Aceh

4.2K 203 5
                                    

Kami telah siap untuk makan pagi bersama, sudah beberapa hari ini aku tidak ngajar karena libur semester sampai sebulan ke depan. Aida sedang berlibur ke New York, Rafa pun pergi ke sana untuk menyelesaikan beberapa kerjaannya. Jadi aku hanya berdua dengan bang Adli di rumah.

"Alina"

"Hmm"

"Abang udah nyiapin tiket ke Aceh"

"Ke Aceh? Abang ada kerja di Aceh" tanyaku bingung

"Bukan, tiket itu untuk kita berdua"

"Untuk kita? Alina juga ikut?"

"Iya sayang, kita ke rumah teman mama sama papa, udah lama abang gak ke sana, abang jiga udah ngabarin mereka semalam"

"Ooo, Alina cuma pernah dengar nama daerahnya dan ngeliat di tv, kalau ke sana belum pernah"

"Abang juga baru sekali kok ke sana, dulu waktu abang kecil abang di ajak mama sama papa ke sana, udah lama sekali"

"Hmmm, kapan kita berangkatnya?"

"Nanti ba'da asar?"

"Ba'da asar? Hari ini bang?" tanyaku terkejut.

"Iya sayang, hari ini. Gak usah panik gitu"

"Tapi abang mau ke kantor katanya"

"Iya cuman mau beresin beberapa berkas, nanti ba'da zuhur abang pulang"

"Okey, Alina akan packing dulu berarti"

"Iya, abang pamit ke kantor dulu"

"Iya"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" seperti biasa, aku mencium punggung tangannya dan dia mencium keningku.

******

Di Aceh
Setelah sampai di bandara, bang adli di samperin oleh seseorang dan menyerahkan sebuah kunci mobil, dan kemudian kami berdua bergegas ke mobil dan melanjutkan perjalanan kami. Kata bang Adli kami akan ke kota Samalanga, aku sendiri gak tau daerah itu. Ini kali pertama aku menginjakkan kakiku di Aceh, sangat indah, kotanya juga rame, di sini rata-rata perempuan memakai hijab, walau ada sebagian kecil yang tidak.

Perjalanannya lumayan jauh, jadi aku memilih untuk tidur di mobil. Kemudian mobilnya berhenti sebentar untuk makan, wilayahnya nampak seperti pegunungan, ada banyak pepohonan, di sepanjang jalan banyak orang yang menjual keripik dan tape, kami memilih untuk makan di suatu warung yang menyediakan nasi. Aku sempat membaca di dwpan warung ini bertuliskan Seulawah, itu nama daerahnya.

Setelah makan kami melanjutkan perjalanan kembali, melewati jalan dengan banyak pepohonan di sekelilingnya. Suasananya sangat menenangkan.

Sekarang kami sudah sampai, ada seorang ibu dan bapak yang sepertinya itu adalah suaminya yang telah menunggu kedatangan kami. Bang Adli sudah bilang kalau rumahnya ada di lingkungan dayah.

"Assalamu'alaikum" sapa kami

"Wa'alaikumsalam, nak Adli, waaah, ganteng sekali, sudah lama umi gak jumpa"

"Iya umi, waled. O ya perkenalkan ini istri Adli namanya Alina" aku menunjukkan senyum khas ku.

"Waah, cantik sekali"

"Terimakasih umi"
Umi langsung mencium keningku, nampaknya umi sangat ramah. Waled juga begitu, jadi ingat umi sama abi.

"Ayo, kita masuk, kalian mandi dulu, habis itu kita makan ya, umi udah masak banyak untuk kalian, setelah makan baru istirahat." umi juga perhatian sekali.

Kami pun masuk, udah ada satu kamar yang di siapkan untuk kami, kamarnya sederhana tapi nyaman.

"Abang, umi sama waled orangnya ramah banget ya!"

"Iya, waled tu pimpinan dayah di sini, umi sendiri sangat menginginkan anak perempuan, sayangnya Allah tidak memberinya anak perempuan, jadi pas tadi umi liat alina, umi langsung akrab sama Alina."

"Ooo, anak-anaknya yang lain?"

"Umi sama waled punya 3 orang anak laki-laki, semuanya sudah menikah, jadi mereka tinggal bersama istri mereka"

"O gitu"

"Di sini kan banyak santri, jadi umi sama waled gak ngerasa kesepian, anak-anaknya juga sering pulang ke sini"

"Hmmm" aku hanya manggut2.

"Alina mandi dulu, umi sama waled udah nunggu kita untuk makan"

"Abang gimana?"

"Abang mau mandi di sumur"

"Sumur?" ada banyak kesederhanaan yang belum aku ketahui daei suamiku, aku juga merasa terkejut bahwa dia membawaku ke sini, Dayah benar-benar tidak terpikir oleh ku sama sekali.

Setelah kami mandi kami langsung menuju ruang makan, di sana sudah ada umi sama waled yang nunggu. Banyaknsekali hidangannya, nampaknyabsangat lezat.

"Alina, ini namanya kuah pliek u"

"Apa namanya umi?"

"Hahahaha" serentak mereka menertawakan aku

"Pliek u alina"

"Plik u" aku mengejanya. Akhirnya mereka manggut2 juga.

"Nah yang ini namanya timphan" umi menunjukkan sebuah kue yang bulat panjang di balut daun pisang. Kali ini aku tidak mau balik nanya, untuk nyebut namanya aja susah sekali.

Kami makan bersama. Masakan yang umi bilang plik u tadi rasanya agak berbeda, ada khas nya gitu, tapi enak banget, kata umi itu makanan khas Aceh, bang Adli sangat suka sama masakan itu, jadi umi mau ngajarin aku masak kuah itu, ngucap aja susah banget gimana buatnya ya! aku mencoba semua yang dihidangkan, ada kepiting juga, enak banget pokoknya.

Engkau Jawaban Istikharahku√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang