Granger [20]

2.1K 230 5
                                    

This is my first fanfiction. I hope you're happy to read it! ^_^

°°°°

"Hi! It's Draco's talking. Jika kau ingin meninggalkan pesan, katakan setelah bunyi 'bip'."

Hermione menghela napasnya, ia memijat pelipisnya yang terasa nyeri.

"Hai, Draco. Uhm, maafkan aku pagi ini aku meninggalkanmu. Maaf juga aku tak dapat mengantarmu pulang. Aku benar-benar sangat sibuk, kau tahu itu 'kan? Maaf juga tentang kejadian semalam. Bukannya aku tidak mau tapi aku belum siap, Draco. Maafkan aku, tolong jangan marah padaku. Maaf ya? I love you, my Dragon." ucap Hermione. Setelah itu ia mengklik warna merah di layarnya.

Ia memegang kepalanya frustrasi. Ia bodoh, benar-benar bodoh. Bisa-bisanya ia meninggalkan kekasihnya dirumah sendiri. Konyol sekali.

Ah, setelah ini pasti semuanya akan menjadi rumit.

°°°°

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi."

Benar dugaannya, pasti pria itu mematikan ponselnya. Sudah beratus-ratus pesan dikirimnya dan sudah berkali-kali ia hubungi tak kunjung ia mengangkat teleponnya atau membalas pesannya sekalipun, membuatnya risau.

Mungkin benar, pria itu marah padanya. Rasanya ia ingin menangis saat ini juga.

Ia mencoba sekali lagi, berharap pria itu mengangkat teleponnya.

Tut…tut…tut…

Ia masih berharap pria itu mengangkat teleponnya.

"Ada apa?"

Seolah ada petir yang menyambarmya, Hermione jadi membatu. Ia tidak tahu ia harus senang atau tidak. Ya, tentu saja ia senang karena Draco akhirnya mengangkat teleponnya. Namun hatinya perih ketika nada suaranya terdengar datar dan dingin. Jujur, itu sangat menyakitkan.

"Ada kepentingan apa kau meneleponku?"

"Draco…a-aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu. I'm sorry." ucap Hermione.

"Kau minta maaf padaku? Ku kira kau tidak akan. Bukankah pekerjaanmu itu lebih penting daripada aku?"

Satu lagi petir tidak kasat mata seolah menyambarnya. Itu terdengar sakit, percayalah.

"Bu-bukan begitu maksudku, Draco. Memang akhir-akhir ini aku sangat sibuk sehingga sedikit waktu bagi kita untuk bertemu. Namun percayalah, aku sama sekali tidak menganggapmu tidak penting. Percayalah, setelah ini aku akan sering meluangkan waktu bagimu."

Mata Hermione memanas, ia ingin sekali menangis dan berteriak di depan wajah pewaris tunggal keluarga Malfoy itu. Kenapa ia menjadi sejahat ini?

Hening. Hanya terdengar suara aneh dari seberang telepon. Seperti suara kendaraan dan lainnya. Setelah itu terdengar suara khas sambungan yang terputus, Draco memutusnya. Pecahlah tangisnya yang sedari tadi ia tahan mati-matian. Ia membenamkan wajahnya di tangannya, dan menangis disana.

°°°°

Kriing…kriing…

Hermione melirik ponselnya yang bergoyang-goyang karena getaran yang dihasilkan oleh telepon yang masuk. Hermione ssgera mengambilnya dan menempelkannya pada telinganya.

"Halo, Mom?" ucap Hermione.

"Hermione, kau kemana saja nak? Ini sudah sangat larut dan kau belum pulang. Kau sedang apa?"

"Aku masih dikantor, Mom. Aku tidak akan pulang hari ini, aku akan menginap. Pekerjaanku masih banyak."

"Ya ampun, Herm. Kau tidak perlu terlalu bekerja keras, kasihanilah tubuhmu. Mereka juga butuh istirahat."

"Sudahlah, Mom. Aku bekerja dulu ya, bye."

Hermione membanting kasar ponselnya ke atas sofa yang tak jauh darinya. Ia menatap nanar mejanya yang sebenarnya kosong. Ia bohong pada ibunya, sebenarnya ia sudah tak memiliki pekerjaan apa-apa lagi. Hanya saja, ia malas pulang. Atau tak mau?

Pikirannya masih tertuju pada pria itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Draco Malfoy? Pria itu mampu menyita pikirannya seharian. Ia jadi ingin sekali bertemu dengan pria itu kali ini juga, meminta maaf padanya hingga pria itu akhirnya memaafkannya.

Namun ia tahu itu tidak akan mudah.

Hermione menghela napasnya, semuanya sekarang menjadi rumit.

Tunggu, sudah berapa kali ia mengatakannya?

°°°°

Keesokan paginya, Hermione memutuskan untuk pergi ke rumah Draco. Ia pasti ada disana.

Hermione menekan bel di samping pintu kayu mengkilap. Beberapa menit kemudian pintu kayu tersebut mengayun terbuka menampakkan sosok wanita paruh baya yang masih tampak cantik lengkap dengan wajah anggunnya yang dagunya tak lagi terangkat seperti dulu.

"Oh, Hermione Granger. Ada keperluan apa?" tanya Mrs Malfoy.

"Ehm, apakah Draco Malfoy ada dirumah?" tanya Hermione.

"Oh, Draco." ucap Mrs Malfoy. "Dia pergi ke luar kota sejak kemarin."

"Baiklah, terima kasih Mrs Malfoy." kata Hermione.

"Jangan panggil aku Mrs Malfoy, cukup Narcissa saja." sela Mrs Malfoy. Hermione tersenyum.

"Baiklah, aku pergi dulu Narcissa."

Mrs Malfoy mengangguk. Hermione segera beringsut menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari kediaman dua Malfoy itu. Ia segera masuk ke dalamnya. Ia mengambil ponselnya dan mencari nama seseorang yang rumahnya baru saja ia datangi, Draco Malfoy. Kemudian ia menempelkam ponselnya di telinganya.

"Ha—"

"Kemana kau pergi, Draco Malfoy?" tanya Hermione dengan nada datar. Draco terdiam.

"Answer me, Draco Lucius Malfoy. Kau meninggalkan rumahmu, bukan?" tanyanya lagi.

"Kenapa kau begitu peduli, huh?"

"Draco, please. Berhenti bertingkah seperti anak kecil. Kau sudah dewasa bukan? Lagipula, aku memang sangat sibuk. Memang ada saatnya dimana aku akan sibuk dan kau pun sibuk, katakanlah kita akan jarang berkomunikasi saat itu. Namun aku yakin kita akan bisa sama-sama menghadapinya. Aku yakin karena aku mencintaimu."

Draco sempat terdiam, sebelum setelahnya menghela napas lelah.

"Hermione, lebih baik kau tidak usah menghubungiku sementara waktu ini. Give me a time." dan setelah mengatakan itu Draco memutus sambungannya, membuat Hermione menangis dan menjerit.










MugglesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang