D U A P U L U H S E M B I L A N

22K 1.1K 24
                                    

Hidupin lagu yang ada dimulmed ya 😊

*******

3 Hari menjelang Dies Natalis. Tak ada yang spesial bagi Dara. Hari yang dilaluinya itu itu saja. Pagi ia akan berangkat sekolah, pelajaran, istirahat, pelajaran lagi, latihan piano dan pulang setelahnya. Tak ada lagi campur aduk dari debaran jantung untuk kehidupannya sehari hari. Rutinitas yang benar benar membosankan.

"Dara... Ayo " Sapa Vino yang sekarang ada disebelahnya dan menggenggam tangannya. "I. iya kak " Ucap Dara dengan sedikit melepaskan genggaman tangan itu dari tangannya.  Risih sekali. 

Baiklah, ini sudah ke empat kalinya Dara bermain kerumah Vino.  Ya, untuk latihan piano.  Apalagi hari sudah tak terasa, memaksa mereka untuk benar benar banyak menghabiskan waktu berdua.

Vino dan Dara jalan berdua menuju ruang musik terlebih dahulu, untuk laporan bahwa mereka akan berlatih bersama dirumah Vino. Tak heran, semua teman ekskul musik sudah menganggap mereka berdua terlibat cinta lokasi. Karena Vino dan Dara benar benar sudah menjadi dekat dalam beberapa hari . Bahkan wajah mereka pernah tertempel di mading sekolah.

Dara sedikit melamun dan tak memperhatikan Vino yang sedang mengajaknya berbicara. Entahlah, Dara hanya rindu seorang Elang. Sudah hampir satu minggu dirinya dan Elang benar benar seperti tidak pernah saling kenal.

Bahkan...Dara tak tahu mengapa seperti itu. Dara hanya ingin mengetahui alasannya. Apa dirinya telah berbuat salah? .  Sempat terbesit dipikirannya bahwa kata Fera ada benarnya.  "Gue baru tau kalo Elang se-Playboy ini " . Itulah yang Fera katakan padanya.  Tapi apapun pendapat buruk Fera tentang Elang ,  Dara benar benar tak bisa menerimanya.

"Daraaa... hey" Ucap Vino dan menempelkan jarinya dipipi Dara.  Membuat Dara langsung tersadar dari lamunannya. "Eh.. Iya kak? tadi ngomongin apa?"

"Sekarang hujan.. lo tunggu sini aja.. gue bawa mobil gue kesini. Biar lo gak kehujanan " Ucap Vino menyadarkan Dara bahwa suasana memang sedang hujan lebat.

"Aku ikut aja Kak.. enggak papa" Ucap Dara dan hendak menerobos hujan lebat yang sudah ada didepannya.  "Eh" Vino menggenggam tangan Dara untuk melarangnya.  "Tunggulah sini... " Vino segera berlari dalam lebatnya hujan meninggalkan Dara sendiri. Dara juga merasa bodoh mengapa ia tak membawa payungnya.

Dara merasa dingin menusuk kulitnya, mungkin akhir akhir ini kekebalan tubuhnya kurang baik.  Karena dia sering pulang saat langit sudah petang. Kurang istirahat.

Dara melihat lihat isi tasnya, barangkali ia membawa syal atau jaket untuk melindungi sisa kulitnya yang tak tertutupi oleh baju seragamnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jaket kulit hitam itu ada selalu didalam tasnya. Dengan niat kapan ia bisa mengembalikan jaket hitam itu kepada pemiliknya. Dara menghembuskan nafasnya perlahan. Apa dia harus menggunakan jaket itu saja? Baiklah tak ada pilihan lain.  Kulitnya benar benar tak mau berkompromi saat ini.

Wangi itu menyeruak menembus indra penciuman Dara. Wangi khas seorang Elang yang masih sedikit menempel pada Jaket hitam kulit itu. Sedikit Dara menyalahkan sabun pencuci baju, karena bau itu benar benar membuatnya rindu.

Srekkk. Resleting jaket berhasil mengait dengan sempurna. Jaket kebesaran itu berhasil menempel dengan nyaman ditubuhnya.

Dara memandang guyuran hujan yang akhir akhir ini sering melanda kota Bandung. Membuatnya kedinginan yang beberapa hari lalu dihangatkan oleh degupan jantung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mobil hitam yang berjarak 200 m darinya berhasil membuat Dara merasa kedinginan berkali kali lipat. Kedua kalinya ia melihat Elang membawa mobil hitam dan membukakan pintunya untuk wanita berparas cantik itu. Carissa, cinta pertamanya.

Elang Dan DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang