. Roji juga yang biasanya datang terlambat sudah duduk di bangkunya. Anak itu sedang sibuk menyalin tugas seperti anak-anak yang lain. Tahulah, anak sekolah. Yang menyelesaikan tugas satu orang, yang lain hanya tinggal menyalin.

Jian sampai keringetan karena menulis dengan terburu-buru. Anak itu menyalin di sebelah Roji. Andre yang entah dapat jawaban dari siapa itu menyerahkan tugasnya pada Roji yang menghadangnya begitu ia sampai di kelas.

"Woaa....gue salah nulis ini. Mampus!!!!" Aldo berteriak heboh. Tapi gak ada yang perduli karena yang lain sedang sibuk dengan salinan mereka masing-masing.

Sifa yang baru saja menapakkan kakinya ke pintu kelas, langsung di buat tercengang dengan keadaan kelas yang riuh dengan beberapa anak yang menggerombol membuat kelompok. Bahkan ada yang dengan gak sopannya menyalin tugas di meja guru.

"Sif..sif.., tugas lo mana?? Gue pinjem dong."

Ana yang lebih dulu sadar akan kedatangan Sifa langsung menghadangnya. Ana juga sudah mengulurkan tangannya pada Sifa dan menagih buku tugas matematika milik Sifa.

"Gue gak punya banyak waktu, Sif. Buruan tugasnya." Kata Ana dengan nada memohon.

Sifa meletakkan tasnya ke meja. Membuka resleting ranselnya dan mengeluarkan buku tugasnya lalu ia serahkan pada Ana.

Gak perlu mengatakan apapun, Ana dengan secepat kilat menyambar buku itu. Ana bahkan dengan asal menarik satu kursi yang entah milik siapa itu ke meja guru. Membuatnya jadi berhadapan langsung dengan Johan, si anak yang gak sopan itu, yang juga mengerjakan contekannya di meja guru.

Sifa jadi cengengesan sambil mendekap mulutnya geli melihat kehebohan anak-anak kelasnya hanya karena tugas matematika. Untungnya saja, ia udah mengerjakan tugas itu tadi malam di rumah Sera.

"Rutinitas tiap pagi kalau ada tugas. Dasar anak sekolahan." Nada yang baru saja masuk kelas juga menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi, ini nih yang bakalan di kangenin kalau udah lulus nanti." Sambung Nada bermonolog.

Nada mengedarkan pandangannya satu per satu menatap teman-temannya. Kemudian saat matanya berhenti pada gerombolan Roji yang menyandarkan punggungnya dengan kepala terkulai lemas ke dinding kelas Nada berdecak.

"Kayak abis lari keliling lapangan aja tuh si Roji. Sampek gitu amat reaksi mukanya." Kata Nada. " Woi, Ji. Muka lo jelek banget." Ejek Nada. Roji Cuma melengos mendengar jerit ejekan Nada tadi. Ia sudah cukup lemas menyalin tugas dengan super cepat. Tulisannya saja entah sudah seperti tulisan apa. Masih mending kalau tulisan tugasnya bisa di baca. Tapi ia gak yakin, bu Ridha bisa membaca tulisannya yang kayak tulisan anak SD itu.

"Akhirnya, beres juga." Aldo menghela napas panjang. Lalu menyeka keringat yang memenuhi dahinya. Anak itu bahkan sudah mengipas-kipas tubuhnya yang kegerahan, karena mengkopi tugas dengan berdesak-desakan menggunakan buku tugasnya.

Johan juga mengikuti tingkah Aldo gak lama kemudian. Hanya tinggal beberapa anak saja yang masih tampak sibuk menyalin tugas. Ana bahkan gak sempat menyahut saat Sifa memangil namanya.

Sera terkikik. Kikikan renyah yang membuat Nada yang tadinya sedang memperhatikan teman-temannya yang lagi heboh menyalin tugas itu menolehkan kepalanya. "Udah rame aja ya nih kelas." Kata Sera. "Biasanya kalau jam segini baru 10 orang yang datang."

"Lo kayak gak tahu aja kelas kita. Kita kan kompak__ ,"

"Kompak, sih. Apalagi kalau udah ada tugas kayak gini." Celetuk Nada.

High School Diary [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang