Gue tahu gue dalam masalah besar saat gue mulai memperhatikan detil terkecil tentang Natania. Gue mulai memerhatikan bentuk bibirnya. Gue enggak bisa menahan diri buat enggak menatap dia dan mendengarkan semua kalimat yang keluar dari mulutnya.
Gue mulai mengagumi bentuk matanya, bentuk hidungnya yang berkerut lucu kalo dia lagi ketawa. Gue mulai memerhatikan cara dia senyum, gue bisa aja punya hari terburuk yang pernah ada, tapi sekali gue ngeliat senyumnya - that stupid smile that always gets me - gue bersumpah semua hal yang bikin gue keki hari itu hilang sekejap.
Dan yang lebih gila lagi, gue mulai bisa melihat kilasan wajah Natania dalam pikiran gue di waktu-waktu yang enggak menentu dan gue mulai suka membayangkan ekspresi wajah paling lucunya kalo gue lagi ngelamun. Gue selalu semangat sekolah karena pengen cepet-cepet ketemu dia. Dan gue jadi pengen berdua sama dia terus.
Hal itu membuat gue takut, tentang seberapa cepatnya gue memilih dia daripada siapapun. Perasaan kayak gini enggak pernah muncul dengan tanda peringatan apapun. Gue kayak jatuh karena didorong dari papan loncat tinggi pas gue lagi enggak siap. Enggak ada waktu buat memikirkan apa yang terjadi. Enggak terelakkan. Suatu hal yang enggak bisa gue kontrol.
Sementara gue masih belum bisa ngerti sama apa yang terjadi sama diri gue malam itu, gue berhasil mencapai beberapa kesimpulan sebelum gue tidur; perasaan gue ke Natania mungkin lebih dari sekedar suka dan mungkin pacaran sama dia adalah jawabannya.
•
Gue bukan tipe cowok yang rajin balesin chat. Kalo gue rajin, chat itu bakal gue bales dalam beberapa jam, kalo gue lagi enggak rajin, chat itu bakal terlupakan begitu aja tanpa pernah gue buka sama sekali.
Tapi gue membuat pengecualian buat Natania, sama grup chat yang isinya temen-temen deket gue dari SMP. Setelah memberi tahu Natania kalo gue udah di depan garasi rumahnya, gue membuka grup khusus itu, yang tumben banget udah rame pagi-pagi begini.
Highlanders (11)
Patrice: pada free gak mlm ini?
Patrice: free ga free pokoknya dateng deh, no lame excuses (ex: homeworks or school exams, YIKES LIVE IT UP BITCHES)
Patrice: tonight, the usual, 8pm-till drop
Patrice: oliver's treat everyoneAsh: oliver's back???
Ash: wow what a surprise!Velda: 'till drop'
Velda: pfff u mean until we get really, really drunkSteph: lol i think I'll pass
Oliver: dont u miss me babe :(
Steph: yuck.
Calum: lol
Calum: welcome back broTanpa gue sadari, senyum gue mengembang saat tahu kalo Oliver yang dulu memutuskan buat melanjutkan sekolahnya di luar negeri sekarang memilih berlibur di sini. Gue mendongak ketika mendengar pintu rumah Natania di buka dan melihat Natania yang berjalan keluar sambil memeluk helmnya.
Alisnya terangkat, senyum heran tercetak di wajahnya, "Kenapa senyum-senyum mandangin hape?"
Gue menggeleng lalu menyimpan hape gue di kantong celana, "Temenku balik dari Inggris."
"Oh ya?" Tanyanya. Gue agak heran ketika dia malah meletakkan helmnya di samping badan gue yang saat itu masih menyender santai di atas motor, enggak memakainya langsung kayak biasa, "Temen deket?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayaflu | 5SOS
FanfictionCOMPLETED - #122 in Fanfiction (03.08.17) "Cium dulu." Dan dengan dua kalimat itu, satu pukulan melayang ke arah lengan pria yang mengucapkannya, tapi pria itu bertindak lebih gesit, ia dengan cepat menangkup kedua tangan sang gadis, menarik gadis i...