Seventeenth Album × C'est pas si mal

1.4K 265 22
                                    


C'est pas si mal  : Its not that bad.

  ×××××  



"Sebelum aku debut.. saat aku masih sekolah.. aku melakukan hal yang sangat buruk," Jelas Taeyong setelah melepaskan pelukannya dari Jisoo. Jisoo dengan seksama, mendengarkan penjelasan Taeyong dengan mata yang membesar.

"Lebih tepatnya, saat aku berumur 14.. aku, aku bukan anak yang baik," Taeyong mengambil nafasnya, berusaha untuk rileks, "Bisa dibilang aku ini anak yang sangat buruk. Aku suka menipu orang, aku pernah mengatai anak perempuan dengan sebutan gendut, dan aku.. aku juga pernah menghujat seseorang di media online. Menggunakan akun palsu, aku memberikan mereka sejumlah komentar negatif."

Punggung Jisoo langsung menegang. Skandal yang Taeyong perbuat ternyata tidak seburuk yang Jisoo bayangkan. Tetapi tetap saja, yang Taeyong lakukan itu salah. Jisoo tau persis rasanya dihujat dengan komentar negatif. Jika Jisoo jahat, ia pasti sudah langsung pergi dan membenci Taeyong. Tetapi yang sedang berada di depan Jisoo ini adalah Lee Taeyong yang sekarang. Bukan Lee Taeyong yang masih berumur 14 tahun. Tanpa ragu, Jisoo langsung mengelus rambut Taeyong yang sedang menunduk.

"Setelah aku masuk SM, aku dan ibuku berusaha sebisa mungkin untuk menembus kesalahan ku. Aku memberi uang ganti kepada orang-orang yang aku tipu. Aku minta maaf kepada semua perempuan yang pernah ku sakiti hatinya. Aku juga sudah menemui orang-orang yang aku hujat dan berminta maaf. Semuanya berjalan lancar. Meskipun mereka sudah memaafkan aku, tetapi aku pasti yakin mereka masih menyimpan sedikit dendam kepada ku."

Taeyong mengeluarkan hp lalu memberinya ke Jisoo. Perempuan itu pun mengerutkan keningnya setelah melihat layar hp Taeyong.

"Akhir-akhir ini ada orang yang membuat artikel skandal ku. Dan hal tersebut benar-benar membuatku merasa... ugh, aku susah menjelaskannya.." Taeyong memeluk lututnya sendiri. Jisoo sedikit mengerti apa yang Taeyong rasakan. Dia pasti merasa sangat bersalah. Taeyong pasti merasa tidak pantas mendapatkan ketenaran, tidak pantas menjadi leader, dan ia pasti pernah berpikir kalau ia tidak pantas hidup. Intinya Taeyong benar-benar depresi.

"Kau tau Taeyong, aku sedikit lega karena kau merasa seperti ini," Jisoo tersenyum, "Ini berarti kau merasa bersalah. Kau tau kalau itu adalah hal yang buruk. Kau bahkan sampai meminta maaf kepada mereka semua. Aku lega karena kau sedih setelah melihat artikel itu. Ini berarti kau adalah orang yang baik. Orang yang masih peduli. Tapi ingat, jangan salahkan dirimu lagi. Itu semua adalah masa lalu. Semuanya sudah berlalu, sudah hitam-putih.."

Taeyong melihat Jisoo dengan tatapan sedihnya. Mata Taeyong yang sehabis menangis terlihat berkilau saat terkena sinar bulan dari luar. Mata nya yang indah membuat Jisoo salah fokus.

"Aku tidak terlalu jago memberi saran. Tapi aku jago mendengarkan keluhan orang lain sampai orang tersebut lega. Jadi, kapan-kapan, kalau ada masalah, jangan ragu untuk datang kepada ku." Sudut bibir Taeyong sedikit naik setelah mendengarkan perkataan Jisoo. 

"Dan, ohiya, kata ayahku, selama ada satu orang yang menyukai mu di dunia ini, jangan patah semangat! Dan aku disini berjanji untuk menyukai mu sampai aku mati," Wajah Taeyong tiba-tiba sedikit memerah. Jisoo yang melihat Taeyong, juga ikutan memerah. Lebih merah.

"Ma-maksudku suka sebagai teman. Bukan suka sebagai kau tau, ahh, lupakan lupakan,"

"Ahahaha, iya aku mengerti kok. Terimakasih ya Jisoo. Jika ada sesuatu yang terjadi lagi, aku pastikan kau adalah orang pertama yang tau,"

"Nahh gitu doong, jangan menyimpannya kepada dirimu sendiri. Mulai sekarang kau harus jujur kepadaku," Jisoo mengacungkan jempol nya ke Taeyong. Lelaki itu tidak ada hentinya tertawa gemas melihat Jisoo. Jisoo tersenyum karena ia sudah mencapai dua keberhasilan malam ini. Membuat Taeyong cerita tentang masalahnya dan membuat Taeyong tertawa sesudahnya.

Faux Amour [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang