Chapter 6 : Persiapan (Part 3)

80 7 13
                                    

Di markas Morgenzon, kelima anggotanya telah berkumpul sesuai yang direncanakan ketua mereka. Pertemuan ini adalah untuk membahas misi yang akan diberikan selanjutnya.

Diki mengenakan baju tebal tempurnya dan celana panjang hitam. Pedang barunya digantungkan di pinggangnya. Sedangkan rekan-rekannya memakai jubah hitam khas Morgenzon.

"Misi ini akan menjadi misi pertamamu di sini, Diki," kata Master.

"Tentu saja," ujar Diki.

"Sebelumnya, apakah kalian tahu misi seperti apa ini?"

"Bukankah sudah jelas? Kita akan mencuri kristal Hinarum lagi, kan?" sahut Samuel.

"Tidak secepat itu, kita masih membutuhkan kekuatan untuk dapat mencuri Hinarum."

"Bukannya kita sudah cukup kuat dengan adanya Diki?" heran Mira.

"Ya, sudah cukup kuat memang. Namun belum cukup kuat untuk merebut kembali kristal itu dari keluarga Oktavian. Aku menemukan orang yang cocok untuk menambah daya tempur kita. Apalagi sekarang keluarga itu sudah meningkatkan keamanan untuk menjaga kristal Hinarum," tegas The Cold.

"kalau begitu, siapa dia?" tanya Arika.

"Erik Chain."

Diki terkejut mendengarnya karena orang yang diincar master adalah sesama anggota Nevela.

"Dia mempunyai kutukan yang menyebabkannya tidak bisa membuka mata kanannya, sehingga dia selalu menutupinya."

"Kutukan seperti apa?" tanya Mira.

"Kutukan yang menyebabkan kekuatannya melemah jika membuka mata kanannya. Dia akan menjadi sangat lemah sampai kemampuan berpedangnya menurun drastis. Bahkan staminanya terkuras dengan cepat. Itu yang sudah kuketahui sampai saat ini."

"Oh, hampir sama sepertiku ternyata. Aku akan menjadi lemah ketika mana-ku berkurang sampai setengah," kata gadis berambut hitam bergelombang itu.

"Kali ini kita harus membawanya ke sini, bahkan kalau perlu harus dengan paksaan kasar. Kekuatannya sangat dibutuhkan untuk menghadapi orang-orang Oktavian nanti. Lebih cepat lebih baik, karena Oktavian pasti akan memperketat kewaspadaan seiring berjalannya waktu. Aku menyerahkan misi ini pada kalian semua sekaligus. Jangan meremehkan, meskipun dia tidak bisa menggunakan sihir tapi dia sangat kuat. Kupikir Diki pasti lebih tahu betapa kuatnya orang yang kita bicarakan ini. Bukan begitu?"

"Ya. Erik sangat kuat meskipun usianya cuma dua tahun lebih tua dariku," jawab Diki. "Jadi bagaimana rencananya, Master?"

"Begini... ." Pria tua itu mulai menjelaskan. "Erik tinggal di asrama blok A Distrik Aman, tidak jauh dari kota kecil Luras dekat Arafal. Kalian akan menyusup ke sana dengan kelincahan kalian. Temukan Erik dan giring dia sampai ke hutan belakang asrama. Di sana sampaikan hal-hal seperlunya padanya dan langsung ajak dia bergabung dengan kita. Itu adalah rencana utama yang kusarankan. Apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan, itu tugas kalian untuk mengatasinya. Maka sebaiknya kalian buat beberapa rencana alternatif agar misi dapat berjalan dengan lancar. Arika, kau yang memimpin!"

"Misi harus dilakukan malam ini juga. Kuserahkan semuanya pada kalian. Ingat baik-baik, aku berharap misi ini berhasil. Meskipun begitu, harapan tidak selalu berjalan mulus. Apabila dia bersikeras menolak padahal kalian sudah membeberkan sedikit rahasia, jangan segan-segan untuk membunuhnya selagi informasi kita belum tersebar. Kuharap kalian tidak ceroboh dan hanya memberitahunya hal-hal yang perlu saja."

"Serahkan itu padaku, Master. Anda tidak perlu khawatir," tukas Samuel.

"Bagus! Silahkan persiapkan semuanya." Pria tua itu beranjak meninggalkan ruangan ketika mengatakannya. Sebelum itu, dia meninggalkan empat buah peta di meja untuk digunakan para anak buahnya.

Dimensi 27 #1 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang