8. Gak Ada Lah, Om

5.4K 765 289
                                    

Setelah mengikat tali sepatu, gue berlarian ke halaman depan tepat saat motor Calum memasuki garasi rumah. Gue senyum ke Calum pas dia melirik sekilas ke arah gue, ngebuat Calum juga jadi senyum-senyum sendiri sambil ngelepas helmnya. Enggak lama, Calum turun dari motor dan menyamperi gue. Gue memerhatikan dia yang membawa kantongan kresek item di tangannya, kantong kresek item yang kaya di pasar gitu loh.

"Bawa apa?" Tanya gue ketika dia menyodorkan kantongan itu ke gue. Gue mengambilnya dan meraba-raba isinya dari luar.

"Buka," suruhnya.

Gue memandangi wajahnya ragu sebelum melirik isinya. Gue merasakan Calum yang memandangi wajah gue dengan senyum sumringahnya, seolah enggak sabar buat menunggu respon apa yang akan dia dapat setelah ini, "Loh ini tomat?!" Teriak gue saat melihat sekitar selusin tomat merah di dalamnya. Gue ketawa, Calum juga ketawa, "Buat-" belum sempat gue menyelesaikan perkataan gue, gue menemukan secarik kertas.

Gue mengambil kertas itu dan mengeluarkannya. Gue melirik Calum yang masih memandangi gue, senyumnya jadi malu-malu gitu. Gue menggigit bibir gue buat menahan buncahan rasa sayang, gemas, pengen nyubit, dan segala macam perasaan yang hanya bisa gue dapet kalo lagi sama dia. Gue menunduk lagi buat membaca tulisan acak-acakan Calum.

"A tomato is just a flower that got pregnant. It's rounder, but still pretty!♡"

Gue langsung menutup muka gue pake kedua tangan pas Calum bilang kalo tulisan itu untuk gue yang lagi merasa gendutan, Calum ketawa, "Ih, kok malu-malu, sih," rayunya, kedua tangannya menggenggam pelan kedua pergelangan tangan gue, kemudian dia me...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue langsung menutup muka gue pake kedua tangan pas Calum bilang kalo tulisan itu untuk gue yang lagi merasa gendutan, Calum ketawa, "Ih, kok malu-malu, sih," rayunya, kedua tangannya menggenggam pelan kedua pergelangan tangan gue, kemudian dia menariknya, berusaha membuat gue menjauhkannya dari wajah, "Muka kamu udah persis tomat nih. Sini ih, liat dulu."

Gue mendorong bahunya pelan, "Apasiiiiih, Calum ah!"

Masih dengan sisa-sisa tawanya, Calum meletakkan sebelah tangannya ke pinggang gue lalu menarik gue buat mendekat ke dia. Gue menyandarkan dahi gue ke bahunya dan tersenyum malu di sana, "Masuk yuk, pamit ke Mama," ajaknya seraya memutar badan gue buat membelakangi dia dan mendorong punggung gue dari belakang dengan telapak tangannya.

Gue menuntun dia masuk ke rumah dengan senyuman yang enggak ada lunturnya. Gue berjalan menuju dapur dengan Calum di sisi gue, "Mamaaaa, ada Calum," panggil gue ke Mama yang lagi mencuci sayuran.

Mama berbalik dan tersenyum memandangi kami berdua, "Mau langsung jogging atau mau minum teh anget dulu?" Tanyanya.

"Jogging dulu," jawab gue. Gue spontan mengangkat plastik yang lagi gue pegang, "Oh iya, Ma! Calum ngasih aku tomat."

Sandra yang lagi ngambil jus di dalam kulkas mengeluarkan tawa tertahan. Gue mendelik sekilas ke dia. Mama mengernyit dan perlahan mengambil plastik itu dari tangan gue, "Buat kamu diet? Mau dibikinin jus? Atau salad?"

Gue menggeleng cepat, "Aku enggak jadi diet. Kata Calum tetep cantik kok kalo aku gendut, iya, kan, Lum?" Gue menoleh ke arah Calum yang lagi menunduk malu, Sandra udah ketawa ngakak seraya menaiki tangga ke kamarnya. Gue kembali memandangi Mama yang lagi gelengin kepalanya sambil tersenyum geli ke arah kami, "Bikinin osengan ya, Ma. Aku sama Calum olahraga dulu. Dadaaah."

Ayaflu | 5SOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang