Granger [11]

2.4K 279 3
                                    

This is my first fanfiction. I hope you're happy to read it! ^_^

°°°°

"Arrgghh!"

Hermione memegang kepalanya dengan kedua tangan mungilnya. Kepalanya serasa ingin pecah. Hari ini pekerjaan para staff-nya benar-benar tidak becus. Tidak seperti biasanya.

"Kenapa pekerjaan kalian tidak becus kali ini? Tidakkah kalian tahu jika satu kesalahan kecil saja terjadi, semuanya akan menjadi kacau!!" bentaknya di hadapan para karyawannya yang memucat. Inner Hermione sedang keluar.

"Maafkan kami, Miss Granger." ucapnya berbarengan.

"Maaf, maaf. Sekarang, aku ampuni kalian. Lain kali jangan seperti ini." kata Hermione. Setelah kata terakhirnya keluar, seluruh karyawannya berbondong-bondong keluar menghindari gunung berapi yang siap meletus kapan saja.

Hermione menumpukkan kepalanya ke atas mejanya. Ia menghela napasnya lelah. Beban pikirannya tidak pernah seberat ini. Semuanya sangat kacau hari ini. Dan pikirannya juga sama kacaunya. Ia ingin pulang lebih awal untuk merilekskan pikirannya, namun ia tidak memiliki peluang itu mengingat bagaimana hari ini.

Sekali lagi, ia berteriak frustrasi.

°°°°

Hermione mengucek matanya yang mulai terasa berat. Ia melirik arloji peraknya. Pukul 10.45 malam. Ia sudah telat 2 jam 45 menit dari pulangnya yang paling telat selama ini. Ia menutup mulutnya yang terbuka lebar karena menguap. Ia pun membereskan berkas-berkas di atas mejanya dan bergegas pulang ke rumahnya. Ini sudah terlalu larut.

Kantornya sudah gelap. Tidak ada tanda-tanda kehidupan apabila Hermione tidak ada disana. Ia melangkah gontai menuju pintu utama di bangunan berlantai sepuluh ini. Ia memejamkan matanya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir rasa kantuknya. Ia tidak mungkin membawa mobilnya dalam keadaan seperti ini. Tapi ia tak mungkin memesan taksi selarut ini.

Ia merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Terpikir di benaknya untuk menghubungi Draco dan memintanya untuk menjemputnya. Namun, ia sedikit merasa sungkan untuk menghubunginya selarut ini.

"Ah, tidak tidak." gumamnya. Ia pun memasukkan ponselnya lagi ke dalam sakunya.

Ia menguap sekali lagi. Matanya sudah tidak tahan untuk menutup. Ia menggelengkan kepalanya kencang dan melebarkan matanya. Namun kantuknya tak kunjung memudar. Ia hendak membuka pintu mobilnya ketika sebuah tangan kekar menahan pergerakannya. Hermione sontak menoleh dengan perasaan panik.

"D-Draco? Se-sedang apa kau di-sini?" tanyanya sambil megap-megap. Jantungnya berdegup dua kali lebih kencang karena efek terkejutnya.

Pria itu menyeringai kepada Hermione, seolah-olah ia tidak melakukan salah sedikit pun.

"Aku hanya lewat saja dan melihatmu menguap. Kau mengantuk, 'kan?" tanyanya tanpa melepaskan tangannya. Hermione mengangguk, jika pun ia berbohong kondisi wajahnya menjelaskan semuanya.

"Biar aku yang mengantarmu."

Mata Hermione yang terasa berat menjadi terbuka lebar. Padahal ia baru saja ingin menghubunginya.

"Uhm, uhh, err—"

"Hei, kau kenapa uhm, uh, er begitu? Kau kedinginan?" tanya Draco sambil melepas mantelnya.

"Ahh, tidak usah."

Suasana pun hening. Draco berdiri tegak di samping mobil Hermione sementara Hermione memainkan ujung mantelnya di dekatnya.

"Apa kita akan seperti ini terus?" tanya Draco dengan jengkel. Hermione tersentak dan teringat sesuatu. Ia pun mengambil kunci mobilnya dan memberikannya pada Draco. Ia hanya meringis pada pria itu.

MugglesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang