Two

347 17 0
                                    

Lelucon di salah satu acara televisi negeri membuat Sean harus pasrah menjadi sasaran pukulan dari Sarah yang tidak kuasa menahan tawanya. Ia duduk terpaku di sofa dan memakan popcorn yang tadi dibuat Sarah. Acara-acara komedi seperti ini merupakan acara favorit Sarah.

Sean lebih menyukai film.

"Mau makan apa?"tanya Sarah begitu acara tersebut selesai.

Sean terdiam. Bibirnya maju dan memalingkan kedua matanya dari Sarah, "udah kenyang,"ucapnya, menggelikan bagi Sarah.

Sarah memutar kedua matanya, "bisa nggak usah sok-sok merajuk begitu? Ha, jibang."

Sean melirik Sarah, "masalah buat u? W aja nggak tuch."

Kealayan Sean kembali dan membuat Sarah tidak kuasa menahan pukulannya. Ia memukul tepat di dahi Sean, berharap laki-laki itu kembali waras.

Sarah berjalan ringan menuju dapur yang masih satu lantai dengan ruang keluarga, membiarkan Sean yang masih larut dalam sakitnya. Walaupun ini rumah Sean, ia tidak segan semena-mena di sini. Baginya, rumah Sean adalah rumah Sarah dan rumah Sarah adalah rumah Tian, Ayah Sarah.

Ia mengambil tiga buah telur dan membuat dadar gulung. Sarah tidak terlalu pandai masak. Ibunya kerap kali memintanya bantu-bantu di dapur. Sayangnya, ketika berniat ngebantu, Sarah malah memperburuk keadaan. Sera, Ibu Sarah, memilih membiarkan Sarah kemanapun asal jangan mengganggunya memasak.

Seperti sekarang, Sera sedang memasak untuk arisan sore nanti dan dia diasingkan ke rumah Sean.

Begitu masakannya selesai, Sarah mengambil nasi di rice cooker yang tadi pagi sudah dimasak Mbak Yah, asisten rumah tangga Sean. Tadi Sarah nanya ke Sean kenapa Mbak Yah cuma masak nasi, tidak sekalian lauk.

Jawaban Sean adalah,                                                                       

"Mbak Yah mau ngedate sama Kang Kadir jam sebelas tadi. Ya udah, daripada gue jadi pho mending gue bebasin si Mbak."

Itu adalah alasan yang membuat Sarah memanggut-manggut. Tidak ada yang salah.

"Makannya sendiri aja. Jangan keliatan banget, dong jomblonya."ujar Sean yang mengambil sendok dari tempatnya dan menyendokkan nasi yang ada di piring Sarah, "lumayanlah."ucapnya.

"Ternyata gue berbakat jadi chef."begitu ia memakan suapan pertamanya.

"Masak telor yang enak aja udah mimpinya setinggi itu."ledek Sean kembali menyendokkan makanannya.

Sarah mengambil piringnya dan berusaha menjauhkannya dari sendok Sean, "ambil sendiri, Se. Gue laper."

"Kita, kan sahabat sehati sejiwa, Sar.."rengek Sean seperti anak kecil.

"Nggak ada kata-kata itu kalau soal makan."balas Sarah yang tidak akan terpengaruh dengan recehan Sean.

Ternyata, persahabatan mereka hanya sebatas telur gulung.

****

Sera mengajak Sean untuk makan malam bersama di rumahnya. Dengan pakaian rumahannya ia pergi ke sebelah, rumah Sarah. Ya, rumah mereka bersebelahan. Kamar Sean dan Sarah pun bersebrangan.

Sesampai di sana, Sera dan Tian sudah duduk bersama di meja makan. Tidak terlihat ujung hidung Sarah.

"Sarah kemana, Te?"tanya Sean seraya menyendokkan nasi di piringnya.

"Di kamar. Nggak tau ulah apa lagi,"jawab Sera yang tengah menyusun lauk pauk, "kelakuan Sarah dari kemarin-kemarin makin aneh aja. Masa kemarin pas tante ke rumahnya dia lagi ngasih makan semut dengan gula."

ETS 03-When We Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang