"The beginning is always today." - Mary Wollstonecraft
Orang bilang setiap ulang tahunmu adalah awal baru dari hidupmu. Tapi ulang tahunku kali ini masih sama. Masih tanpa Lando. Dan aku masih tidak bisa melupakan kepergian Lando yang tiba-tiba. Sampai entah kapan.
Sebuah kue berwarna ungu muda tergeletak di hadapanku dengan lilin-lilin kecil berwarna-warni di atasnya. Dan tiga orang yang kini mengisi hidupku, dengan semangatnya menyanyikan selamat ulang tahun untukku.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah Ibu yang begitu sumringah sambil menepukkan tangannya, Lora yang tak kalah antusias menyanyikan lagu selamat ulang tahunnya dan pria tinggi di samping Lora, Ano. Ano adalah keluarga baruku, karena Ano adalah tunangan Lora sejak setahun yang lalu. Keduanya sedang mempersiapkan pernikahannya. Sesuatu yang membuat aku senang tapi juga sedih dalam waktu yang sama.
Aku senang Lora mendapatkan kebahagiaan dan akan segera menikahi cinta dalam hidupnya tapi terkadang melihat apa yang di miliki Lora dan Ano mengingatkan aku pada Lando dan apa yang bisa kami miliki jika Lando di sini.
Merayakan hari ulang tahunku juga mengingatkan aku dengan absennya Mara di hidupku. Ulang tahunku bagaikan pengingat bahwa Mara tidak lagi jadi bagian hidupku. Hampir dua tahun sudah Mara menghilang tanpa kabar. Aku dan Lora sudah berusaha untuk mencari tau kemana Mara pergi tapi hasilnya sia-sia.
Tak ingin menghancurkan mood bagus yang telah di bangun ketiga orang favoritku ini, aku meniup lilinnya dan memotong kuenya lalu menyuapi mereka satu per satu. Di lanjutkan dengan pembukaan kado yang sebenarnya tak perlu mereka siapkan. Walaupun hidupku tidak sempurna, tapi aku bersyukur memiliki orang-orang ini di sampingku.
Setelah acaranya selesai, aku berjalan menelusuri anak tangga yang mengarah ke kamarku. Ketika aku masuk ke dalam kamar alangkah terkejutnya aku melihat benda yang begitu besar bahkan lebih besar dariku, tergeletak di atas tempat tidurku.
Aku mendekati benda yang berbulu dan terlihat empuk itu kemudian mengambil kartu yang terletak di atasnya.
"Ketika malam terasa sepi, peluk aku." Tertulis di dalam kartu tanpa ada nama pengirimnya.
Ku alihkan pandanganku ke boneka teddy bear yang lebih besar dariku itu sembari menebak-nebak siapa pengirimnya.
(Flashback)
Ini adalah hari cerah yang lainnya. Aku dan Lando bermalas-malasan di ayunan yang ada di halaman depan rumahku. Ayunan ini adalah tempat favorit Lando entah apa alasannya.
"Lando." Panggilku sembari membuka novel yang sejak tadi ku baca.
"Hm?" Jawab Lando seadanya. Aku mengalihkan mataku ke arah Lando yang setengah tertidur bersandar di ayunan dan menutupi matanya dengan lengannya agar matahari tak mengganggunya.
"Ulang tahun kamu bentar lagi loh. Kamu mau kado apa?" Tanyaku pada Lando. Ulang tahun Lando sebentar lagi tapi aku tidak juga mendapatkan ide kado apa yang di inginkan Lando. Pilihan terakhirku adalah menanyakan langsung kepada Lando apa yang di inginkannya.
"Aku nggak mau apa-apa." Jawab Lando santai tanpa bergerak dari posisinya.
"Loh kenapa? Ini kan ulang tahun kamu. Masa kamu nggak mau apa-apa?" Tanyaku dengan kening mengernyit.
"Ya kan aku udah punya kamu. Aku nggak perlu yang lain." Jawab Lando santai.
"Kamu tuh diem-diem suka gombal ya." Kataku setengah tertawa sambil memukul Lando dengan novel yang tadi ku baca.
"Aku serius." Kata Lando dengan tawa kecil kemudian merubah posisinya ke posisi duduk. Aku hanya bisa memutar kedua bola mataku.
"Yaudah selain aku kamu maunya apa?" Tanyaku ulang pada Lando.
"Apapun dari kamu." Jawab Lando yang membuat aku menggelengkan kepalaku. Jawaban Lando sama sekali tidak membantuku.
"Terusin aja gombalnya biar aku seneng." Kataku sambil tertawa kecil.
"Kalo kamu? Kalo kamu ulang tahun, kamu mau kado apa?" Tanya Lando balik.
"Aku.. Mau boneka teddy bear." Jawabku.
"Kenapa harus boneka teddy bear?" Tanya Lando ingin tau.
"Soalnya biar bisa nemenin aku kalo malam lagi sepi atau bisa aku peluk kalo lagi dingin." Jawabku dan Lando tersenyum.
(End of Flashback)
Aku menutup mulutku dengan tanganku untuk menahan suara rasa terkejut yang keluar dari mulutku. Apakah benar boneka ini dari Lando? Tapi bagaimana mungkin? Lando sudah pergi. Jadi siapa yang mengirim boneka ini? Kenapa boneka ini mengingatkan tentang memoriku bersama Lando? Aku tidak pernah mengatakan tentang keinginanku untuk memiliki boneka teddy bear kecuali pada Lando.
Aku berniat bertanya pada Ibu tentang apakah Ibu tau siapa pengirim boneka ini tapi akhirnya mengurungkan niatku. Aku duduk di samping boneka teddy bear besar berwarna cokelat itu dan menyandarkan kepalaku di pundaknya. Apakah ini kado darimu Lando?
----
Keesokan harinya aku janjian dengan Lora untuk bertemu di sebuah cafe langganan kami sejak dulu. Lora ingin meminta bantuan pendapat dan saranku untuk pernikahannya nanti. Entah kenapa Lora begitu ingin pendapatku padahal aku belum pernah menikah apalagi mempersiapkan pernikahan.
Aku memasuki kafe dengan tergesa-gesa karena menghindari gerimis yang mulai turun. Ku lihat sekeliling kafe yang terlihat tak begitu ramai dan segera menuju meja pemesanan. Sesampainya di meja pemesanan, aku melihat ke arah menu yang terpampang di dinding, namun belum sempat aku mengucapkan pesananku, satu cup minuman yang terlihat panas di sodorkan di hadapanku.
"Mbak Prilly? Vanilla late dengan satu sendok gula?" Tanya pelayan kafe tersebut, kaget dengan pertanyaannya aku hanya bisa menganggukkan kepalaku. Bagaimana bisa pelayan ini tau namaku? Apakah aku terlalu sering datang sehingga mereka mengenaliku dan tau minuman yang sering ku pesan?Aku lalu melihat ke arah cup kopi yang berwarna putih itu dan di sana tertulis "Prilly". Dua hari ini memang banyak hal-hal aneh yang terjadi.
Tak ingin ambil pusing aku mengambil tempat di salah satu meja yang dekat dengan kaca yang membuat aku bisa melihat orang lalu lalang. Saat memperhatikan orang-orang yang melintas, aku melihat sesosok yang terlihat familiar. Tapi karena aku hanya melihat postur tubuhnya dari belakang membuat aku memutuskan bahwa kemungkinan besar aku salah lihat. Dan tak lama kemudian Lora datang dan obrolan tentang acara pernikahannya menyita waktuku. Tanpa sadar dua jam tak terasa berlalu begitu cepatnya.
"Jadi gimana, katanya lo dapet kiriman misterius?" Tanya Lora setelah memutuskan mengakhiri pembicaraan tentang rencana pernikahannya.
"Iya. Gue nemuin boneka teddy bear di kamar gue dan itu gede banget. Lo tau nggak siapa kira-kira yang nggak yang ngirim boneka itu?" Tanyaku pada Lora yang sejenak berpikir lalu menggelengkan kepalanya.
"Lo udah coba tanya Ibu?" Tanya Lora.
"Udah. Dan anehnya Ibu nggak tau." Jawabku yang bingung tentang misteriusnya boneka teddy bear itu. Diam sejenak menyelimuti aku dan Lora.
"Lor.. Gimana.. Gimana kalo boneka ini dari Lando?" Tanyaku penuh harap pada Lora bahkan kalimatku terdengar gila bagi telingaku sendiri.
Lora menatapku dengan ekspresi yang aku temukan pada Lora saat aku membicarakan soal Lando. Ekspresi kasihan sekaligus sedih.
"Prill.. Lando nggak akan balik lagi.." Ucap Lora pelan sembari menggenggam tanganku.
Dan walaupun sakit tapi aku tau bahwa kenyataannya apa yang di katakan Lora itu benar.
"Gue tau." Ucapku singkat walaupun hatiku berharap yang sebaliknya.
Jika aku boleh berharap, aku ingin Lando kembali walau sebentar saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Lando
RomanceKecelakaan yang terjadi pada Prilly Wintery membuat seluruh memorinya menghilang tanpa bekas. Namun melalui sebuah lagu, Prilly menemukan patahan-patahan memori itu. Memori apakah yang akan di temukan Prilly? Apakah Prilly akan lebih baik tanpa memo...