Terluka

4.6K 258 6
                                    

"Abang, ada berkas yang ketinggalan di meja makan. Perlu Alina antar bang?"(message)

"Eh mbak Alina, mau jumpa sama pak Adli ya?"

"Iya siska, bapak ada di ruangannya kan?"

"Iya mbak, ada. Apa perlu saya antar?"

"Gak perlu, makasih sis."

"Oke, sama-sama mbak."

Moga aja gak kena semprul gara-gara datang ke sini gak ada kasih tau, bukannya gak mau kasih tau sih, pulsanya abis, udah aku line tapi nggak diread, salah siapa coba.

Kok rame kali kedengaran di dalam ruangannya abang ya.  Apa lagi rapat? Aku ketok dulu atau masuk aja ya

"Ass..."
Belum habis ku ucap salam

"Adli, lo nggak tertarik sama sekali sama Alina? Dia itu cantik lo bro, mengalahkan cewek-cewek yang pernah dekat sama lo"

"Udah deh, guekan udah bilangselain untuk mendapat harta bokap gue, gue pengen bales dendam ke dia. Gue gak akan memperlakukan dia layaknya seorang istri. "

"Heh, bro, nyesel lo nanti kalo dia udah pergi."

"Rian, gak usah ngajarin gue deh. Bagi gue dia itu bukan siapa-siapa. Dianya aja yang deketin gue. Gue mah ogah."

Astagfirullahal'Azim, air mata ini mengalir tanpa permisi. sesak dadaku ya Allah, itukah pendapat suamiku, tidakkah dia merasa bersalah kepadaku. Dia sama sekali tidak peduli kepadaku. Apa yang harus aku lakukan. Haruskah aku berhenti di sini. Aku tidak kuat, aku benar-benar tidak kuat.

"Assalamu'alaikum, abang."

"Wa wa wa'alaikumsalam, Alina!"

"Aaalina mmau nganter berkas abang yang ketinggalan. Maaf, Alina nggak bisa nelpon abang, pulsa Alina habis, tapi Alina udah line abang kok."

"Mmm mm. . . ."

"Aa abang, Alina mau minta izin, Alina mau pulang ke rumah umi. Mungkin Alina nginep di sana. Assalamu'alaikum."

Sungguh, aku tidak kuat, tak sanggup aku mendengar suaranya lagi. Ampuni aku ya Allah.

Aku menangis sepanjang perjalanan. Hanya aku yang merasa luka ini, luka yang selalu ingin diberikan oleh suamiku sendiri.

"Assalamu'alaikum umi abi"

"Wa'alaikumsalam, Alina? Kok nggak kabarin umi sama abi mau pulang? Suamimu mana nak?"

"Umiiii, , , Alina lelah umiii, Alina nggak kuat. Alina a a. . ."

"Sayang cukup nak, yang sabar nak, Allah sedang menguji Alina. Alina harus kuat ya nak, Alina nggak boleh putus asa.
Alina istirahat dulu ya nak, umi buatkan teh hangat untuk alina."

Di sinilah aku mendapat ketenangan dari pelukan dan kasih sayang umi dan abi. Aku bersyukur mempunyai mereka. Aku tidak ingin membuat mereka merasa bersalah karena telah menikahkanku dengan abang Adli. Sungguh, aku ikhlas menikah dengannya. Ya Allah, bantulah aku.

"Alina, minum dulu nak."

"Alina!"

"Iya abi"

"Alina sudah minta izin pada Adli sebelum ke sini?"

"Sudah umi, abi, insyaallah Alina akan menginap benerapa hari mi, bi."

"Jangan lama-lama nak, tidak baik. Berdosa hukumnya. Jika ada masalah selesaikan dengan kepala dingin ya!"

"Insyaallah umi, abi."

Engkau Jawaban Istikharahku√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang