Malfoy [18]

2.1K 237 3
                                    

This is my first fanfiction. I hope you're happy to read it! ^_^

°°°°

Draco tak mempercainya, sama sekali tak mempercainya.

Sekarang Hermione adalah miliknya. Garis bawahi itu, miliknya!

Ah, sampai sekarang ia masih menganggapnya ini mimpi sampai ia mencubit lengan kirinya dan itu terasa sakit. Itu tandanya ini sama sekali bukan mimpi.

Dan tadi, ia dikecup oleh wanita itu. Dahulu ia sering bermimpi dicium wanita itu dan sekarang itu menjadi kenyataan!

Ah, betapa bahagianya Draco saat ini.

Ia menatap ponselnya yang tergeletak disampingnya. Ia segera mengambilnya dan mengetik sebuah pesan singkat.

To: Hermione Granger

Apakah kau sudah tidur?

Tak lama, ponselnya kembali berdenting tanda ada pesan singkat yang masuk.

From: Hermione Granger

Belum, sama sekali belum. Aku masih tak percaya bahwa sekarang aku adalah milikmu.

Draco tertawa membacanya. Kemudian ia memutuskan untuk menghubungi wanita-nya saja.

"Halo?" gumam suara di seberang telepon. Draco tersenyum mendengar suara indah itu, suara yang selalu ingin didengarnya.

"Halo, Darl. Kenapa kau tidak tidur? Ini sudah larut malam. Memangnya kau besok tidak bekerja?" tanya Draco dengan nada menggoda.

"Entahlah, aku tidak bisa tidur, Drac. Tapi kau juga belum tidur, 'kan?" tanya Hermione.

"Aku belum mengantuk." jawab Draco sekenanya. "Kau tahu? Sebenarnya aku ingin tidur denganmu malam ini."

Terdengar decakan sebal dari mulut Hermione, setelahnya dengusan kesal.

"Dasar mesum, kita baru saja berpacaran. Nanti saja ya, kalau kita sudah—"

"Menikah maksudmu?" lagi-lagi, Draco menggoda Hermione. Membuat dengusan Hermione makin kencang.

"Kau tahu, aku sangat tidak suka jika ucapanku terpotong."

"Ya, maafkan aku, princess. Lalu kau ingin mengatakan apa tadi?"

"Tidak jadi, kau sudah memotong ucapanku."

"Hei, tidak usah marah begitu."

"Oleh karena itu, jangan kau memotong ucapanku. Kau tahu itu sangatlah tidak sopan dan lagi, kau bisa menyinggung perasaan orang."

"Ya, Honey. Aku tahu, maafkan aku ya?"

"Ya, aku maafkan. Lagipula tidak mungkin aku tidak memaafkan kekasih tampanku."

Draco tersenyum, membuat ia ingin mengecup Hermione habis-habisan saat ini.

"Tapi Drac…" kata Hermione tiba-tiba.

"Ya?"

"Huft, bagaimana aku mengatakannya? Uhm, maaf Drac. Aku pikir, aku belum siap mengatakan hubungan kita kepada semua orang. Aku… belum siap."  terdengar helaan napas lelah diakhir katanya.

Draco tersenyum, ia sudah menduganya. Ia tahu, tidak mungkin mereka langsung memberitahu orang-orang. Mungkin saja ada yang tidak menyetujui hubungan mereka dan malah ingin menghancurkan hubungan mereka. Ah, itu akan menjadi sangat buruk.

"Ya, aku mengerti Hermione. It's okay." kata Draco dengan nada lembut.

"Are you okay? Maksudmu, apakah tidak apa-apa?" tanya Hermione. Dari nada suaranya ia terdengar cemas.

"Ya, tidak apa-apa. Aku tahu kau akan mengatakan itu, tidak apa-apa." ucap Draco.

"Uhm, Draco?"

"Ya?"

"Aku tak menyangka aku sekarang milikmu, aku tak menyangka aku akan mencintaimu dan kau mencintaiku. Aku—"

"Sshh, yang penting sekarang aku milikmu dan kau milikku, okay? Tidak penting apa yang terjadi diantara kita dahulu. Aku bahkan tak mempedulikan apa kata orang nanti ketika mendengar bahwa ada hubungan lebih dari sekedar teman diantara kita. Yang penting sekarang adalah, kau mencintaiku dan aku mencintaimu." tutur Draco.

Terdengar isakan dari seberang telepon yang tak pelak adalah milik Hermione semata. Mendengarnya, Draco langsung berubah cemas.

"Hermione dear, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Draco.

"Kau tahu… aku… be-beruntung memilikimu. Tuhan, izinkan dia menjadi yang terakhir bagiku." cicitnya. Lagi-lagi, Draco dibuat tersenyum karena ocehan memilukan itu.

"Hermione, ketahuilah aku lebih beruntung karena telah memilikimu. You're my last." ucap Draco.

"Thanks." kata Hermione diseberang.
"Hermione, boleh kita bertemu besok?"

"Tentu saja. Kapan?"

"Aku jemput kau sesudah kau pulang dari kantor. Aku tunggu."

"Baiklah, sampai ketemu besok. Bye Drac..."

"Bye…"

°°°°

Sesuai perkataannya, Draco menjemput Hermione dikantornya. Tepat pada pukul 8 malam—jam pulangnya—Draco menjemputnya. Saat Draco sampai, Hermione sudah setia menunggu di depan meja resepsionis, yang untungnya sudah ditinggali penghuninya, Caitlynn dan Blaire.

"Hei, kau sudah disini?" tanya Draco saat ia sudah melihat wanitanya.

"Ya, aku sudah disini. Kau lama tahu?" omel Hermione dengan bibir mengerucut. Otomatis pipinya ikut menggembung, membuat Draco menjawil pipinya.

"Ih, itu sakit!" seru Hermione.

"Ya sudah, maaf. Ayo." ajak Draco sembari mengenggam tangan mungil Hermione. Ia menariknya menuju luar gedung.

"Kita mau kemana?" tanya Hermione setelah mereka berdua berada di dalam mobil.

"Rahasia, kau pasti akan suka." jawab Draco sambil mengedipkan sebelah matanya. Hermione hanya memutar matanya malas.

Draco memutar mobilnya menuju jalanan kota. Setelah berputar-putar selama hampir sepuluh menit, akhirnya mobilnya menepi di sebuah bahu jalan.

"Bookstore?" ucap Hermione setelah melihat dimana mereka sekarang.

"Yup, ayo!" seru Draco sembari keluar dari mobil bersamaan dengan Hermione. Ia segera merangkul pundak Hermione posesif. Semua orang langsung menatap mereka berdua dengan tatapan kagum.

"Biarkan." bisik Draco ditelinga Hermione. "Mereka hanya iri denganku karena memiliki kekasih secantik dirimu." lanjutnya.

"Huu, gombal." ucap Hermione yang disambut tawa Draco.












MugglesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang