Sebelas

2.1K 68 0
                                    

Hey girl what to do on me?
kau buatku tak mengerti
Kau membuat ku rapuh tiap
Kau tak ada disisi
(Cinta - GAC)


Ada yang bilang bahwa cinta pertama tidak akan pernah berakhir bahagia. Alinka tidak tahu apakah yang dirasakannya sudah sampai level mencintai atau hanya suka naksir-naksiran ala anak remaja. Tapi Alinka juga paham, jika yang dirasanya pada Reza berbeda dengan cowok-cowok yang pernah dekat dengannya.

"Kenapa gue nggak pernah naksir yang sampai ke tahap banget? Ya nggak munafiklah.  Kalau gue bilang nggak pernah naksir cowok itu bullshit. Tapi gue memang belum pernah sampai tahap itu, ya paling cuma suka sebatas 'wah dia keren banget sih' nggak lebih, lo tau itu karena apa?" kata Wulan yang kini sedang duduk di kamar Alinka.

"Kenapa? Kenapa hati lo tahan banting gitu," tanya Alinka pelan.

"Tekad dan doa. Gue selalu bertekad untuk jangan dulu ke hal-hal yang menyangkut perasaan. Dan gue berdoa pada Tuhan untuk jangan dulu di buat jatuh hati kalau hati gue belum siap untuk patah. Gue tahu hati gue malah lebih lemah dari punya Lo, makanya gue memohon seperti itu," jelas Wulan menatap Alinka.

Wulan tahu Alinka selalu berusaha keras untuk membentengi hatinya agar tak mudah lagi di curi yang selanjutnya di buang begitu saja. Tapi siapa yang tahu bagaimana hati manusia. Dia tetap saja mudah untuk jatuh.

"Rasanya menyakitkan Lan, saat lo terus-terusan jatuh tanpa ada seorang yang bersedia menangkap," ucapnya sedih. Kalimat yang sering kali ia ucapkan saat galau seperti ini.

Sebulan terakhir dia sudah menghindari interaksi apapun dengan Reza. Tapi entah mengapa, walau dengan sekilas melihatnya saja mampu mendebarkan jantungnya. Dan Alinka benci itu. Ia ingin melupakan orang seperti Reza. Orang yang tak akan bisa ia sebut sebagai pacar, kekasih, belahan jiwa atau sebutan lainnya.

Alinka mungkin cewek yang gampang baper. Tapi satu hal darinya, sebelum ia sakit hati pada sang tersangka (orang yang membuatnya baper) dia tidak akan pernah baper pada orang lain.

"Akan ada waktunya Lin. Suatu saat nanti, di waktu dan kondisi yang tepat, bakal ada seseorang yang menangkap hati lo dan menjaganya dengan baik. Itu pasti, lo nggak meragukan kekuasaan Tuhan kan?" ucap Wulan sambil menepuk-nepuk bahu Alinka.

"Tuhan bakal kasih gue yang terbaik kan?" tanyanya sengau.

"Ih, alay banget sih. Cinta juga cinta monyet, sampai nangis-nangis gini. Tuhan bakal kasih yang terbaik buat lo, jadi sebelum lo ketemu someone lo itu, waktunya elo memperbaiki diri dulu sekarang. Paham?" ucap Wulan dengan nada panjang diakhir.

"Hahahaha, cinta monyet gue alay bet. Sedih gue," ucap Alinka tertawa sambil mengusap air matanya.

Kali ini, dia harus berhenti untuk membuat hatinya patah. Pokoknya apapun yang terjadi, godaan apapun, bahkan jika Rio Dewanto lewat dia nggak boleh baper. Elah, umurnya sekarang berapa sih? Masih muda kan, perjalanannya masih panjang. So, Alinka nggak mau masa remajanya hanya diisi cinta-cintaan yang membuatnya patah hati.

"Gue berasa ustadzah ngomong kek tadi haha," ucap Wulan sambil menepuk-nepuk jidatnya. Ngomong bijak kayak gitu bukan Wulan banget, dia itu cablak, nggak cocok.

****

Semuanya terlihat baik-baik saja, tapi tetap seperti ada sesuatu yang kurang, dan Reza tak paham apa itu. Reza tak seramah dulu khususnya pada cewek, dia hanya akan bertegur sapa dengan orang yang dia kenal. Dia ingin merubah sikapnya yang sering disalah artikan. Dia tidak mau menjadi alasan seseorang patah hati.

Sikap diam Reza membuat beberapa cewek yang mengguminya bertanya-tanya. Tapi yang dasarnya cewek, sikap diam Reza malah dianggap cool. Kadang jalan pikiran cewek itu unexpected banget.

"Reza sekarang susah di ajak ngobrol ya," kata Laras teman satu kelas Reza pada Anya.

"Iya, dia juga kalau diajak ngobrol cuma jawab basa-basi aja. Reza yang asik udah berubah. Apa dia lagi stel cool mode ya. Biar kayak cowok-cowok di wattpad yang dingin, kekar, perut kotak-kotak, bermata hazel dan CEO hehehe," canda Anya. Anya memang punya rasa sama Reza, tapi jika perasaannya malah membuat Reza jadi seperti ini dia nggak mau. Dia suka Rezanya yang ceria, bukan yang pendiam dan sulit di jangkau.

"Mungkin biar cewek-cewek pada penasaran sama dia?" ucap Laras.

"Nggak ah, Reza itu nggak kayak gitu. Nggak perlu lagi dia bersikap kayak gitu. Dia yang biasa aja fansnya udah seabrek. Gue paham banget. Apa dia lagi ada masalah ya," kata Anya berpikir. Apakah Reza punya masalah yang sampai membuatnya begini.

"Iya tahu deh yang sempet deket, tapi di friendzone-nin, " ledek Laras yang langsung di cubit oleh Anya.

"Ih, diingetin. Masih celkit-celkit tau," balas Anya. Reza itu cowok baik yang suka bantuin Anya. Ngajakin Anya ngobrol, dan buat Anya baper. Tapi ya itu ternyata semuanya hanya dianggap hal biasa oleh Reza. Hal lumrah yang dilakukan kepada teman. Padahal jantung Anya sudah gedebukan tiap deket Reza.

Reza nggak pernah tahu kalau dia bakal pada tahap galau seperti ini. Galau dan Reza itu musuh besar, dulu. Tapi sekarang, dia benar-benar kayak cewek galau. Dia nggak paham sama perasaanya sama Alinka. Tapi nggak dipungkiri kalau dia suka sama Alinka. Siapa sih yang nggak suka sama cewek limited edition kayak Alinka. Jadi lumrah aja kan kalau dia suka Alinka.

Tapi apa iya, dia suka Alinka kayak suka seperti yang itu. Reza rasanya nggak mungkin deh. Dia itu nggak pernah bawa-bawa perasaan. Dia juga belum pernah berpikir buat suka-sukaan. Itu nanti dulu aja deh. Tapi lihat Alinka asik aja sama teman-teman cowoknya (yang kini entah bagaimana sudah bisa akrab dengan Alinka) sedang sama dia kayak jaga jarak bikin Reza galau. Dia itu salah apa sih, kok di teman tirikan gini.

"Za, lo nggak pindah gender kan?" tanya Devan padanya. Devan lihat mode ceria Reza dirubah jadi kayak cewek-cewek alay yang kerjaannya galau.

"Omongan lo Van, kalau pindah lo naksir?" canda Reza kaku.

"Lah itu muka tiap hari asem, kayak bapak-bapak nggak dapet jatah," ejek Devan.

"Kampret," umpat Reza. Ya namanya juga cowok. Sekalem-kalemnya cowok tetep aja. Umpatan dan cowok tak terpisahkan. Walau Reza kalau ngumpat nggak kasar-kasar amat sih.

"Ngumpat kasar itu nanti jadi kebiasaan, jadi sebelum kebiasaan mending sering istighfar," ucap Reza dulu.

"Tiap hari galau terus cem cewek yang nggak dibales smsnya," ejek Devan tertawa-tawa karena melihat muka Reza yang merengut.

"Sorry ya, kalau gue yang sms pasti dibales kok," sombongnya.

"Songong lo," ucap Devan sambil menoyor kepala Reza pelan.

Apakah kalau dia chat Alinka akan dibalas ya. Tapi melihat interaksi mereka  seperti, dua orang yang duduk di kursi bus yang sama, cuma basa-basi doang isinya. Udah kayak stranger bangetlah pokoknya.

Tapi kalau dia nggak mencoba nggak akan pernah tahu kan. Toh dia chat untuk menyambung tali persahabatan yang dulu belum sempat ia ulurkan tapi langsung ketepis.

Reza Ardiansyah : Hai, Alin. Kamu suka bola nggak sih? Nanti ada nobar, mau join?

"Ahh, kenapa udah kekirim, mati gue, mati ajalah," ucapnya panik. Reza tadi cuma iseng aja nulis pesan di chat roomnya dengan Alinka. Gara-gara obrolannya sama Devan nih, jadi kebablasan. Aduh, nanti Alinka gimana?


Ada yang nungguin cerita ini nggak sih, wkwkwk. Aku lagi persiapan ujian nih, jadi nggak tahu kapan update lagi. Mohon doanya ya, semoga diberi kelancaran dan kemudahan serta hasil yang maksimal, Aamiin...
Semoga ada yang suka 😆

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang