8

2.5K 146 14
                                    

Nada bolak-balik menjulurkan kepala keluar jendela. Di sana, di depan kelasnya, Fero masih berdiri dengan menyandarkan punggungnya pada sebuah pilar. Cowok itu tidak pergi kemana pun, padahal Nada sudah menolak ajakan pulang bareng dari cowok itu mentah-mentah.

Kehadiran Fero di situ sejak setengah jam yang lalu, tentu saja membuat Olin jadi super heboh. Anak itu terus-terusan mengintip Fero dari celah jendela kelas. Lalu setelah mengintip, Olin akan mengalihkan tatapannya pada Nada.

Nada sampai bergidik ngeri saat Olin menyeringai dengan seringaian menggoda. Olin mengerling ke arah Nada beberapa kali. Mata Olin bahkan jadi berbinar-binar saat mengalihkan pandangannya ke Nada tadi.

"Lo nggilani tau, gak?" Ujar Nada kemudian.

Olin nampak tidak perduli. Ia bahkan masih tetap mengintip Fero yang sekarang berdiri mengahadap ke arah lapangan basket out door. Otomatis, punggung tegap cowok itu lah yang menghadap ke arah kelas Nada.

"Cowok ganteng, tinggi, putih bersih-sedikit gelap sih kalau abis main basket, tahi lalat di ujung bibir plus tatapan mata yang menggoda....," Olin tiba-tiba memutar matanya ke atas. Nampaknya sih, sedang mengkhayalkann sesuatu. "Lo pinter deh milih cowok. Kalau ini sih wajib di bawa ketengah, Nad."

"Lo ngomongnya kok ngelantur gitu. Gue gak lagi pedekate sama tuh orang. Lagian dia brondong. Gue gak suka."

"Brondong-brondong tapi kan imut sih, Nad."

"Tetep aja brondong. Lagi pula di kelas 12 masih banyak cowok ganteng. Ngapain juga gue harus suka sama dia?" Ucap Nada mulai dengan nada penuh penekanan.

"Serius lo? Terus gimana kalau ternyata umur dia sama lo gak jauh beda? Lo bakalan ngelakuin apa seandainya dia suka sama lo?"

Nada mengerutkan kening. Demi apapun, Olin jadi ngelantur begini, sih.

"Khayalan lo udah jauh banget ya. Udah ah, gue mau pulang." Kata Nada. Dia sudah menyambar tasnya yang tadi ia letakkan diatas meja guru.

"Bareng dia?" Olin menunjuk ke arah Fero.

"Gak."

"Tapi dia kan udah nungguin lo dari tadi."

"Suruh siapa dia nunggu. Gue kan gak minta ditungguin tadi."

Nada benar. Ia tidak pernah menyuruh Fero menunggunya. Ia tidak menyetujui permintaan cowok itu tadi. Fero sendiri yang dengan senang hati menungguinya.

Fero juga merupakan orang baru di kehidupan Nada. Sebelum-sebelumnya, mereka tidak pernah berpapasan langsung apalagi saling ngobrol. Nada hanya tau Fero sebatas prestasi yang di raih cowok bersama semua tim inti basket putra sekolah. Nada hanya tahu bahwa Fero adalah kapten tim. Tidak lebih.

"Gue harus kabur." Gumam Nada pada dirinya sendiri.

Dilangkahkan kakinya pelan-pelan mumpung Fero masih berdiri dengan posisi membelakangi. Nada harus berhasil pulang tanpa di temani Fero.

Nada mengendap-endap. Nyaris seperti seorang maling yang takut ketahuan mencuri.
Nada sudah berhasil melangkahkan kakinya sampai di depan pintu kelas 12 IPA 4.

Berhasil. Gue lolos.

"Kan udah gue bilang pulang bareng gue. Kok malah kabur?"

Sial!!!! Gue ketahuan.

Nada melirik ke arah belakang dengan usaha keras. Ia mencoba mengawasi tiap langkah Fero dari ekor matanya. Sialnya, usaha itu nampaknya gak membuahkan hasil. Nada bahkan tidak bisa melihat Fero.

"Gue serius, Nad. Pulang bareng gue ya?" Fero memohon.

"Lo tuh ngeyel banget sih. Gue mau pulang sendiri. Gue sama lo juga kan gak ada urusan apa-apa."

High School Diary [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang