Alicia masih sedikit bingung, tetapi rasa rindu itu selalu mengubah semuanya. Dengan cepat ia mengangkat panggilan video dari Yoshua. Senyum Yoshualah yang pertama kali ia lihat. Tanpa ia sadari, bukan menampilkan senyum manis nya, air matalah yang tiba-tiba menetes.
"Aku gak papa sayang, gak usah nangis."
Andai bisa memeluknya, mungkin ia saat ini sudah ada dalam pelukannya. Andai bisa bertemu, mungkin Yoshua sudah bisa menghapus air mata gadisnya itu. Andai mereka bisa saling menyentuh, mungkin ia akan menggenggam tangan kecil itu, menyalurkan semua kekuatan yang ia bisa. Andai mereka bisa bertatap langsung, ia tak akan membiarkan jarak memutuskan pandangannya lagi, hanya saja itu hanya sebuah pengandaian. Andai, andai, dan andai.
"Jangan menangis kumohon."
Alicia tersenyum kecil. "Tidak Bang, aku tidak menangis. Maafkan aku."
"Hei, tidak jangan minta maaf. Udah jelek makin jelek ntar."
Kali ini Alicia tertawa, bukan lagi senyumnya, tetapi wajah menggemaskan yang Yoshua rindukan.
"Gitu dong ketawa. Gak kangen apa?"
"Kangen lah bang, banget malahan. Abang gak papa kan? Coba lihat mana yang terluka."
Yoshua menggeleng pelan. "Aku gak papa kok, tenang aja, pacarmu ini kan kuat."
"Kuat apaan? Tumbang juga gitu kok. Cepet sini lihatin mana yang terluka."
Yoshua mengarahkan ke arah pundak kanannya yang terikat. "Cuma terkilir aja, ntar juga sembuh. Bahkan pundak ini kalau cuma buat nyubitin pipi kamu yang tembem itu mah masih sanggup."
"Sumpah receh."
"Hahhaha biarin, bay the way, bilangin sama Keyla makasih ya."
"Bilangin sama bang Viko juga. Cia makasih, makasih sudah mau ngejaga manusia beruang ini, makasih sudah mau jadi teman manusia yang ternyebelin ini, makasih sudah mau menghabiskan kuotanya demi kita."
"Ganti bodo amat Ci, ganti!" suara teriakan seseorang membuat Alicia tertawa. Jelas, itu pasti Viko yang berteriak.
"Pacar lo Key astagaa..." teriak Alicia kepada Viko.
"Gue gak nyuruh ya."
"Lah gue bantuin lo Yoshua."
Perdebatan antara mereka berdua membuat Alicia dan Keyla saling tatap menatap. Ia tidak tahu, kalau kedua pria itu juga sering berantem seperti anak kecil. Seorang tentara kalau berantem bisa gitu juga.
"Double date video call jarang kan? Coba yuk, anggap aja ini kayak double datenya orang pacaran," ucap Alicia yang langsung diangguki oleh Keyla.
"Matiin dulu panggilannya, biar mereka bisa diam."
Dengan cepat, Alicia dan Keyla memutuskan panggilan secara sepihak. Mereka meletakkan ponsel Alicia di atas meja, dan mereka duduk bersebelahan.
"Sudah berantemnya?" Wajah marah kedua gadis ini terpampang saat Yoshua menjawab panggilan dari Alicia. Ia menyikut Viko pelan, hal ini membuat dua gadis senasip ini menahan tawanya.
"Hah?" ucap Viko.
"Iya, sudah berantemnya?" tanya Keyla.
"Orang kita gak berantem kok ya Yosh?"
"Ahh i-iya orang kita cuma becanda aja kok," lanjut Yoshua sembari merangkul pundak Viko.
"Yaudah, becanda aja sama bang Viko, pacaran aja kalian berdua."
"Mendingan kita gak dapat signal sekalian aja, kalau sekalinya ngehubungi malah kalian berantem gak jelas." Keyla berucap dengan nada sewotnya.
Kedua pria itu sontak saling pandang memandang. Terlihat Viko berusaha mengambil ponselnya dan benar saja, panggilan masuk sudah ada di layar ponsel Keyla.
"Gak usah nelfon-nelfon ya Vik." Viko menatap horor wajah kekasinya yang ada di ponsel Yoshua.
"Ka-kalian marah beneran?"
Satu senyum dari kedua gadis ini menambah kebingungan Yoshua dan Viko.
"Double call date."
"Berhubung kita susah banget buat dinner atau sejenis double date, yaudah kita double call date aja. Sejarah dalam perLDRan." Alicia menjelaskan dengan sesekali menunjukkan raut sedih dan dengan cepat merubah raut wajah itu menjadi bahagia kembali, menutupi kesedihan dirinya.
Mereka berempat hanyut dalam kebahagian mereka sendiri. Panggilan entah sudah berapa jam mereka lalui, canda tawa dari mereka, ejekan, ledekan, semuanya. Mereka berasa seperti saling tatap - menatap, hanya saja, mereka tidak bisa bersentuh. Menceritakan segala hal, hingga curhatan kecil-kecilan menjadi menu double call date kali ini.
"Bang Viko tahu gak? Keyla pernah galau seharian gara-gara kamu asik balas-balasan komen sama siapa Key? Mantan pacar bang Viko? Sel-" Keyla membekap mulut Alicia dengan cepat sebelum ia membeberkan rahasinya. Di sana, Viko hanya tertawa melihat aksi malu dari sang kekasih.
"Dengerin sayang, aku gak akan menduakan mu, ngapain mendua kalau satu aja udah selalu bisa buat nyaman dengan caranya sendiri." Wajah Keyla mendadak bersemu merah setelah Viko mengucapkan kalimat romantis itu.
"Please ya, bukan kalian berdua aja di sini," ucap Alicia.
"Eh bay the way Bang. Ada orang korban LDR yang bilang aku gini 'andai aku bisa menentukan waktu, aku akan meminta waktuku untuk bisa terus bersama dia. Aku rindu dia yang suka ngusap air mataku, aku rindu dia yang suka ngejailin aku, aku rindu hidung dia, senyum dia, bibir dia saat berucap, rindu segalanya tentang dia' gitu Bang, galau banget kan dia? Rindu tinggal ngomong aja eh dia malah nangis nangisan sambil bawa boneka yang gede ke rumah aku dan ujung-ujungnya kamarku penuh tisue."
Alicia diam sejenak mencerna semua ucapan yang terlintas dari bibir temannya ini. Sedangkan dua pria itu, mereka malah tertawa dengan menggeleng-gelengkan kepala.
"Yak Keyla. Kenapa beberin sih Key, kan malu-maluin." Rengek Alicia. Ia memajukan bibirnya kesal, ditambah suara tawa dari Yoshua semakin membuatnya kesal.
"Duh bibirnya, minta di cium?"
Sontak Alicia menggigit bibir bawahnya. "A-apaan sih Bang."
"Dengerin, aku juga rindu sama semuanya, ocehan kamu, cubitan kamu, pukulan kamu, tendangan kamu, lemparan bola kamu, semuanya." Ucapan Yoshua membuat Alicia membelalakkan matanya.
"Serem ya pacar lo Yosh."
Mereka kembali hanyut dalam canda tawa. Melakukan hal seperti ini adalah isitimewanya dari pejuang LDR. Mereka akan menjadi seperti orang yang baru pertama kali pacaran ketika suasana seperti ini. Mereka akan seperti anak kecil yang merajuk karena rindu, mereka akan suka ngambek ketika sang kekasih mengganggunya, mereka akan saling tertawa dengan candaan masing-masing, bahkan mereka terkadang sedih dengan cerita masing-masing.
LDR itu tentang kepercayaan dan keyakinan. LDR itu seni sebuah hubungan, akan tahu bagaimana asiknya berbicara tanpa menatap secara langsung dan akan tahu bagaimana senangnya ketika mereka bertemu, selayaknya pasangan yang baru jadian. LDR itu mengajarkan cara menghargai waktu dan berartinya sebuah pertemuan. LDR itu bukan hubungan yang dianggap sebelah mata, tantangan kesetiaan jauh lebih besar dari biasanya. Dan ya, LDR bukan berarti jomblo yang tertunda.
LDR itu sebuah pilihan. Di mana kita harus saling setia satu sama lain, kita harus saling mengerti, kita harus saling memberikan kepercayaan dan menanggalkan keegoisan yang memperburuk keadaan.
LDR itu, tentang aku kamu dan kesetiaan.
~Love Between a Distance~
Hayo siapa diantara kalian yang lagi LDR?
Gimana rasanya?
Kalau kata Dilan "Rindu itu Berat"
Kuat - kuat ya para pejuang LDR, penyebaran rindu sudah semakin cepat 🤣#hidupLDR
![](https://img.wattpad.com/cover/92061880-288-k763225.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Between a Distance
Romance(END) Jarak bukan akhir dari segalanya, jarak juga bukan batas sebuah hubungan. Tidak ada yang salah dengan hal itu. Pengorbanan dan perjuangan harus saling bersatu, kesabaran satu sama lain. Akankah cinta terus tumbuh ketika ada jarak di hubungan...