5. Avoiding Memories

975 118 0
                                        

"The richness of life lies in memories we have forgotten." - Cesare Pavese.

Perlahan-lahan semua inderaku mulai mendapatkan kesadarannya, aku memaksakan indera pengelihatanku tertutup saat aku mendengar ada obrolan pelan dari suara-suara yang terdengar sangat familiar di telingaku.

"Jadi, kenapa Prilly bisa pingsan?" Terdengar suara yang kemungkinan besar adalah suara Lora yang memulai percakapannya.

"Apa ingatan Prilly sudah kembali?" Tanya sebuah suara dengan penuh harapan yang tak lain adalah milik Ibu. Lalu percakapan terhenti untuk beberapa saat.

"Sebelum jatuh pingsan, Prilly menanyakan soal Lando." Kata sebuah suara yang aku yakini adalah milik Mara. Dan percakapan terhenti lagi. Aku ingin sekali melihat ekspresi wajah mereka tapi aku yakin percakapan ini tidak akan di teruskan jika mereka tau aku mendengarkan.

"Gimana caranya Prilly tau soal Lando? Itu artinya Prilly udah inget semuanya dong?" Tanya Lora dengan nada pelan.

"Prilly bilang ke gue kalo dia nemuin berapa pecahan ingatannya yang ilang." Mara menjelaskan semua apa yang aku akui kepadanya.

"Tapi semua ingatannya cuma tentang Lando." Tambah Mara dan terdengar dua orang menghela nafas panjang. Entah siapa tapi jika tebakanku benar salah satunya adalah Ibu.

"Ya ampun Prill." Bisik suara Lora terdengar begitu sedih. Lalu terdengar suara isakan pelan yang aku pastikan  itu adalah milik Ibu.

"Dari sekian banyak memori, kenapa harus Lando yang pertama kali di ingat Prilly?" Bisik Ibu dengan suara yang serak. Dan tak ada jawaban yang ku dengar setelahnya yang artinya percakapan telah selesai. Bahkan Ibu tak ingin aku mengingat Lando. Apa rahasia besar di balik nama Lando? Haruskah aku mencari tau? Atau mungkin benar kata Mara, aku lebih baik jangan meningat tentang dia? Tapi apakah kau rela kehilangan memori tentang seseorang yang mungkin bisa jadi dia paling berarti di hidupmu?

***

Kulihat awan mendung dari kaca kamarku yang samar-samar tertutupi oleh rintik gerimis yang jatuh. Dua jam lalu aku di perbolehkan pulang dari rumah sakit dan dokter menganjurkan rawat jalan saja. Dokter mengatakan suasana yang familiar mungkin akan lebih cepat memulihkan ingatanku. Saat pertama kali aku memasuki kamar ini, aku merasa asing bagai berada di planet berbeda. Bahkan dua jam berada di kamar bernuansa ungu muda ini masih terasa asing bagiku.

Ku sorong pintu geser yang menghubungkan kamarku dan balkon kecil yang ada di luar kamar. Ku ulurkan tanganku agar tetesan air mata langit itu menyentuh kulitku.

"Dan hujan akan mempertemukan kita kembali." Ucapku tanpa ku sadari.
Terkejut dengan apa yang ku katakan dengan tiba-tiba itu, aku menarik tanganku dari guyuran hujan yang masih sudi turun.

Tiga hari. 72 jam sudah berlalu sejak terakhir kali aku mendengarkan lagu yang menghubungkan aku dan ingatan tentang Lando. Sejak jatuh pingsan waktu itu aku menghindari keinginan untuk mendengarkannya. Ada perasaan tidak enak, mungkin firasat saat terakhir kali mendengarkan lagu itu. Gambar-gambar yang kurang menyenangkan muncul di kepalaku dan itu membuatku khawatir. Itulah alasan aku menghindari lagu itu. Aku masih menimbang-nimbang, apakah aku ingin mengetahui memori tentang Lando lebih lanjut atau menghentikannya saja.

Tapi setelah memikirkannya lebih lama, hasil di akhir dari hal ini adalah sama. Aku akan tetap mengingat kembali semua memori itu di akhir. Yang membedakan nya hanya cepat atau lambatnya saja.

Merasa mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sulit, aku melangkah masuk ke dalam kamar dan mengambil ponsel dan headset yang ada di dalam tasku. Sebelum kehilangan keberanian, aku menekan lambang 'play' lalu kembali ke balkon dan mendengarkan lagu itu di sana.

(Flashback)

Matahari sedang berkawan dengan awan. Cahayanya masih terlihat tapi awan membuat panasnya tak semenyebalkan biasanya. Aku membawa baki yang berisi dua gelas minuman dingin ekstra es batu seperti permintaan Lando. Dan dia duduk di sana di sebuah ayunan yang berada di halaman depan rumahku. Lando duduk bersandar pada ayunan dengan headset terpasang di telinganya. Matanya terpejam, dia terlihat sangat tenang. Aku mendekat lalu meletakkan minumannya di meja. Penasaran dengan apa yang sedang di dengarkan oleh Lando, aku mengambil tempat pas di samping Lando dan kemudian aku mengambil salah satu headset dari telinganya dan memasangkannya di telingaku.

🎵
It’s hard to deal with the pain of losing you everywhere I go
But I’m doin’ It
It’s hard to force that smile when I see our old friends and I’m alone
Still Harder
Getting up, getting dressed, livin’ with this regret
But I know if I could do it over
I would trade give away all the words that I saved in my heart
That I left unspoken 🎵

Aku mengernyitkan dahiku saat selesai mendengar lagunya. Lirik bahkan melodinya begitu sedih. Mendengarkannya saja bisa membuatku menangis.

"Kamu kok dengerin lagu sedih begini?" Tanyaku pada Lando. Lando membuka matanya kemudian tersenyum kemudian menghapuskan kerutan di keningku dengan ibu jarinya.

"Aku suka aja. Judulnya 'What hurts the most'. Penyanyinya Rascal flatts. Bagus kan?" Tanya Lando padaku. Aku menganggukkan kepalaku beberapa kali.

"Bagus sih. Tapi lagunya sedih. Dan dengerin lagu ini sama kamu itu berasa kamu ngucapin selamat tinggal." Kataku sambil menggelengkan kepalaku dan menghilangkan pikiran itu dari memoriku.

"Pada suatu titik kita semua pasti ngucapin selamat tinggal." Ucap Lando yang membuatku memunculkan kembali kerutan di keningku. Belum sempat aku protes dengan perkataan yang di ucapkan Lando, Lando menyambung kalimatnya.

"Tapi, aku Aliando Howell janji sama kamu. Kalo aku masih punya pilihan lain, aku nggak akan pernah ngucapin kata selamat tinggal ke kamu." Tambah Lando dan seketika protes yang ada di kepalaku menghilang. Asalkan tidak ada selamat tinggal di antara aku dan Lando, aku tidak apa-apa.

"Karena Prilly tanpa Lando bukanlah Prilly." pikirku sembari menyandarkan kepalaku di pundak Lando.

(End of Flashback)

Kembali ke realita aku melepaskan headset yang terpasang di telingaku. Kini semuanya jelas kenapa lagu ini menjadi kunci ingatanku tentang Lando. Lagu ini adalah lagu yang memiliki makna penting untukku dan Lando. Ada janji Lando di sana. Aku tidak tau apakah Lando menepatinya atau tidak karena sampai detik ini aku belum bertemu dengan Lando.

"With you." Ucapku pelan sembari membaca nama playlist yang menyimpan lagu kenangan bersama Lando itu.

"Di mana kamu Lando?" Tanyaku pada hujan yang masih turun tanpa jeda.

Aku melihat suasana di sekeliling rumah dan tanpa sengaja aku melihat ayunan yang sama dengan memori yang baru saja aku dapatkan. Tanpa di sangka-sangka memori tentang aku dan Lando di ayunan itu kembali muncul dan berulang-ulang dengan cepatnya hingga menimbulkan sakit kepala yang teramat dahsyat. Tak hanya itu, gambar-gambar yang tak pernah kulihat sebelumnya pun melintas secara cepat tanpa henti. Perlahan aku merasa kakiku mulai lemas dan mataku terasa berat, ponselku entah di mana dan sebelum aku menutup mataku dengan samar-samar aku melihat wajahnya. Namanya menjadi satu kata yang terakhir ku ucapkan sebelum gelap kembali menyelimutiku. Lando.

Memori LandoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang