Chapter 10 : Akhir Pertarungan

59 4 12
                                    

Part 1

Diki menguntaikan pedangnya ke kiri dan kanan. Usahanya ini tidak pernah mengenai musuhnya sekali pun. Kelincahan dan kecepatan musuhnya berada satu atau dua tingkat di atasnya. Paling tidak, dapat dibandingkan dengan Erik.

Rupanya, Serkan lelah terus-terusan menghindar. Akhirnya dia menarik pedangnya dan memblokir semua usaha Diki. Meskipun dia belum menyerang, perbedaan kekuatan nampak jelas sekali.

"Waktu di akademi dulu, saat ujian akhir, kita harus beradu pedang untuk menentukan siapa yang terbaik. Sayangnya, engkau kalah sangat telak. Tadinya, kupikir kau sudah lebih meningkat setelah bergabung dengan Nevela, tetapi cuma ada sedikit sekali peningkatan. Mengecewakan!"

"Serkan Kaynak..."

"Diki, kenapa kau tidak menggunakan sihirmu? Satu-satunya hal yang kau banggakan adalah sihir air dan es, bukan?"

"Aku tidak akan menggunakannya sampai pada kondisi kritis. Aku akan mencoba mengalahkanmu tanpa sihir," kata Diki jujur.

"Engkau selalu ingin lebih baik dari yang lain. Aku tahu itu sejak dulu san sekarang pun kau masih begitu. Tetapi sejak kepergian keluargamu, tidak, semenjak desamu hancur, sikapmu berubah sangat mencolok. Kau naif, pemurung, pemarah, acuh tak acuh, dan munafik. Temanku, aku ingin melihat kau seperti dulu-Diki yang ceria." Serkan naik amarah.

"Omong kosong! Bisa-bisanya kau bicara begitu." Diki juga semakin berapi-api.

Serkan dan Diki akhirnya beradu pedang, saling menyerang satu sama lain. Sementara itu, masing-masing anggota Morgenzon melawan musuhnya.

Mira terlihat kewalahan menghadapi penjaga 04. Ia tidak menggunakan sihirnya sama sekali untuk berjaga-jaga. Sebagai gantinya, kemampuan berpedangnya ia percayakan untuk melawan san menahan. Serangan Mira hanya sesekali mengenainya. Sedangkan dirinya selalu dipojokkannya.

Lain halnya dengan Samuel. Selama bertarung dengan penjaga 05, tidak ada kemunduran maupun kemajuan yang berarti. Artinya keduanya masih seimbang. Mereka juga terlihat lebih menghemat tenaga.

Di pihak Arika yang buruk dalam berpedang. Pria itu mengandalkan sihirnya untuk menyerang sekaligus menahan serangan-serangan mematikan Riepana. Berbagai elemen sihir andalan dia lancarkan demi melenyapkan monster buas itu. Tetapi percuma, makhluk itu tidak mempunyai kelemahan terhadap elemen apapun.

Di daerah yang agak lebih berlumpur, terlihat Erik yang sangat kesulitan menaklukan monster serigala besar berjuluk Skaraporsila itu. Sebab monster ini jauh lebih kuat dibandingkan Skaraporsila biasa.

Pertarungan sihir hebat di lokasi itu ditunjukkan The Cold, yang beberapa kali memojokkan musuhnya, Evlaar. Dia sangat dominan baik dalam penyerangan maupun dalam bertahan.

Betapapun, tekad Diki adalah yang paling berkobar diantara anggota Morgenzon. Semangatnya untuk mengalahkan rivalnya seolah tak terbatas. Meskipun serangan Serkan sangat menekannya, tetapi dia tidak menyerah. Dia masih saja mengayun-ayunkan pedangnya dengan cepat.

Pada akhirnya, tebasan Diki menggores pipi kanan Serkan cukup dalam. Alhasil, cairan merah mengucur deras ke tanah.

Setelah itu, Serkan bak kesetanan kekuatannya meningkat dengan tiba-tiba. Empat ayunan beruntun dilepaskannya dalam waktu yang sangat singkat. Diki sempat membalas dengan sebuah tusukan diagonal. Tetapi dengan mudahnya Serkan menangkisnya.

Serkan terus menyerang dengan sayatan-sayatannya. Dia menghempaskan pedang lawannya sampai terhempas sangat jauh.

Seolah tidak mengenal ampun, Serkan meneruskan tebasan-tebasannya. Ditujukannya pedang yang runcing itu ke jantung Diki. Beruntung kelincahan Diki menyelamatkannya dari serangan itu. Dia menghindari itu dengan cepatnya.

Dimensi 27 #1 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang