Tiga Belas

1.7K 71 0
                                    

Ku bermimpi dengan mata yang terbuka
Ku melayang diatas awan tanpa terbang
Ku tlah jatuh cinta tanpa kau harus berusaha
Kau ubah tanya menjadi rasa
(Tanya Jadi Rasa - Vadi Akbar)

Reza nggak pernah tahu kalau chat basa-basi kurang dari dua puluh baris akan semenyenangkan ini. Setelah Alinka jawab boleh, Reza bingung mau ngajak ngobrol apa. Apalagi setelah dia tahu kalau Alinka nggak suka sama sepak bola jadi Neymar yang akhirnya bergabung dengan PSG nggak akan menarik buat dibahas.

Jadi dengan bego nya Reza cuma tanya hal paling basi sedunia.

Udah makan belum?

Pertanyaan terbasi sedunia. Dan ya, percakapan mereka terhenti saat Reza membalas pertanyaan Alinka yang mengembalikan pertanyaannya.

Reza emang sebego itu karena dia memang belum pernah pacaran. Selama ini pacaran bukanlah hal yang harus dia lakukan bahkan ia pikirkan saja tidak. Jadi, ini pertama kali untuknya, dan dia butuh orang untuk memberinya pencerahan. Gimana cara dekatin cewek.

Reza juga bingung gimana caranya dia jadi naksir Alinka. Ya memang sih Alinka itu naksir-able tapi apa hal spesifik yang buat dia naksir Alinka. Reza nggak tahu. Tiba-tiba aja dia mengalami gejala-gejala yang seperti dicirikan Arka kemarin.

"Hei Alin," sapa Reza saat melihat Alinka yang baru turun dari motornya. Sepertinya parkiran sekolah adalah tempat istimewa untuk kisah mereka. Dari awal bertemu pun di sini.

"Hei Za," balas Alinka kaget mendapati Reza disebrangnya. Lalu mereka berjalan beriringan. Sumpah ini Reza jedag-jedug. Apa sebegininya ya naksir cewek.

"Aku mau ke kantin dulu, kamu mau ikut?" tanya Reza.

"Em boleh deh, aku mau beli minum, minumku ketinggalan," balas Alinka.

Sumpah ini kenapa krik-krik baget sih. Kenapa suasananya tiba-tiba jadi sepi kayak gini.

"Kamu belum sarapan ya Za?" tanya Alinka saat melihat Reza yang membeli beberapa bungkus roti. Sumpah ini Alinka gugup banget. Apa doanya yang dulu minta agar dia bisa sarapan bareng cowok yang ia suka bakal terwujud ya.

"Belum, tadi nganter adek dulu jadi nggak sempet deh. Takut telat," jawab Reza. Padahal ini masih ada dua puluh menit sebelum bel masuk, kayaknya buat sarapan masih cukup. Tapi mungkin Reza memang serajin itu.

"Kamu beli minum aja?" tanya Reza. Dia itu biasa ramah sama semua orang termasuk cewek, tapi kenapa kali ini rasanya beda aja ya.

"Iya, aku udah sarapan soalnya. Ya udah deh Za, aku duluan ke kelas ya," Alinka nggak kuat kalau harus lama-lama berduaan sama Reza gini. Gimana kalau penyakitnya kambuh. Bisa aja kan ini hal biasa buat Reza sedang untuknya pagi ini spesial banget karena bisa jalan bareng dari parkiran sekolah sama cowok yang disuka.

"Oke deh," balas Reza enggan. "Em, Lin?" panggil Reza yang menghentikan lagkah Alinka.

"Ya?" jawabnya menoleh, mungkin jarak mereka sudah ada lima langkah.

"Nanti malem boleh chat lagi kan?" tanya Reza sambil bergerak-gerak gelisah. Sial, kenapa dia salting (salah tingkah) gini sih.

"Em, boleh. Bye Za," ucap Alinka lalu berjalan cepat meninggalkan Reza. Sumpah ini pipi Alinka panas banget. Ini juga jantungnya, berdebar keras banget.

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang