Chapter 7: Where Are You ?

776 45 0
                                    

Aku terbangun karena pergerakan besar disampingku, Angga sepertinya mencoba agar aku tidak balas memeluknya bahkan sepertinya ia sedang berusaha untuk bangkit menghindari ku. Mataku terbuka sempura menatap matanya, ia menendang punggung ku keras hingga terjatuh di lantai "Ini sudah berganti hari, perlakuan baik saya hanya untuk kemarin. Sekarang keluar dari kamar saya!" Mataku melebar mendengar ucapannya, jadi maaf yang kemarin ia katakan hanya sekedar di bibir saja? Bagaimana bisa aku tertipu dengan ucapan manisnya, aku baru sembuh setelah 6 bulan tertidur dan sekarang ia dengan enaknya menendang ku dari tempat tidur. "Baik, maafkan saya Tuan" aku menggambil selimut yang membungkus tubuhku, melipatnya dan membawanya keluar menuju kamarku.

Aku menatap cermin menertawakan kejadian tadi, mengapa bisa aku begitu bodoh percaya dengan ucapan manisnya? Mungkin ia memang meminta maaf tapi bukan untuk semuanya hanya untuk kejadian itu atau mungkin karena aku hidup kembali saat seharusnya aku sudah terkubur? Aku tak bisa mengikuti alur permainannya, level nya terlalu tinggi jika aku mencoba membangkang mungkin aku akan di tabrak dengan mobil atau lebih parahnya lagi ia akan membajak seluruh kehidupan ku. "Salah apa aku selama ini?" Air mataku tak kunjung berhenti mengalir, rasanya aku bodoh sekali sudah percaya akan ucapan manisnya, bukannya aku sudah berjanji akan membunuhnya?

"Permisi nyonya" Lita menatapku heran, sebenarnya ia sudah mengetuk pintu sedari tadi tapi aku sengaja menghiraukannya, mungkin Lita takut jika Angga mencoba membunuhku. "Saya disini" Lita memelukku erat, hanya Lita yang mengerti perasaanku dan penderitaan ku, kami sesama wanita sehingga tahu bagaimana rasanya diperlakukan tidak adil seperti ini.

"Kak, aku disini mendukung" diantara semuanya hanya Lita yang bersedia mendengarkan ku bahkan rasanya sudah 4 jam aku bercerita dan Lita tetap setiap mendengarnya, bahkan orang yang bisa aku katakan sahabat mengkhianati ku setelah mengetahui aku menjadi seorang pengganti. "Lita? Nyonya kenapa" suara itu cukup familiar, Radyana. "Umm, Rad bisa keluar sebentar? Ini masalah pribadi" Lita dan Radyana adalah sepasang kekasih, Radyana sendiri tidak terlalu jauh umurnya dengan Angga, bahkan Radyana bisa dibilang jauh lebih dewasa sikapnya ketimbang tuannya sendiri. "Oke? Tapi nyonya ditunggu tuan di kamarnya" Lita mengangguk paham meminta waktu lima menit agar aku bisa menegarkan hati dan pikiran beserta memperbaiki mata yang sudah sembab.

"Mau dibantu?" Lita sudah kuperintahkan jika sedang berdua saja jangan terlalu formal, umurnya masih terlalu muda untuk ucapannya yang terlampau tinggi. "I'm fine Lita, Radyana menunggu sepertinya" Lita pamit pergi menemui Radyana, terkadang Angga memberi keleluasaan dengan membolehkan keduanya pergi berkencan ketika semua pekerjaan telah selesai. Aku mencoba memantapkan hati bertemu dengannya, aku berdoa semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau setidaknya aku tidak mati malam ini sebelum mendapatkan kebahagiaan.

Pintu kamarnya terbuka, aku mengetuk pintunya setelah tiga kali ketukan suara sang pemilik kamar mulai terdengar "Masuk, biarkan pintunya" aku tidak mengerti maksudnya mungkin ia menyuruhku untuk tidak menutup pintunya. "Ada apa?" Angga menatap tubuhku dari atas hingga bawah, ia meneliti semuanya hingga satu kalimat terlontar "Masih ingin bekerja?" Mataku menatapnya berbinar, apa maksudnya lisensi penerbangan ku akan dikembalikannya? "Besok sekertaris saya libur, dan saya butuh penggantinya" aku tidak suka mendengarnya, seolah hidupku hanya untuk menggantikan posisi semua orang.

"Jam 10, saya tunggu" setelahnya ia mengusirku dari kamarnya, apa gunanya jika hanya ingin mengabarkan seperti itu? Ia bisa saja menarik tanganku seperti yang sudah-sudah memaksaku menjadi sekertaris pengganti nya, lagipula apa yang aku mengerti tentang menjadi sekertaris? Mengurusi berkas? Atau menjadi simpanan bos? Aku hanya seorang pilot bukan pekerja kantoran.

Pagi harinya aku terbangun lebih pagi dari biasanya, kaki ku mencoba melangkah menuruni anak tangga dengan bantuan Lita. Radyana sudah siap dengan setelan jasnya menunggu untuk mengantarku ketempat kerja, jujur aku belum mempelajari jadwalnya. Semalam Radyana memberiku berkas yang berisikan jadwalnya besok, dan yang aku ingat hanya ia memiliki meeting jam 11 siang dan makan siang harus tepat pada pukul 1. Rasanya sekertaris sudah seperti seorang istri saja, pantas banyak sekali yang menjadikan sekretarisnya sebagai simpanan.

"Sudah siap?" Lita menatapku gembira, mungkin semalam ia bersenang-senang dengan Radyana bahkan Lita dengan gamblang menyebutkan kebahagiaan nya bersama dengan Radyana. "AKU AKAN MENIKAH RENA!" Lita teriak bahagia sampai-sampai rasanya gendang telingaku akan rusak mendengarnya. "APA!" Sebagai temannya aku tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan ku mendengarnya "Selamat" tanganku menjabat tangannya yang sudah terhias cincin emas, bahkan aku sendiri tidak memiliki cincin pernikahan karena Angga memintanya kembali untuk ia jual.

"Jadi kau setuju?" Aku menggangguk sebagai tanda setuju, bagaimana bisa aku tidak setuju. Lita yang cantik dan Radyana yang tampan keduanya memiliki rencana masa depan walau umur Lita hanya 19 tahun ia akan menikah ketika umurnya sudah matang, jika tentang kesiapan maka Lita lebih siap ketimbang diriku saat itu. "Maaf mengganggu, apa sudah siap?" Jam baru menunjukkan pukul 8 dan Radyana sudah mengajakku untuk pergi? "Tuan meminta untuk jalan jam 8 nyonya, saya tidak bisa membantah" Aku mengangguk paham sepertinya ada yang takut aku telat, bagaimana bisa ia meremehkan ku saat ketepatan waktu yang selama ini aku pegang.

"Selamat" setelah memasuki mobil aku mengucapkannya, Radyana sepertinya terheran-heran mendengar ucapanku. "Maaf? Selamat untuk apa?" Bukannya sudah jelas ia akan menikahi Lita? "Untuk lamarannya" Radyana tertawa cukup lama hingga aku merasa takut dengan tawanya yang sudah seperti Joker. "Padahal sudah saya suruh Lita untuk menahannya dulu, Terimakasih" rupanya Lita sudah tidak tahan menunggu untuk mengumumkan kebahagiannya sepertinya aku tersindir mendengarnya. "Jangan kabur Rad" kembali Radyana tertawa seolah ia menertawakan nasibku yang menjadi pengganti.

"Mau saya antar nyonya?" Aku menolak, sepertinya Lita sudah menghubungi Radyana karena sedari tadi Radyana mencoba mematikan telfonnya dan mengangkatnya sekali dengan sedikit berbisik menyuruh Lita untuk berhenti. Lucu. "Lantai 30, ini kartu aksesnya" Aku mengambilnya dan berlari menuju lift yang terdekat, ternyata waktu dari rumah menuju kantor memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit, menunggu lift saja rasanya sudah seperti 15 menit sendiri. "Lantai 30 pake lift ini bisa?" Aku bertanya pada salah satu satpam yang sedang berjaga, ia memandangku heran seperti bingung dengan pertanyaan ku. "Lift khusus sebelah sana" Ia menunjuk salah satu lift yang hanya akan mengantarkan ku menuju lantai 30. Kira-kira 10 menit lagu jam menunjukkan pukul 10 aku segera berlari tanpa aku sadari aku menabrak salah seseorang.

Jika kebahagiaan itu semudah bernafas mungkin dunia ini akan damai

~~~Be safe~~~

Cold Jerk Husband [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang