Sembilan

2K 71 0
                                    

biarkanlah cinta tak berbalas bila memang harus
ku nikmati cinta hanya sebatas mimpi
biar saja kasih indah tak pernah lekat
walau semua ini hanya sebatas mimpi
(Sebatas Mimpi - Monita Tahalea)

Pernah ngerasain nggak, kamu diterbangin tinggi terus jatuh gitu aja. Sakit. Iya, itu yang dirasain Alinka saat ini. Dia pikir setelah kemarin Alinka dan Reza jalan bersama, hubungan mereka nggak akan kaku kayak sebelumnya. Tapi ternyata itu cuma ekspektasi Alinka aja.

Pagi tadi Alinka papasan dengan Reza di koridor, Alinka pikir dia bisa saling sapa layaknya seorang teman yang akrab. Tapi nyatanya Reza cuma tersenyum tipis tanpa kata apapun. Reza hanya menatapnya sekilas lalu berlalu begitu saja.

Ini nih, yang nggak Alinka suka dengan dirinya. Kemarin dia terlalu baper saja, dia pikir mereka sudah akrab hanya karena kemarin makan bareng. Ternyata lagi-lagi hanya Alinka saja yang kebaperan.

"Kenapa lo, murung gitu?" tanya Wulan melihat Alinka sejak tadi pagi hanya diam saja.

"Nggak papa," jawab Alinka singkat.

"Boong banget, cerita dong," bujuk Wulan.

"Serius nggak papa," Alinka sedang tidak ingin cerita apapun. Dia sedang tidak butuh penghakiman dari siapapun. Dia hanya ingin menenangkan hatinya yang kali ini hampir patah lagi.

Alinka kemarin sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk nggak gampang baper, apalagi sama Reza yang terkenal memang baik sama semua orang. Tapi lagi-lagi Alinka terus saja baper. Alinka nggak mau gini terus. Dia capek patah hati, tapi kenapa hatinya nggak pernah lelah buat jatuh sih. Kenapa hatinya nggak pernah kapok.

Wulan hanya bisa diam melihat sahabatnya yang berwajah mendung. Mau bagaimana lagi, dia bukan cenayang yang bisa tahu segalanya tanpa dijelaskan. Toh, nanti Alinka pasti cerita kok apa masalahnya. Mungkin dia memang butuh ruang untuk menenangkan kekacauannya.

*****

Reza mencoba untuk mengurangi sikapnya yang terlalu ramah. Dia tidak mau terus-terusan menjadi penyebab orang lain patah hati. Bagaimana pun, ada kesalahannya juga yang membuat cewek-cewek baper. Coba kalau Reza bisa bersikap biasa saja, nggak perlu terlalu baik lagi.

Tapi melihat Alinka yang jadi murung saat ia bahkan tidak mau menyapanya, membuat dirinya merasa bersalah. Alinka adalah cewek yang baik, dan nggak seharusnya Reza bersikap seperti itu padanya.

"Za, bengong aja?" senggol Nino yang melihat sahabatnya hanya melamun sedari tadi.

"Nggak papa," jawab Reza singkat.

"Lo kayak cewek aja jawabnya nggak papa padahal lagi ada apa-apa," kata Nino mengejek Reza. Tapi sepertinya ejekan Nino tidak memengaruhi Reza sama sekali. Temannya itu kembali melamun dan mendiamkannya.

"Za, lo kenapa sih?" tanya Nino. Bukannya kepo, tapi dia khawatir saja. Reza itu cowok ceria nggak gampang galau kecuali kekalahan futsal kemarin atau Valentino Rossi yang gagal finish di lap terakhir.

"Nggak papa No, seriusan," jawab Reza meyakinkan.

"Ya udah deh," jawab Nino santai. Toh nanti dia bakal cerita kok, kalau ia memang ingin berbagi.

"Za, gimana jadi nonton Moto GP nggak?" tanya Nino untuk mengalihkan suasana.

"Ah, lo ngingetin deh. Nggak kayaknya, uang gue tetep belum cukup. Lagian sayang juga uangnya, mending buat tambahan uang nanti gue kuliah," jawab Reza. Mamanya itu single parent. Papanya meninggal saat ia SMP, makanya ia harus berhemat untuk membantu mamanya.

"Yah, padahal lo udah ngumpulin tu uang lama banget kan?" kata Nino. Nino paham dengan kondisi Reza, mamanya hanya seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan. Sedangkan ia harus menghidupi ketiga anaknya.

"Masih bisa nonton di TV kok, lagian nanti juga bisa nobar," jawab Reza. Tentang nobar, ia jadi ingat Alinka yang ikut nobar kemarin. Ah, apa Alinka suka nobar ya, suka bola gitu? Atau cuma buat nemenin cowoknya itu?

Ah, bodo ah, kenapa lagi-lagi inget Alinka sih.

*****

"Gue kemarin lihat Reza bonceng cewek. Tapi nggak kelihatan siapa ceweknya," kata seorang gadis.

Toilet. Yup tempat asik buat gosip selain di gerobak sayur. Alinka sedang ada di kamar mandi saat ia mendengar obrolan tentang Reza.

"Ah, patah hati gue kalau dia beneran udah punya pacar," jawab suara lain.

"Nggak tahu lah, Reza kan mukanya kalem-kalem playboy. Dia itu terkenal tukang PHP. Lo inget si Jelita. Dia juga pernah pergi berdua sama Reza, kencan gitulah. Tahunya apa, Reza cuma bilang kalau mereka itu ya hanya temenan nggak lebih. Reza itu tipe cowok yang nggak mau pacaran. Ya iyalah kalau pacaran jadinya kan nggak bisa main sana-sini. Hati-hati aja sama tipe kayak Reza gitu, diam-diam menghanyutkan," ucap gadis tadi.

"Bener sih, Reza itu kalem-kalem brengsek. Hati-hati aja sama dia," tanggap gadis lainnya.

Alinka juga pernah denger kata-kata kayak gitu pas dulu dia nggak sengaja denger obrolan Anya dan temannya. Tipe cowok kayak Reza itu malah yang potensi buat bikin cewek-cewek patah hati paling besar.

Alinka keluar saat sudah tidak terdengar lagi suara seseorang di luar. Sepertinya mereka tidak menyadari kalau ada orang lain di bilik toilet. Makanya mereka dengan santai ngegosip seperti itu.

Alinka sebenernya bukan tipe orang yang gampang terpengaruh gosip sih, tapi entah kenapa kali ini Alinka terpengaruh omongan mereka.

Alinka jadi berpikir, apa iya Reza tipe cowok seperti itu. Apa Reza sama kayak cowok lainnya yang suka bikin baper tanpa pertanggung jawaban. Tipe cowok yang ninggal pergi pas lagi sayang-sayangnya.

Alinka pikir, Reza itu beda. Dia memang cowok yang baik sama semua orang, bukan cowok tukang tebar pesona. Tapi kalau dia sampai mau di ajak jalan cuma berdua harusnya dia ngeh dong kalau ceweknya pasti ada rasa.

Ini cowoknya yang tukang PHP apa ceweknya yang tukang baper sih sebenernya?

Ini cepet apdet soalnya draf kemarin. Semoga masih tetep bisa nulis ya. Semoga ada yang suka 😊

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang