24. Ke-17 (Ending)

4.3K 706 1K
                                    

Gue kira gue baik-baik aja.

Gue kira gue enggak apa-apa karena enggak tahu kabar dia gimana. Gue kira gue baik-baik aja karena enggak ngeliat senyum dan kerutan matanya. Gue kira gue baik-baik aja karena enggak ngedenger suara dia. Gue kira gue baik-baik aja karena enggak bisa melihat momen terbaik dan terburuk dia di sekolah barunya. Gue kira gue baik-baik aja tapi perkiraan gue salah.

Karena kenyatannya gue kangen dia. Gue kangen gimana dia cerita tentang pertandingan-pertandingan futsalnya dan gimana dia memenangkan permainan itu dengan mudah. Gue kangen dia dan penampilan berantakannya kalo lagi males sekolah. Gue kangen dia yang selalu semangat kalo pelajaran olahraga.

Gue kangen ngeliat dia pulang sekolah, gimana dia keliatan capek dan dekil tapi tetep maksa buat mampir ke rumah dan nemenin gue. Gue kangen mata ngantuk dan rambut berantakannya kalo bangun tidur. Gue kangen dibonceng sama dia naik beat. Gue kangen ngeliat dia mainin gitar butut di kelas.

Gue kangen dia.

Gue masih sering keinget dia sebelum tidur, yang berakhir bikin gue nangis sesegukan sendirian. Gue nangis malam hari lalu bangkit lagi keesokannya. Gue bersyukur di kelas tiga ini, jadwal gue padat dan sisa waktu buat memikirkan dia udah enggak seberapa, paling gue ingat sebentar, lalu gue sibuk lagi.

Gue udah memasuki masa-masa try out, setiap hari tugas semakin menumpuk, materi semakin hari semakin banyak, jadwal pelajaran tambahan juga semakin menjadi-jadi, gue sampe terpaksa mengundurkan diri jadi tutor buat fokus belajar UN. Berita baik buat hati gue karena kelas tiga bener-bener menyita semua waktu, pikiran dan tenaga gue.

"Velda Ellington?" Panggil Bu Sonia yang masih mengabsen.

Lagi-lagi hening. Udah lebih dari lima hari dia enggak masuk. Terakhir gue ketemu dia, dia nangis di salah satu bilik WC. Pas dia keluar, dia sengaja menabrakkan bahunya ke bahu gue. Gue enggak pernah begitu memikirkan sikap nyebelin Velda ke gue lagi. Gue menganggap dia sebagai pencari perhatian, jadi buat apa gue ngasih sesuatu yang dia perlukan?

Dekat dengan Gacy dan Steph memberikan gue akses secara enggak langsung tentang gosip-gosip terpanas SMA Tunas Karya, termasuk gosip kehamilan Velda yang membuatnya tiba-tiba menghilang dari sekolah. Banyak juga yang berasumsi kalo Calum yang menghamili cewek itu.

Ketika pintu kelas terbuka, semua mata menatap ke arah sana. Gue sedikit terkejut ketika menyaksikan Bu Elli yang berdiri di ambang kelas lalu memanggil Bu Sonia. Terakhir kali kelas kami kedatangan Bu Elli, nasib Calum berakhir buruk. Semua siswa jadi was-was, takut-takut kalo namanya dipanggil.

Setelah berusaha mencuri dengar perbincangan kedua guru itu (tapi gagal), kami dikejutkan lagi oleh Bu Sonia yang memanggil nama Ashton dan menyuruhnya mengikuti Bu Elli ke ruang BK.

Mata kami semua terpaku ke arah Ashton yang berjalan takut-takut di belakang Bu Elli, wajahnya pucat bukan main. Gue melirik Cessa, yang ternyata menunjukkan ekspresi penasaran yang sama besarnya kayak gue, tapi kami enggak bisa kemana-mana karena Bu Sonia meminta kami kembali fokus buat ngerjain soal try out 3.

Yang pasti, Ashton enggak kembali ke kelas lagi setelah dipanggil, sampe-sampe tasnya harus dibawain pulang sama Luke.

Besok udah UN hari pertama.

Mungkin karena udah terlalu capek belajar, akhirnya kami memutuskan buat ngumpul di rumah Steph. Banyak hal yang berubah di sekolah, kayak Velda dan Ashton yang resmi dikeluarkan karena ternyata gosip itu bener, Velda hamil, tapi bukan sama Calum, melainkan sama Ashton. Mungkin yang enggak tahu hubungan diam-diam antara Velda dan Ashton bakal kaget banget, tapi gue enggak.

Ayaflu | 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang