Dan melodi yang familiar di telingaku , di otak bahkan di setiap nadiku itu terdengar samar-samar saat mataku menghadapi silaunya sinar yang menuju kearahku. Lalu suara benturan keras membawa aku menuju kegelapan. 'Apakah ini yang kamu rasakan juga?' pikirku sebelum kesunyian menghampiri.
Bunyi berisik dari arah kananku memaksaku untuk membuka mataku yang terasa sangat berat. Seluruh tubuhku terasa sakit tapi tak sesakit kepalaku. Perlahan pandanganku semakin jelas. Atap berwarna putih, botol infus yang tergantung, mesin yang berisik yang tersambung dengan sesuatu di hidungku, dan pada akhirnya aku menyadari kehadiran tiga orang yang menatapku dengan khawatir.
"Prilly?" Panggil seorang wanita paruh baya yang terlihat paling sedih dengan airmata yang tak henti mengalir di pipinya.
"Pril? Kamu udah sadar?" Tanya seorang pria yang terlihat berada di umur 20an-nya. Dan wanita cantik di sampingnya hanya tersenyum padaku dan mengulurkan tangannya.
Aku memejamkan mataku karena sakit kepala yang luar biasa dan berusaha mengingat siapa semua orang ini tapi tidak ada satupun yang muncul di otaknya.
"Prilly? Siapa itu prilly? Dan siapa aku? Siapa mereka? Dan kenapa aku di sini?" Benakku dalam diam.
Aku bisa merasakan bahwa tiga pasang mata sedang memperhatikan gerak gerikku. Dengan hati-hati aku membuka mataku kembali.
"Maaf. Kalian siapa ya?" Dan pada akhirnya kata-kataku memecahkan keheningan dan kemudian suara tangis pecah yang membuatku semakin bingung dan tersesat. Siapakah aku?
***
Namaku Prilly Wintery. Umurku 21 tahun. Ketiga orang yang ada bersamaku saat aku sadar itu adalah Ibuku, dan dua sahabatku Lora dan Mara. Itulah yang aku tau hingga saat ini dari cerita yang mereka katakan padaku setelah seminggu berada di rumah sakit ini.
Amnesia. Kata dokter aku kehilangan memoriku untuk sementara karena kecelakaan yang menimpaku. Bagaimana rasanya menjadi amnesia? Perasaan yang aku rasakan bercampur aduk. Aku merasa damai tapi juga penasaran dengan memori tentang siapa aku. Dan aku merasa menyesal dan kasihan setiap kali aku menatap ibu. Ibu pasti merasa sedih karena aku tidak mengingatnya. Maka sebaiknya aku mengembalikan ingatanku secepatnya.
"Lor, lo punya nggak barang-barang apa gitu yang mungkin bisa ngebantu ngembaliin ingetan gue? Misalnya foto? Atau apa gitu?" Tanyaku pada Lora.
"Besok gue bawain foto-foto kita yang gue punya ya." Jawab Lora.
"Makasih Lor, gue pengen cepet ngembaliin ingetan gue. Kasian Ibu." Ucapku.
"Pelan-pelan aja Pril. Yang penting lo mendingan dulu. Gak usah sekarang juga nggak apa-apa. Ibu pasti ngerti." Kata Mara dengan tidak nyaman. Aku menangkap kerutan di kening Mara yang sejenak terlintas seolah tidak suka dengan ide ingatanku cepat kembali.
"Mar.." Lora menyikut Mara dengan nada mengingatkan.
"Maksud gue.. Lo jangan maksa diri untuk nginget semuanya Pril. Pelan-pelan aja. Ntar yang ada kepala lo sakit lagi." Jelas Mara yang entah kenapa terdengar tidak tulus. Mungkin perasaanku saja.
"Oh iya. HP gue di mana ya?" Tanyaku pada Mara dan Lora.
Mara beranjak dari duduknya dan mengambil sebuah ponsel dari tas miliknya. Mara kemudian menyerahkannya padaku.
"Gue yang nyimpenin." Kata Mara yang ku balas dengan senyum tanda terimakasih.
Di lockscreen ponselku itu terlihat gambar aku, Lora dan Mara. Sepertinya saat kami sedang liburan karena latarnya penuh pepohonan yang rindang bahkan terlihat seperti hutan.
"Mar.. Temenin gue makan yuk." Kata Lora sembari menarik Mara yang bingung dengan permintaan Lora yang tiba-tiba. Lora tidak salah lagi adalah sahabatku, Lora sepertinya tau bahwa aku ingin sendiri. Aku tersenyum melihat kedua sahabatku itu yang kini tak lagi terlihat di pandangan mata.
Aku membuka lockscreen ponselku dan terlihat wallpaper hitam polos yang tidak menarik di mataku. Apakah aku yang sebelum terkena amnesia menyukai warna hitam? Entahlah. Aku membuka satu persatu aplikasi yang ada di dalamnya. Galeriku terlihat agak kosong. Hanya foto aku, Lora dan mara mendominasi dan beberapa foto bersama Ibu dan puluhan selfieku. Total 100 foto. Apakah aku hanya punya dua teman ini saja? Mungkin iya. Kemudian aku membuka music player yang memiliki hampir 400 lagu di dalamnya. Aku menekan menu playlist dan ada hanya satu playlist "With you".
Saat aku membuka playlistnya, hanya ada satu lagu di dalamnya. Apakah ini lagu favoritku? Apakah ini lagu favoritku dengan Lora dan Mara? Atau favoritku dengan orang lain?
Aku menekan tombol 'Play' dan melodi yang terasa familiar tapi dalam waktu yang bersamaan tidak pun terdengar mengalun.
Intronya terdengar sangat sedih bahkan untuk yang pertama kali mendengar. Cukup untuk membuat mataku berkaca-kaca. Bahkan hatiku terasa sedikit sakit. Ada apa dengan lagu ini?
🎵 I can take the rain on the roof of this empty house
That don’t bother me
I can take a few tears now and then and just let them out
I’m not afraid to cry every once in a while
Even though going on with you gone still upsets me
There are days every now and again I pretend I’m OK
But that’s not what gets me
Tiap kata tiap melodi yang terdengar menimbulkan percikan percikan memori di dalam kepalaku yang di sertai dengan sakit kepala teramat sangat. Aku memegangi kepalaku yang diserang oleh memori berantakan yang seolah berebut kembali. Sebuah tawa, sebuah suara, punggung seseorang yang terlihat familiar dan pada akhirnya untuk pertama kalinya satu memori kembali dengan jelas. Dia.
![](https://img.wattpad.com/cover/116522256-288-k376984.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Lando
RomansKecelakaan yang terjadi pada Prilly Wintery membuat seluruh memorinya menghilang tanpa bekas. Namun melalui sebuah lagu, Prilly menemukan patahan-patahan memori itu. Memori apakah yang akan di temukan Prilly? Apakah Prilly akan lebih baik tanpa memo...