Second Chance [9]

1.3K 346 55
                                    



***

Yoona menunduk dalam diam nya. Raut wajah hampa dan tatapan mata sarat akan kesedihan terlihat begitu jelas di kedua manik matanya. Kedua tangannya saling tertaut, meremas masing-masing jari jemarinya yang sejak tadi gemetar.

Ia terus saja melangkah. Mengikuti alur kakinya yang hendak membawanya entah kemana. Semilir angin yang berhembus menerbangkan beberapa helai rambutnya, membuat helaian-helaian tersebut beberapa kali berhasil menampar wajahnya yang cantik.

"Tidak seharusnya tadi aku mengatakan itu di depan Sehun. Im Yoona bodoh! Bodoh! Bodohh!!" rutuknya sendiri ketika mengingat perkataan yang telah ia lontarkan pada Sehun beberapa waktu yang lalu.

Sekarang ini Yoona seperti tidak memiliki keberanian untuk menampakkan wajahnya di hadapan pria itu. Sehun pasti akan berpikir yang tidak-tidak padanya atau bahkan hal fatalnya adalah Sehun tidak ingin berbicara lagi dengannya.

Langkahnya mendadak terhenti dengan tubuh yang mulai kembali gemetar, sudut bibirnya berkedut antara terkekeh lucu dan menahan perih. "Sahabat ya?" ia mengucap lirih.

Ini salahnya. Salahnya sedari awal yang memang menginginkan sesuatu yang lebih kepada pria itu. Salahnya sendiri yang membiarkan dirinya masuk ke dalam kehidupan pria itu, salahnya sendiri yang telah berharap lebih kepada pria itu.

Tunggu!

Ini tidak sepenuhnya menjadi kesalahan dirinya. Sehun juga memiliki kesalahan disini. Ya, perhatian yang pria itu berikan padanya terlalu berlebihan hingga menimbulkan sebuah kesalah pahaman pengertian untuknya. Semua yang pria itu lakukan untuknya membuatnya merasa seperti dilindungi dan dicintai. Menimbulkan perasaan aneh pada dirinya. Ya, Sehun terlalu baik pada Yoona. Sampai Yoona sendiri tak paham bagaimana perasaan pria itu.

"Sadarlah Im Yoona jika hubungan di antara kalian itu hanyalah sebatas sahabat. Tidak lebih. Lagi pula untuk apa aku marah jika Sehun hanya menganggap hubungan ini hanya sebatas sahabat? Aku bukan siapa-siapa baginya." mata Yoona semakin sayu seiring dengan rasa sesak pada dadanya. Ia mencengkram baju bagian depan dadanya dan sedikit memukulnya perlahan berusaha untuk menghilangkan rasa sesak disana.

"Tapi.... kenapa rasanya sakit sekali?" tanya Yoona menatap langit yang mulai berubah warna. Tanpa ia sadari jika liquid bening mulai merambat jatuh dari matanya, membasahi pipinya yang pucat. Bibir putihnya bergetar, rasa sesak itu menjelma menjadi rasa sakit yang bagi Yoona mungkin hanyalah akan menjadi sia-sia.

Tangannya terangkat naik dan seketika membuat matanya membulat menemukan jika pipinya telah basah sedari tadi, "Ada apa denganku? Kenapa aku bisa menangis seperti ini? Hiks... bodoh." Yoona tertawa getir seraya menyeka air matanya dengan kasar.

Semilir angin yang datang membuat tubuhnya sedikit menggigil, tapi hal itu tidak membuatnya ingin beranjak dari sana. Dikarenakan rasa dingin yang ia rasakan pada tubuhnya tak sedingin dengan yang ia rasakan pada hatinya saat ini.

Yoona mendongak menatap ke arah cakrawala malam yang berwarna hitam pekat menampilkan ratusan bahkan jutaan bintang-bintang di atas sana, menemani sang rembulan dalam memancarkan cahayanya. Senyum tipis sarat akan kepedihan masih menghiasi wajahnya. Diulurkannya tangan mulus itu ke atas langit layaknya ingin menggapai bulan yang sedang bersinar terang di atas sana.

"Andaikah bulan itu adalah kau. Aku ingin menjadi bintang yang berada paling dekat denganmu. Menemanimu dalam keheningan malam, bersama-sama menerangi bumi di saat gelapnya malam mulai menyelimuti." gumam Yoona menurunkan tangannya.

Second Chance [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang