Second Chance [1]

3.2K 476 180
                                    


.

Haloo akhirnya kita bisa nyelesein chap 1.. Makasih banyak buat respon kalian yang tentunya kita jadi semangat untuk ngelanjutin ff ini, tapi sayang dari sekian banyak yang baca ff ini yang vote dan komen gak hampir dari setengah nya. Author disini bukan gila pujian tapi jika kalian udah baca setidaknya beri vote, kita anggap itu apresiasi untuk karya kami.. Kita sama-sama punya hobby, kalian readers hobby baca dan kami author hobby nulis.. Kita udah ngerangkai kata sedemikian rupa jadi jangan pelit ya guys untuk vote nya! Syukur-syukur kalo ditambah komen, hehe. Makasih 💗

 Makasih 💗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haahh.."

Helaan nafas lega begitu jelas keluar dari mulut kecil seorang pria yang kini tengah merebahkan tubuhnya di ranjang yang ukurannya cukup besar untuk di tiduri seorang diri. Membuka kedua tangannya bermaksud untuk merenggangkan otot-otot tubuhnya yang cukup kelelahan karena baru saja menyelesaikan pekerjaannya untuk merenovasi apartemen yang baru malam ini akan ia tinggali.

Kedua bola mata hazel indahnya menatap langit-langit kamarnya yang bercat putih, ia tersenyum senang karena akhirnya ia bisa kembali ke negara dimana ia di lahirkan. Tidak lagi harus tinggal di negara orang yang dimana ia harus patuh pada setiap peraturan yang di hidupkan oleh neneknya.

"Ah beruntung sekali kau, Oh Sehun." ia bergumam dengan suara beratnya, lelaki itu menutup kedua matanya yang mulai terasa berat. Hingga detik berikutnya deruan nafas tenang mengalun lembut memberikan sinyal bahwa alam mimpi telah membawa kesadaran lelaki bernama lengkap Oh Sehun itu.

*

Denyitan suara geseran pintu terdengar ketika pria bertubuh tinggi itu keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Dengan percaya diri ia melangkah ke ruang utama mempertontonkan tubuh sixpacknya. Ia mendongak menatap jam dinding berbentuk rilakuma yang terpajang di ruang tersebut, sengaja tak ia lepas karena masih berguna dan ia yakin bahwa jam dinding itu milik orang yang sebelumnya tinggal di apartemen ini.

Sehun menarik diri dari lamunan pikirannya, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Lelaki itu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar dan mengenakkan pakaian.

Musim dingin seharusnya sudah tiba dua hari yang lalu, semilir angin malam ini seolah memiliki hawa tidak enak menyentuh permukaan kulit serta membangunkan bulu kuduk yang pada awalnya bersemayam kini berdiri menikmati sentuhan dinginnya.

Apartemen ini begitu sunyi dan juga sepi, beberapa celah jendela membiarkan angin malam yang nakal itu menyelinap masuk membuat gorden di ruang utama sedikit bergerak karena ulahnya. Abaikan pikiran kalian jika gorden itu bergerak karena sesuatu yang tidak masuk akal, Sehun tidak suka hal itu.

Derap langkah kaki yang terbalut flip-flop hitam itu terdengar sangat pelan bahkan nyaris tanpa suara. Mendekati ruangan yang disana tersedia berbagai macam alat untuk memasak atau yang biasa orang-orang sebut sebagai dapur. Kali ini, kaos putih dan jeans hitam selutut menutupi tubuhnya yang membuatnya terlihat sangat tampan dan memang selalu tampan. Ia menarik nafasnya dengan dalam, sedikit dengusan juga runtukkan yang keluar dari bibir kecilnya ketika sadar bahwa ia tidak memiliki menu makan untuk malam ini.

Second Chance [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang