Air Mata

3.7K 184 3
                                    

"Ketika aku benar-benar cinta, cinta yang suci karena Allah, Dengan nama Allah aku siap mandi darah demi dia yang kucinta bisa mandi susu"

Seharian bang Adli tidak bicara padaku, aku juga demikian. Sekarang sudah waktunya makan malam, kami tetap makan seperti biasa, aku melayaninya seperti biasa juga, hanya saja tidak ada percakapan di antara kami. Setelah selesai makan, aku membereskan meja makan dan menuju dapur.

Ketika sedang bersih-bersih, bang Adli menyapaku.

"Alina! Sampai kapan kita akan diam-diam seperti ini?"

"Sampai abang setuju untuk nikah sama carolin"

"Alina--"

"Lepas Abang!" aku menarik tanganku yang dia raih.

"Alina!" dia nampak tidak percaya.

"Abang jangan sentuh Alina" aku meninggalkannya di dapur dan menuju kamar. Aku tidak tega melakukannya pada bang Adli, tapi itu satu-satunya cara agar dia mau menikahi carolin.

Kini kami sudah ada di ranjang, aku gak bisa diam saja, carolin memberiku waktu hanya sampai besok.
"Abang, Alina minta kunci kamar bawah" bang Adli langsung menoleh ke arahku.

"Kamar bawah? Kenapa?"

"Alina mau tidur di sana"

"Gak, abang gak ngizinin"

Tanpa menoleh ke belakang, aku mengambil selimut dari lemari dan keluar dari kamar. Aku memutuskan untuk tidur di sofa.

"Alina!" terdengar suara bang Adli yang memanggilku dengan sangat pelan. Sekarang dia duduk di lantai samping sofa aku tidur.

"Ini kuncinya, Alina boleh tidur di kamar itu" dia menyerahkan kuncinya padaku. Terlihat matanya yang sembab, aku yakin dia menangis. Setelah ku ambil kuncinya aku meninggalkannya dan menuju ke kamar. Tiba-tiba dia menarik tanganku, aku berbalik ke arahnya, dan dia menciumku lembut, sangat lembut. Aku tidak menolaknya, aku tau dia sedang hancur, andai saja dia tau kalau aku lebih hancur darinya. Tanpa sadar air mataku mengalir, dia menyadarinya, dan menghapus air mataku. Aku tidak kuat, aku langsung berlari ke kamar. Di sini aku menumpahkan segalanya, aku menangis sejadi-jadinya, seharusnya kehamilanku menjadi kebahagiaan bagi kami, tapi kini aku harus menutupinya dari suamikau sendiri. 'Maafkan mama sayang!' batinku sambil mengelus perutku.

*****

Seharian aku tidak bertemu bang Adli, dia berangkat lebih awal hari ini, sampai malam tiba kembali. Apa yang harus aku lakukan, carolin sudah mempersiapkan acara akad nikahnya besok, tapi bang Adli masih belum setuju juga. Aku takut carolin akan melakukan yang dia katakan.

'Krek' suara pintu terbuka.
Sospk bang Adli muncul dari balik pintu itu.

"Alina, malam ini kita tidur di kamar kita ya!" pintanya. Aku mengelengkan kepalaku.

"Sehina itukah abang di mata Alina? Sampai satu kamar dengan abang saja Alina merasa jijik?" kata-katanya sangat tajam menusuk hatiku, jantungku remuk tak sanggup untuk melihatnya. Sedangkan dia sudah terisak tangis di sana.

"Alina! Abang tidak sanggup melihat Alina seperti ini, apa yang harus abang lakukan untuk mengembalikan Alina yang dulu?"

"Nikahin carolin" hanya itu yang keluar dari mulutku. Dengan perasaan yang sangat hancur, aku harus meminta suamiku sendiri untuk menduakan aku. Bang Adli mengusap mukanya frustasi.

"Alina, abang gak bisa, lagian abang yakin alina tidak akan sanggup berkongsi kasih dengan wanita manapun". Benar, apa yang dikatakan bang Adli memang benar. Tapi apa dayaku ya Allah.

"Abang juga tidak akan bisa adil jika abang harus membangun masjid yang kedua"

"Abang bisa, Alina yakin, abang bisa"

"Apa yang sebenarnya terjadi Alina, kenapa Alina begitu ingin abang menikah lagi?"

"Karena wanita yang akan abang nikahi adalah ibu dari anak abang"

"Berapa kali abang harus mengakatakan kalaj itu bukan anak abang". Maafkan Alina abang.

" Abang mau Alina kembali seperti dulu?" tanyaku.

"Tentu, abang merindukan sayangnya abang" jawabnya begitu lembut.

"Tolong nikahin carolin". Berkali-kali dia menatapku, bang Adli nampak sangat frustasi.

" okey, okey, abang akan nikahin carolin, tapi Alina ingat, abang tetap tidak akan bisa adil. Dan jangan pernah salahkan abang kalau Alina tersiksa untuk berbagi kasih dengan orang lain"

"Alina akan belajar menerima hakikat. Alina senang abang mau menikahi carolin" semua ini bohong. Semua yang keluar dari mulutku bohong abang. Ya Allah tolonglah aku ya Allah.

"Carolin sudah menghungi Alina, akad nikahnya besok pagi di rumah carolin. Dia sudah mempersiapkan segalanya. Tapi, Alina mau abi sama umi tidak tau tentang semua ini." jelasku tanpa menatap ke arahnya. Aku tidak mau membuat umi sama abi khawatir, aku juga belum memberitau umi sama abi mengenai kehamilanku. Karena aku harus menutupinya dari semua orang.

"Lakukan apa yang menurut Alina benar, abang akan mengikuti semua keinginan Alina" jawabnya sambil membuka pintu dan menghilang di baliknya. Aku terdiam, kepalaku tak sanggup lagi untuk berpikir. Hanya Allah yang tau bgaimana remuknya hatiku saat ini. Besok adalah mimpi buruk bagiku, aku harus melihat orang yang aku cintai bersanding dengan wanita lain.

Engkau Jawaban Istikharahku√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang