Empat

2.9K 84 1
                                    

Dengan senang kau terbangkan aku
Terlalu tinggi Terlalu tinggi
Di atas awan ku nikmati dua sisi
Indah terbang terlalu tinggi
Takut jatuh terlalu jauh
(Terlalu Tinggi-Juicy Luicy)

Alinka tidak pernah menyangka bahwa kemarin siang ia akan dihampiri Reza. Ya ampun masih inget banget gimana cara ngomong Reza yang bener-bener kalem.

Siang itu Alinka sedang lesu setelah melihat Reza yang bisa ngobrol akrab dengan cewek, sedang ia tidak. Ia benar-benar iri dengan cewek beruntung itu.

"Alinka," sapa seseorang. Alinka yang nggak terlalu fokus jadi gelagapan saat lihat Reza yang berdiri di sebelah mejanya. Ya ampun lagi dipikirin eh dateng beneran.

"Ya, kenapa?" tanya Alinka gugup. Sumpah jantungnya berdegup kencang, ini juga kenapa pipinya mulai memanas. Plis Lin jangan kampungan deh, stay cool.

"Devan titip pesan, hari ini dia nggak bisa ikut rapat OSIS. Kamu tau sendirikan kita lagi bener-bener persiapan buat PAF, jadi kita tim minta pengertiannya ya," ucap Reza lembut. Reza jadi bingung saat tanpa sengaja melihat kedua tangan Alinka yang di atas meja saling meremas. Apa dia nggak apa-apa?

"Iya nggak apa, tapi setelah PAF harus ikut rapat ya atau nanti bakal kita seret," balas Alinka mencoba tenang. Ini si Wulan juga di mana sih, harusnya dia di sini nemenin Alinka.

"Kamu nggak ke kantin jam istirahat gini?" tanya Reza. Dilihatnya Alinka yang masih tenang-tenang saja di kursinya sedangkan yang lain sudah bubar ke kantin.

"Nunggu Wulan dulu. Kamu sendiri?" tanya Alinka gugup, ya ampun dia perhatian banget sih.

"Habis ini aku langsung ke kantin sama Nino. Ya udah deh gitu aja. Makasih ya Alinka," pamit Reza dengan senyum manis.

Sumpah kalau ingat itu rasanya Alinka pengen terbang. Senyum Reza kalau di lihat dari dekat berkali-kali lipat lebih manis dari biasanya. Gimana dia nggak baper coba kalau di kasih senyum semanis itu.

Lalu saat dia berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya tanpa sengaja ia mendengar nama Reza disebut-sebut yang otomatis membuat langkahnya memelan dan telinganya menajam.

"Reza itu emang baik sama semua orang kali Nya," kata seorang cewek berambut sebahu yang mencoba menenangkan Anya. Alinka tahu Anya karena dia juga pengurus OSIS.

"Ya tapi, Fi dia nggak usah seperhatian itu dong sama gue, buat gue baper trus seenaknya bilang kalau emang udah seharusnya kita saling membantu," kata Anya masih kesal.

"Ya itu, kita itu harus bangun imun khusus sama cowok kayak Reza yang baiknya kebangetan," ucap gadis itu.

Alinka pun kembali berjalan menuju kelasnya. Ternyata memang benar Reza itu cowok yang baik. Tipe cowok yang patut diwaspadai malah. Tukang bikin baper karena kebaikannya. Bener kata cewek yang tadi ngobrol sama Anya bahwa kita harus bangun imun khusus buat menghadapi cowok sejenis Reza.

******

Reza jadi ingat Alinka yang pipinya memerah kemaren. Dia ingat betul gimana wajah gugup Alinka saat mengobrol dengannya. Rasanya Alinka itu jadi imut-imut cantik.

"Za, bilangin Wulan dong nanti tim cowok sama cewek sparing futsal," pinta Devan.

"Kok gue lagi?" tanya Reza.

"Ya lo tahu kan Wulan itu galaknya kayak apa? Lo kan kenal dia jadi lo aja ya," kata Devan memohon. Ini harusnya tugas Devan untuk memberitahu kapten tim futsal putri yang mana itu Wulan.

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang