10 [Cemas]

858 65 0
                                    

Aliran sungai yang jernih, sawah yang hijau dengan udara yang sejuk, membuat suasana menjadi sangat tenang. Tak banyak asap pabrik yang menusuk, bahkan asap kendaraan saja jarang sekali tercium. Suara ayuhan sepeda dan loncengnya menambah ketenangan di tempat ini.

Alicia merapikan tumpukan buku yang ia bawa. Percobaan pengajaran demi memenuhi tugas. Tugas seperti ini dapat merefresh otak mahasiswanya. Yang biasanya selalu bertemu dengan angka dan materi, kini mereka bertemu dengan masyarakat.

"Hmmm, andai tiap hari udaranya kayak gini," ucap Keyla dengan merebahkan tubuhnya di atas kasur tipis milik warga.

Tidak ada hotel di dekat sini, mereka hanya menumpang rumah warga untuk sesaat. Entah mengapa dosen kali ini memberikan tugas yang cukup jauh dari area kampus. Biasanya, dari tahun ke tahun selalu pemilihan tempat di dekat kampus.

"Kakak, ibu sudah menyiapkan makan, kalau sudah selesai, kakak ikut gabung bersama kami ya?"

"Iya sayang, sebentar lagi kakak akan ke depan."

Seusai merapikan barang bawaannya, Alicia dan Keyla makan bersama dengan pemilik rumah yang mereka tinggali. Menu yang seadanya, tetapi kekeluargaan yang sangat kental.

Tak banyak yang dapat mereka lakukan di hari pertama, mereka hanya berkeliling daerah sekitar, melihat kondisi sekolah yang akan membantu penyelesaian tugas mereka, dan sedikit berbincang dengan warga sekitar.

Alicia memandang hamparan rumput yang luas dengan ditemani langit sore yang menenangkan. Bayangan dan kenangan saat masih bisa becanda bersama dengan sang kekasih memenuhi pikirannya. Rasa rindu yang ia rasakan sepertinya tidak dapat tertahan lagi.

"Segitu sibuknya kamu sampe hari jadi ke 3 kita aja kamu gak inget? Tiga tahun bang, bukan tiga bulan." Alicia membuang nafasnya dan melempar batu yang ada di depannya ke sembarang arah. Pikirannya melayang bebas. Memikirkan apapun yang ia mau tanpa bisa di kontrol lagi. Bayangan pertama bertemu, bayangan kebersamaan, bahkah bayangan berakhirnya hubungan memasuki dengan seenaknya.

"Tiga tahun harus LDR. Tanpa kabar, tanpa lihat senyummu, setiap telfon pasti yang ada selalu wajah lelah yang ditutupi kebahagiaan. Andai kamu di sini. Pasti kamu udah ngomelin aku dan suruh aku masuk. Aku rindu bang." Alicia berbicara dengan sendirinya.

Hamparan rumput dengan keadaan yang sepi ini seolah menjadi saksi betapa rindunya Alicia dengan Yoshua. Pria yang sedang memperjuangkan nasip dan pengabdiannya terhadap negara, pria yang selalu membuatnya rindu tanpa balas, pria yang selalu membuat dirinya berfikiran macam-macam, pria yang membuat dirinya tidak bisa lepas dengan kata khawatir. Yoshua, meskipun ia tahu kalau prianya itu berjuang di sana, tetapi wanita tetaplah wanita. Yang akan lemah di saat tertentu, yang akan kuat di saat tertentu pula, yang emosinya sangat tinggi. Semuanya perasaan yang menentukan.

Di saat ia berusaha untuk selalu kuat, namun hatinya merinduakan dia, mana bisa ia menolak semua itu. Mana bisa ia memintanya kembali? Berpura-pura adalah kehebatan wanita. Berpura-pura bahagia dengan keadaan, berbupa-pura tegar akan kesedihannya. Semuanya serba pura-pura, hanya air mata tengah malamlah yang sesungguhnya, hanya air mata dalam diamlah yang sebenarnya. Hanya dirinya, dirinya, dan Tuhan yang tahu bagaimana sebenarnya keadaannya.

"Life must go on Al." Suara seorang pria membuat ia segera menghapus air mata yang entah sejak kapan terjatuh itu. Ia menatap datar ke arahnya. Andreas, teman satu kampus dan satu jurusan dengannya, dia yang kadang selalu membuat dirinya bingung dengan hubungannya, tetapi kadang menjadi teman yang berguna akan hubungannya.

"Lo gak bisa stuck dengan apa yang lo rasakan. Bumi terus berputar, roda kehidupan juga, kalau lo stuck dengan gini-gini aja, lo yang bakal susah, lo yang bakal mati. Bangkit lah, jangan karena satu cowok lo jadi kayak gini. Cowok bukan hanya dia, banyak Al, banyak yang bisa buat lo bahagia dengan caranya masing-masing."

Love Between a Distance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang