"Sometimes you have to look reality in the eye, and deny it." - Garrison Keillor.
Satu hal yang sudah pasti, jendela dari semua ingatanku yang hilang ada pada Lando. Aku yakin ada alasan kenapa aku bisa kehilangan semua memoriku begitu saja. Dan lagu itu, ada ikatan khusus antara lagu itu dan Lando. Aku yakin ini bukan kebetulan ketika aku bisa mengingat pecahan-pecahan memori dengan mendengarkan lagu itu.
Aku memperbaiki posisi dudukku dan mengotak-atik remote TV untuk mencari siaran untuk di tonton. Kali ini aku sendiri. Ibu sedang pulang dan Mara yang akan menemaniku sampai nanti Ibu kembali.
Tak ada yang menarik perhatianku, aku mengalihkan perhatianku ke arah ponselku dan langsung membuka pemutar musik. Ku buka satu-satunya playlist di sana yang dinamakan 'With you' dan ku mainkan dengan mode ulang.
🎵 What hurts the most
Was being so close
And having so much to say
And watching you walk away
And never knowing
What could have been
And not seeing that loving you
Is what I was tryin’ to do 🎵Seperti sebelumnya, setiap kata kata dari lagu itu mendapatkan reaksi dari otakku. Potongan-potongan gambar berebutan masuk lalu terfokus pada satu gambar dan kali ini juga Lando.
(Flashback)
Sinar matahari menembus kaca mobil yang sedang di kemudikan oleh Lando. Aku yang duduk di sampingnya bernyanyi mengikuti alunan radio yang tengah memutar lagu secara acak. Di bangku belakang, Mara dan Lora di temanin oleh gitar kesayangan Lando terlihat tak kalah antusius bersiul dan bernyanyi pelan mengikuti irama lagu.
Aku, Lando dan kedua sahabatku akan pergi ke pantai dan menikmati cubitan matahari ini. Ini adalah liburan pertama kami. Persiapan yang telah kami lakukan tidak main-main. Empat slipper baru, empat t-shirt dan empat kacamata baru yang sama akan perdana di pakai hari ini.
Dua jam perjalanan dan bau basah dari air yang ada di pantai mulai tercium. Hamparan pasir putih dan air yang biru mulai nampak menjamu ke empat pasang mata kami.
Bak orang-orang yang candu, detik kaki kami menyentuh hamparan pasir putih seketika membuat semua stres menghilang dalam sekejap mata.
Setelah berganti baju dan memakai sunblock, aku, Lando, Lora dan Mara bermain di pantai seperti tak ada hari esok. Entah berapa jam yang kami habiskan untuk menikmati luasnya air pantai. Kalau saja ujung-ujung jari tanganku tidak mulai mengkerut mungkin aku tidak akan sadar sudah berapa lama kami bermain di air.Mulai merasa lelah, aku memutuskan untuk kembali ke pondok payung di mana barang-barang kami berada. Duduk di salah satu kursi pantai yang ada di bawahnya, aku menikmati jus warna-warni yang entah apa namanya.
Dari kejauhan aku melihat Lando juga keluar dari air dan berjalan kearahku.
"Udahan mandinya?" Tanya Lando padaku sambil mengibaskan air dari rambutnya kearahku.
"Lando basahhhhh.." rengekku sambil menghapus air dari rambut lando yang terciprat padaku.
"Jari-jari aku udah keriput semua kelamaan di air." Jawabku setelah selesai mengeringkan air yang ada di wajahku.
"Baru juga dua jam udah berubah jadi nenek-nenek aja." Canda Lando sambil tertawa.
"Kalo aku neneknya kamu kakeknya. Tuh liat jari kamu keriput juga." Balasku sambil mengambil tangannya dan mendekatkan jari-jarinya pada wajahnya agar dia bisa melihat apa yang terjadi pada jarinya. Lando hanya tersenyum dan mengambil gitar kesayangannya dan memetik beberapa senar.
"Nyanyi dong." Pintaku pada Lando dan lagi Lando tersenyum.
"Tapi nanti aku minta bayarannya ya?" Tanya Lando.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Lando
RomanceKecelakaan yang terjadi pada Prilly Wintery membuat seluruh memorinya menghilang tanpa bekas. Namun melalui sebuah lagu, Prilly menemukan patahan-patahan memori itu. Memori apakah yang akan di temukan Prilly? Apakah Prilly akan lebih baik tanpa memo...