Tujuh

2.3K 81 0
                                    

Bila kau merasa sedih
Ingatlah bahwa kau tak sendiri
Tanpamu tak akan sama, tanpamu semua berbeda
Kisahmu juga kisahku, selalu bersama
(Di Atas Awan - Nidji)


"Wulan," panggil Alinka saat melihat sahabatnya itu berjalan di koridor menuju kelas mereka.

"Tumben telat," tanya Wulan saat mereka sudah berjalan bersama. Alinka itu tipe siswa yang datang setengah jam sebelum masuk kelas. Sedang Wulan tipe lima menit sebelum gerbang di tutup.

"Ares tuh nyebelin. Dia maksa mau nganterin, eh malah mepet banget berangkatnya. Sebel," jawab Alinka manyun. Pasalnya selain membuat Alinka hampir telat Ares juga terus-terusan menggodanya sejak semalam. Salah sendiri sih, kenapa muka Alinka ini gampang banget kebaca. Apalagi soal asmara. Langsung ngomong gitu ekspresinya, nggak perlu terjemah-terjemahan segala.

"Lah, Ares nggak sekolah? Ini kan udah selasa," tanya Wulan. Setahunya Ares si sepupu sahabatnya yang ganteng itu juga masih SMA di Bandung.

"Bolos. Dasar si Ares, udah kelas tiga juga masih kerjaaanya bolos. Om tante lagi di luar kota, makanya deh dia seenaknya gitu," Ares ini memang anaknya bandel banget. Dia juga cuma anak tunggal sih, makanya cowok tapi agak manja gitu. Caper (cari perhatian) tepatnya.

"Dia kan pinter juga sih Lin," jawab Wulan. Wulan pernah bertemu Ares dulu saat ia main ke rumah Alinka. Ares dulu membantu mengerjakan tugas kelompok mereka. Orangnya emang usil tapi pinter.

"Tetep aja, terlalu sering bolos itu nggak baik. Udahlah, jangan ngomongin Ares lagi. Sebel gue sama dia," ucap Alinka. Masih ingat tadi apa yang diucapkan Ares sebelum Alinka turun dari mobil.

"Kalau mau minta tips deketin cowok sama aku aja Lin, dijamin nanti pasti dapet deh, jadi gelar jomblo kamu bisa segera dilepas" ucapnya sambil cengengesan.

"Eh, Lan gimana PAF nya?" tanya Alinka penasaran. Ia memang tidak mengikuti PAF. Saat anak-anak lain semangat nonton PAF apalagi saat sekolahnya tanding, Alinka terus-terusan tidak bisa karena harus menemani mamanya.

"Kita lagi nggak beruntung nih Lin, cowok cewek dua-duanya cuma sampai perempat final," ucap Wulan murung. Walau perempat final itu termasuk lumayan tapi Alinka tahu kalau Wulan kecewa. Apalagi tahun lalu tim futsal cewek bisa sampai final.

"Udah, masih ada kesempatan lain," ucap Alinka mencoba menghibur.

"Tahun depan gue udah kelas tiga, nggak bisa ikutan," balas Wulan sebal. "Tim cowok tuh yang down banget. Soalnya pertandingan terakhir mereka dibantai," jelas Wulan.

"Maksudnya?" tanya Alinka bingung.

"Tim cowok kalah 5-1 dan itu memalukan untuk mereka yang tahun lalu menang," jelas Wulan. "Tim cowok bener-bener down kayaknya," ucap Wulan prihatin.

Alinka jadi khawatir sama Reza. Gimana Reza sekarang, dia pasti butuh support banget sekarang. Tapi Alinka nggak bisa buat apa-apa, dia belum sedekat itu untuk bisa ngasih support. Kesannya Alinka sok-sokan akrab, padahal selama ini mereka ya hanya sebatas kenal nama aja. Nggak lebih atau mungkin memang belum lebih aja.

******

Reza benar-benar kecewa dengan dirinya saat ini. Seharusnya ia lebih berusaha lagi. Lebih keras lagi latihan. Kalau dia becus jadi kiper, nggak mungkin tim mereka kalah dengan memalukan kayak gini. Reza benar-benar marah pada dirinya yang nggak bisa buat nama sekolahnya bangga.

"Jangan sedih terus gitu dong, Za," sapa Nino sambil menepuk bahu sahabatnya itu. Nino tahu bahwa Reza masih sangat terpukul dengan hasil pertandingan kemarin sore. Tapi, kekalahan mereka bukanlah kesalahan ia seorang. Yang namanya permainan tim, kalah menang adalah tanggung jawab bersama.

"Nggak sedih No, cuma kecewa aja. Harusnya gue bisa ngasih yang lebih baik dari ini," ucap Reza pelan. Reza bukannya tak pernah mengalami kekalahan, tapi sebanyak apapun ia pernah kalah, rasanya tetap menyesakkan.

"Masih ada lain kali, kekalahan itu buat pelajaran Za, bangun mental. Bahwa nggak semuanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita boleh kalah hari ini, tapi besok kita nggak boleh kalah sama hal yang sama," ucap Nino menyemangati Reza. Kita boleh berkali-kali gagal, tapi nggak boleh sekali pun menyerah. Dan orang yang berusaha nggak akan membiarkan ia gagal dua kali dalam hal yang sama.

Reza hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Nino. Temannya benar, Nino memang patut menyandang Teguh sebagai nama belakangnya. Nino Teguh, sepertinya menarik.

*****

Alinka bisa melihat wajah Reza yang kacau. Saat ini ia melihat Reza sedang berkumpul di meja pojok kantin tempat biasa ia dan anggota tim futsal duduk. Reza yang hanya menanggapi obrolan teman-temannya dengan senyum tipis yang tak sampai ke matanya.

Di sana hanya Micko yang masih terlihat santai dengan pertandingan kemarin, selain Micko bisa dilihat seluruh anggota tim futsal putra yang bermuka mendung.

Alinka ingin setidaknya bisa ngomong sama Reza kalau ini bukan akhir segalanya. Melihat Reza murung begitu membuat Alinka ikut sedih. Di mana Rezanya yang selalu tersenyum ceria. Di mana Reza yang selalu menghidupkan kesan ceria di sekitarnya. Sayangnya Alinka hanya bisa melihatnya dari jauh, tanpa bisa berbuat apa-apa.

Saat ini, Reza sedang makan bersama teman-teman futsalnya yang sama-sama masih sedih dengan pertandingan kemarin. Mereka butuh waktu untuk kembali biasa-biasa saja.

Lalu seperti merasa ada yang memerhatikannya, Reza menoleh ke samping kanannya. Di sana di ujung kantin lainnya ia melihat Alinka sedang menatap kearahnya. Gadis itu tersenyum tipis yang langsung di balas senyum juga oleh Reza.

Reza masih memerhatikan Alinka yang pergi setelah mendapatkan makanannya. Gadis itu duduk bersama Wulan yang sudah terlihat santai setelah tim nya juga mengalami hal yang sama. Setidaknya tim putri tidak di bantai kemarin.

"Za, Lo naksir sama Alinka ya?" tanya Micko yang tadi melihat Reza memerhatikan Alinka hingga gadis itu duduk.

"Apaan sih," jawab Reza datar.

"Tadi, lihatin Alinka sampai segitunya," goda Micko sambil menaik-turunkan sebelah alisnya.

"Hayo ngaku, Reza naksir Alinka kan?" Arka ikut menggoda Reza.

"Siapa coba yang nggak suka sama Alinka?" tanya Reza santai.

"Alinka itu cewek yang loveable banget. Cantik, baik, ramah, pinter siapa yang nggak bakal suka sama dia," imbuh Reza tenang.

"Iya, siapa yang nggak bakal suka sama dia?" pertanyaan retoris Devan yang diangguki mereka semua.

Memangnya siapa yang nggak akan naksir cewek seperfect Alinka. Jadi kalaupun Reza sampai naksir dia, itu hal yang biasa-biasa juga. Sudah hal yang lumrah. Ya kan?

Sedih, dari kemarin nggak dapet ide. Semoga ini nggak mengecewakan ya 😊

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang