Sejam yang lalu entah mengapa Noah menawarkan pertemanan kepada Paul, laki-laki yang memiliki warna kulit yang berbeda dari kedelapan orang lainnya. Noah berpikir, Paul bisa dijadikan teman yang baik dan bisa dipercaya untuk situasi seperti ini.
Noah tidak pernah membedakan ras, agama, ataupun penampilan yang terpenting adalah selama saling percaya dan bisa diandalkan juga saling memberi dan menerima, dia akan menjadi teman Noah.
Noah terpaku duduk di ranjangnya yang empuk berwarna putih tulang dengan selimut yang lembut, dia menerawang di setiap sudut ruangan yang serba putih dan memiliki kaca jendela yang dia pikir bisa melihat pemandangan tapi sepertinya kaca tersebut hanyalah sebagai pemanis karena tidak ada pemandangan di luar yang bisa dia lihat. Bahkan dia belum sama sekali makan malam hari ini, cacing dalam perutnya berbunyi meminta makan pada majikannya. Noah mengelus perutnya, kalau saja dia bawa tasnya mungkin ada beberapa roti yang selalu dibekali oleh ibunya. Tiba-tiba saja dia rindu dengan ibunya, dan merasa tidak percaya pada wanita yang berada dalam hologram itu jika dia telah memberitahukan dirinya aman berada di sini.
Noah masih merasa ada yang janggal di tempat dia sekarang berada karena kejadian kemarin, dia secara paksa di bawa kemari, sampai ponselnya pun dihancurkan. Seharusnya dia tidak menghancurkan ponsel kesayanganku. Gumam Noah berbicara sendiri dengan menghelakan napasnya yang berat.
Noah bangkit dari duduknya di atas ranjang, dia ingin keluar dari kamar yang terasa sangat pengap walaupun nyaman. Aduh! Aku lapar, Batinnya.
Dia berdiri depan pintu kamarnya, lima menit memikirkan bagaimana cara membuka pintunya? Tidak ada gagang untuk mendorong atau membukanya. Noah kembali ingat seperti yang dilakukan Paul di sebelah pintunya terdapat kotak kecil yang tertempel di dekat pintu dan lampu merah itu sepertinya menandakan pintu terkunci jika memasukkan kartu kaca berbentuk kotak kedalam celah garis di atasnya dan lalu warna merah berubah hijau pintu itu menandakan jika pintunya tidak terkunci dan bisa dibuka. Noah melakukan hal yang serupa di awal dia datang juga melakukan seperti yang dilakukan oleh Paul. Dia memasukkan kartunya dan warna merah berubah menjadi hijau, pintu berukuran kotak terbuat dari marmer terbuka sedikit masuk kedalam sehingga Noah hanya tinggal menariknya lalu keluar dan otomatis terkunci sendiri karena lampunya langsung berwarna merah. Noah mencoba untuk mengetesnya dia mendorong pintu yang terbuat dari marmer itu dengan sekuat tenaganya.
Berat, keras, dan tidak bisa terbuka.
"Sedang apa kau?" Seorang perempuan bersandar pada tembok bercat hitam dengan tangan menyilang di bawah dadanya memandangi tingkah Noah yang sangat aneh seperti orang bodoh.
Noah sontak terkejut dia berhenti mendorong pintu kamarnya. Secara refleks Noah berdiri tegap dan menggaruk leher belakangnya. "Oh, em... a-aku..." Noah mencari-cari jawaban yang tepat untuk menjawabnya. Tidak mungkinkan dia mengatakan 'aku sedang mencoba mendorong pintunya' menjawab seperti itu kepada seorang perempuan yang sejak awal kedatangannya memperhatikan perempuan tersebut.
"Kau menghilangkan kuncimu?" tanyanya tanpa mencurigai hal aneh pada Noah.
Noah cekikikan dia menjadi salah tingkah, "Sepertinya."
Perempuan yang bernama Amanda melirik pada tangan kanan Noah yang mengenggam sesuatu seperti kunci pintu kamar. "Lalu itu apa yang kau pegang?"
"Apa? Yang mana?" Noah berpura-pura tidak paham.
"Lupakan." Amanda berjalan pergi melewati Noah.
"Eh, hei." Lidah Noah seakan terbelit-belit dia ingin memanggil perempuan itu tapi dia lupa dengan namanya.
Noah berjalan mengikuti jejak dari perempuan itu, walaupun tidak terlihat jejaknya tapi Noah tahu perempuan itu berjalan ke ruangan lain. Lorongan bercat hitam telah dia lewati dan sekarang dia memasuki lorongan yang berwarna serba putih telah Noah masuki, dia melihat ada kebisingan di dalam ruangan yang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virtual Reality: How To Survive From Zombie
Science FictionBUKU #1 PERTAMA DARI VIRTUAL REALITY THE SERIES. [Update setiap hari Minggu] Sepuluh anak remaja gamers di berbagai negara terpilih. Mereka berkumpul di Indonesia untuk memenangkan permainan dari teknologi ciptaan Prof, Dr. Fuad, yaitu VR (Virtual...