Twenty Fourth Album × La Raison

1.5K 259 32
                                    

La Raison : The Reason.

×××××


"Jika kau sudah selesai berbicara denganku, sekarang biarkan aku yang berbicara denganmu." Jisoo maju selangkah mendekati Taeyong. Lelaki itu pun dengan santai menghampiri Jisoo juga seraya memasukkan tangannya ke kantung jeans.

Taeyong bisa melihat sedikit rasa takut di mata Jisoo. Lelaki itu sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak membentak perempuan itu lagi. Sekarang Taeyong hanya bisa berharap perkataan Jisoo sekarang tidak akan memancing amarahnya. Taeyong tidak mau menyakiti hati Jisoo dengan kata-katanya.

"Pertama, aku memang berbohong. Tapi itu hanya diawal saja. Aku bersumpah lama-kelamaan aku menjadi lebih nyaman denganmu. Seluruh perbuatanku itu murni karena keinginanku sendiri."

"Terus saat di wahana bermain, saat kau menjauhi ku, itu juga murni karena perbuatanmu sendiri?"

Jisoo terdiam sesaat karena kebingungan. Waktu itu Jisoo menjauhinya karena ia baru sadar akan perasaannya terhadap Taeyong. Saat itu ia masih sangat gugup. "I-iya, tapi itu beda lagi.."

"Beda gimana Jisoo?? Kau membuatku bingung semingguan ini. Disaat kau sedang banyak tersenyum kepadaku, esok harinya kau menjauhiku begitu saja. Setidaknya jelaskanlah kepadaku apa yang terjadi denganmu."

"A-aku tidak bisa memberitaunya.. ini masalah ku sendiri.."

"Ya, awalnya skandal ku juga merupakan masalah ku sendiri. Tapi kau seenak jidat memaksa ku untuk menceritakannya. Waktu itu aku percaya padamu sampai aku rela memberitau skandalku. Dan sekarang apa? Kau bahkan tidak bisa menceritakan alasan kenapa kau menghindari ku tiba-tiba.." Kesabaran Taeyong mulai menipis. Jisoo yang kewalahan juga bingung harus jawab apa. Gadis itu mulai merasa yang aneh dengan matanya. Tidak, tidak, Jisoo tidak boleh nangis sekarang.

Taeyong mengusap wajahnya dengan kasar, "Aku sangat percaya pada mu Jisoo. Saat kau tiba-tiba menghindari ku, aku takut kau akan menjauhiku selamanya. Tapi jika aku terus berpikiran seperti itu, aku akan menjadi orang yang egois."

"Kau tidak egois. Ini salah ku—"

"Kalau begitu kenapa ini bisa jadi salah mu? Kenapa kau menjauhi ku? Kau takut kepadaku?"

"Bu-bukan seperti itu—"

"Kau takut karena skandal ku? Kau baru sadar kalau aku orang yang jahat? Kau ragu dengan perkataanmu sendiri saat bilang kalau aku orang yang baik?"

"Diam.. Bukan seperti itu.." Jisoo mulai menunduk menahan semuanya. Amarahnya, tangisannya, bahkan hasrat nya untuk menutup mulut Taeyong. Jisoo tidak suka ini. Taeyong terlalu banyak salah paham. Dan ini bukan salah Taeyong, ini salah Jisoo karena tidak bisa mengatakan sebenarnya. Ini salah Jisoo karena tidak bisa mengatakan 3 kata yang mudah itu.

"Kalau begitu lihatlah aku, Jisoo. Lihatlah aku dan katakanlah sebenarnya. Aku tidak bisa memahamimu bahkan sedikitpun." Taeyong mulai frustasi seraya berusaha untuk melihat muka Jisoo dengan jelas. Saat lelaki itu hendak memegang dagu Jisoo, Jisoo malah menepis tangannya sehingga membuat Taeyong melihatnya dengan tatapan terluka.

"Ya, sudah kuduga.  Kau takut kepadaku." Taeyong menahan rasa sedihnya dengan cara jalan membelakangi Jisoo. Sial, Taeyong benar-benar merasa hancur sekarang. Memberitau Jisoo tentang skandal nya adalah langkah terburuk yang pernah dilakukan Taeyong. Jika ia tidak melakukan itu, Jisoo pasti tidak akan merasa ketakutan. Mereka pasti tidak ada di posisi ini. Mereka pasti tidak akan berkelahi seperti ini. Dan yang jelas, mereka pasti sangat bahagia sekarang.

Faux Amour [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang