Enam Belas

1.7K 58 0
                                    

Cinta kini kau pergi Sebelum dia mencintai aku
Begitu cepatnya dia berlalu
Meninggalkan semua hanya untuknya
(Tiada Kata Berpisah - Rio Febrian)

Alinka langsung masuk ke kamarnya setelah sampai rumah.  Rasanya ia ingin nangis sekencang-kencangnya. Dadanya sesak, seperti menahan napas di dalam air, ia ingin menangis tapi tak ada yang keluar dari matanya. Ia sedih, kesal, dan marah tapi ada rasa lega juga.

Sesuka-sukanya ia pada Reza dia tetap tidak bisa melawan orang tuanya. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk mereka seperti apa yang selalu mama papanya berikan. Ia tidak pernah menjadi anak pembangkang dan tak akan pernah. Apa yang dipilihkan orang tuanya adalah yang terbaik. Dan jangan dulu pacaran memang hal yang paling baik.

"Hallo," ucapnya setelah menjawab panggilan dari Wulan.

"Lo nggak apa kan?" tanya Wulan di seberang. Wulan tahu perihal mama papa Alinka yang secara tersirat melarang Alinka untuk punya hubungan khusus dengan lawan jenis.

"Buruk. Dada gue sesek Lan, tapi nggak bisa nangis," ucap Alinka sengau. Ia ingin menjerit atau menumpahkan seluruh perasaanya dengan menangis. Seperti apa yang selalu di gambarkan di novel maupun film. Saat seorang merasa sedih mereka akan menangis kencang. Tapi Alinka? Tak ada satupun air mata yang keluar.

"Gue ke sana. Sekarang," ucap Wulan lalu mematikan teleponnya.

Wulan sering menghadapi Alinka yang patah hati. Tapi setidaknya Alinka selalu mampu mengekspresikan seluruh emosinya. Ia akan menangis kencang, mengumpat semua cowok-cowok yang membuatnya baper lalu semuanya akan kembali normal. Alinka akan kembali menjadi orang yang menyenangkan. Baru kali ini Wulan mendengar suara Alinka yang sefrustrasi itu. Dan itu membuatnya khawatir.

"Sore Tante, Wulan mau ketemu Alin ya," sapanya saat mama Alinka membukakan pintu.

"Sore Lan, iya sana. Alinka di kamarnya tuh," ucap mama. "Mau dibawain cemilan nggak?" tawar mama Alinka.

"Nggak usah tante, nanti biar Wulan ambil sendiri," ucapnya. "Wulan ke kamar Alin dulu ya, tan,"

Alinka sedang tengkurap di atas tempat tidurnya saat Wulan masuk. Di depannya ada sebuah laptob yang sedang menyala menampilkan puluhan folder film.

"Gue kira Lo mau bunuh diri tadi," ucapnya lalu ikut tengkurap di sisi Alinka.

"Gila aja, gue belum nikah, belum ketemu Chris Evan, belum backpackeran ke Jepang, nggaklah gue nggak mau mengakhiri hidup sebelum impian gue terwujud," ucap Alinka yang kini terdengar biasa.

"Gaya Lo backpackeran. Ke mall sendiri aja nggak berani juga," ejek Wulan. Wulan bersyujur setidaknya Alinka terlihat baik-baik saja.

"Entarkan backpackeran sama suami Lan," imbuhnya masih sibuk dengan mengklik beberapa folder. "Gue butuh film yang sedih Lan, biar gue mewek-mewek trus plong gitu," ucap Alinka.

Wulan menatap wajah Alinka yang masih terus manatap layar laptobnya tanpa sekali pun memandangnya sejak ia masuk ke kamar ini. Wulan tahu walau Alinka bersikap baik-baik saja seperti ini, ada luka di hatinya. Reza itu cowok paling lama yang ditaksir oleh Alinka. Padahal kalau Alinka mau, sudah ada beberapa cowok yang mendekatinya. Sebut saja Johan si ketua OSIS yang bisa dibilang lebih keren di banding Reza. Tapi Alinka tetap bertahan dengan rasa sukanya pada Reza.

"Titanic Lin," usul Wulan.

"Nggak punya gue, itu juga film tahun kapan coba," tolak Alinka.

Mereka masih terus mencari film-film sedih untuk meluapkan emosi Alinka. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah film korea cina berjudul The Third Way of Love. Film yang di bintangi oleh Song Seung Heon dan Liu Yifei. Akhir yang menyedihkan dimana mereka tidak bisa bersama. Cara ketiga dalam mencintai adalah melepaskan. Dan mungkin cara mencintai Alinka pada Reza adalah sama seperti The Third Way of Love.

Wulan memandang wajah sahabatnya yang hanya diam menatap layar laptobnya yang baru saja menyelesaikan pemutaran film. Alinka terdiam lama, lalu satu tetes air matanya menetes diikuti isakan kecil.

"Lan, sakit," ucapnya lirih sambil memegang dadanya.

*****

Reza tidak pernah tahu kalau patah hati itu akan semenyedihkan ini. Sudah seminggu lebih ia tidak melihat Alinka sejak terakhir pertemuannya di kedai es krim waktu itu. Jujur, Reza rindu melihat Alinka yang suka tertawa lepas saat bercanda dengan teman-temannya di depan kelas.

"Za, nanti futsal dulu ya," ucap Devan. Nanti rencananya mereka akan mengadakan pertandingan futsal bersama sekolah lain. Hanya pertandingan persahabatan saja, tidak resmi.

"Di mana?" tanya Reza, pasalnya ia kemarin tidak ikut kumpul anak-anak.

"Di sini, tadi gue udah izin pinjam lapangan kok," ucapnya.

"Oke," balas Reza singkat.

Sebenarnya butuh waktu berapa lama untuk seseorang menyembuhkan patah hatinya. Karena walau sudah seminggu tetap saja ada perasaan tak menyenangkan di hatinya. Ada rasa tak ikhlas kisahnya harus barakhir secepat dan semudah itu.

Tim dari sekolah lawan sudah tiba di sekolah mereka. Ada beberapa anak yang masih tinggal di sekolah untuk menyaksikan pertandingan ini. Sengaja mereka hanya memakai celana seragam dan kaos biasa untuk pertandingan.

Beberapa cewek sudah melancarkan aksi flirtingnya berharap ada salah satu anak dari tim lawan kecantol. Dan pandangan Reza tiba-tiba terpaku saat melihat Alinka yang kini sedang tertawa bersama Genta kapten tim futsal lawan.

Apa mereka saling kenal?

"Gue pulang dulu deh, nanti mampir aja. Ares juga main ke rumah kok," ucap Alinka yang bisa di dengarnya.

"Gue kangen sama keusilannya tuh bocah. Heran gue, Lo bisa betah banget sama dia," ucap Genta lalu mereka tertawa bersama kembali.

Satu hal yang kemarin-kemarin ini ia lupakan, kehadiran cowok nobar itu. Kenapa ia tak pernah menanyakan ini pada Alinka dulu. Sial, kenapa Reza seceroboh itu sih. Bisa sajakan alasan Alinka menolaknya bukan karena ia belum ingin pacaran, tapi karena cowok itu. Dan kalau ia tidak salah Ares adalah namanya.

Apalagi tadi, Ares akan main kerumahnya dan Genta bilang Alinka yang betah bersama Ares. Jadi, benar Alinka memang punya hubungan khusus dengan cowok itu, dan itulah alasan sebenarnya Alinka menolaknya.

Reza lalu mengikuti sosok Alinka yang berjalan menjauh, lalu seperti sadar diamatai cewek itu menoleh menatapnya. Alinka terdiam beberapa detik, lalu tersenyum tipis dan melanjutkan langkah.

Kenapa nggak terus terang aja sih Lin, bilang kalau kamu suka cowok lain.

Tinggal dua bab lagi ya. Semoga ada yang suka 😊

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang