Lima Belas

1.8K 66 0
                                    

ini kenyataannya
tinggal melupakanmu saja
janji diri sendiri
berakhir malam ini
(Ekspektasi - Kunto Aji)

"Pagi Ma," sapanya pada mamanya yang sudah ada di meja makan tanpa sang Papa. Pasti papanya sudah berangkat kerja.

"Pagi sayang, kemarin pulang jam berapa?" tanya mamanya sambil menyesap teh hijau.

"Jam sembilan Alin udah di rumah kok Ma," jawab Alinka.

"Oh, pas mama pulang dari pengajian udah sepi soalnya," balas Mamanya. Kemarin Mamanya Alinka pergi pengajian rutin dengan ibu-ibu komplek.

"Papa yang bukain pintu," imbuh Alinka.

"Kemarin itu temennya Alinka yang mana sih, mama kayaknya belum pernah lihat. Biasanyakan mereka cuma main atau belajar bareng di sini," Alinka hanya diam saja karena tahu itu bukan inti kalimatnya, itu hanya pembuka biasa. "Itu pacarnya Alin ya?" tembak mama.

"Bukan kok, cuma temen. Namanya Reza seangkatan sama aku jurusan IPS, temennya Wulan juga sama-sama anak futsal," jelas Alinka. "Kemarin cuma main aja ngemil di Kafe sama anterin Alin beli buku, udah gitu aja,"

"Mainnya berdua aja," ucap mamanya santai. "Mama sebenernya nggak masalah sih kalau Alinka pacaran, cuma ya itu jangan sampai lupa kewajiban. Mama cuma nggak mau Alinka nyesel kayak Dinda," imbuh mamanya.

"Iya Ma," balas Alinka pelan.

Dinda itu sepupu Alinka tiga tahun lebih tua darinya. Dulu Dinda itu anak yang berprestasi, sering menang lomba, selalu lima besar angkatan, masuk kelas unggulan terus. Tipe anak teladan banget. Tapi setelah ia pacaran sama Dito yang sekarang udah mantan, entah kenapa prestasinya menurun. Terakhir dia bahkan nggak masuk sepuluh besar kelulusan, dan nggak lolos masuk perguruan tinggi negeri yang udah dipengennya sejak dulu.

Alhasil, karena depresi dengan prestasinya yang turun terus dia cuma bisa masuk ke Universitas swasta yang biasa aja. Selama satu tahun dia cuma dijadikan contoh buruk buat adik-adik sepupunya. Dan itu membuat keluarga besarnya secara tidak langsung membatasi bahkan melarang anak-anaknya untuk pacaran. Walau sekarang Dinda bisa masuk ke Universitas impiannya sejak dulu, tetap saja kini ia dipandang berbeda di keluarga besarnya.

Sebenarnya nggak masalah tentang pacaran, bukankah itu tergantung pribadi masing-masing. Tapi karena masalah Dinda, semuanya ditolak ukur dengan kisahnya. Dan Alinka tahu, Papa dan Mamanya tidak memberi lampu hijau untuk hubungan apapun yang menyangkut dengan laki-laki kecuali pertemanan.

*****

Ada yang berubah sejak malam Reza mengantar Alinka. Entah harus berapa kali mereka akan menghadapi fase seperti awal pertemuan. Canggung. Tapi kali ini canggung yang tak menyenangkan. Entah Alinka yang berubah atau Reza saja yang sekarang jadi lebih perasa. Yang pasti mereka seperti menjauh bukannya mendekat setelah kencan minggu lalu.

Alinka sudah jarang membalas chatnya, bahkan saat bertemu tanpa sengaja pun Alinka hanya menyapanya dengan senyum tipis. Reza jadi bingung, apa dia berbuat salah ya kemarin. Apa karena ia malah mengajaknya nonton Moto GP bukannya nonton film komedi romantis di bioskop seperti kencan-kencan pada umumnya.

"Kenapa lagi Za," tanya Nino.

"Nggak papa," jawabnya.

"Sekarang Lo hobi banget jawab nggak papa, apa cowok yang lagi naksir cewek itu seaneh ini ya?" tanya Nino. Reza itu jadi gampang galau sejak ia bilang naksir Alinka.

"Alinka ngejauh gue nggak tahu apa masalahnya," ucap Reza.

"Lah, emangnya kencannya gagal?" tanya Nino. Nino tahu mereka kencan karena Reza mengganggunya terus dengan alasan dirinya yang gugup.

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang