Twelve

130 9 0
                                    

Pelajaran Bahasa Inggris membuat kepala Sarah berdenyut-denyut. Lalu setelahnya disuguhi pelajaran sejarah, yang mau tak mau harus diikutinya karena ada ulangan untuk nilai rapot. Waktu istirahatnya pun dihabiskan di ruangan Pak Beni, guru konselingnya sekarang. Kata beliau sih bimbingan. Namun kenyataannya, Sarah hanya uring-uringan di ruangan itu.

Jam pelajaran selanjutnya, Bahasa Indonesia.

Sementara Bu Tika menjelaskan tentang tata letak EYD yang memang tak habis-habisnya dibahas sejak sekolah dasar, Sarah memainkan handphonenya di kolong meja. Ia sedang ber-sms dengan Yuta, yang katanya sekarang sedang belajar kimia. Laki-laki itu juga bosan tentang pelajaran itu.

Sarah mengerutkan dahi begitu melihat pesan masuk dari Bang Nanta, kakak kelas yang dekat dengannya plus konconya sejak SMP.

Sar, Robi sama kuda-kudanya udah di depan sekolah. Balas dendam gara-gara si Juna yang masalah cewek itu.

Matanya terbelalak. Dia segera menyimpan handphone di saku roknya dan berlari ke luar tanpa menghiraukan Bu Tika yang sudah menyumpahinya murid tak beradab. Tidak penting, Sarah tidak peduli.

Dia menemui Nanta di samping sekolah. Lelaki itu tengah mengintai gerak-gerik pasukan itu.

"Sepuluh orang lebih itu Bang."bisik Sarah ikut-ikutan mengintai.

Nanta mengangguk, kedua matanya tidak lepas dari mereka, "semuanya lagi pada belajar lagi. Gue aja gara-gara izin ke toilet tiba-tiba ngeliat mereka. Mana satpam nggak ada lagi. Bahaya."

Di tengah kegentingan ini, handphone Sarah bunyi. Gadis itu mendengus dan mengangkat panggilan itu.

"Sar, lo—,"

"Nggak sekarang, Se. Gue ada perlu."

Sarah pun mengangguk begitu ia mematikan sambungan, "lebih cepat, lebih baik."

Lengan Sarah di tahan oleh Nanta, "kita nggak bisa nyerang sekarang. Udah kayak satu banding enam."

"Nggak bisa."sergah Sarah, menepis cengkraman Nanta dan keluar dari persembunyian. Nanta mengikutinya dengan terpaksa. Padahal masalah itu sudah sebulan berlalu. Tentang teman Nanta, Juna yang macarin cewek yang ternyata pacarnya cowok yang sekolahnya di lorong sebelah. Awalnya, Juna sudah minta maaf, tetapi tidak digubris.

Ternyata, mereka semua menyiapkan rencana penyerangan sekolah.

"Mending kalian pulang! Kalau semua murid sekolah ini turun tangan, nyawa lo-lo semua nggak bakal selamat!"seru Sarah dengan gaya berkacak pinggang.

Orang yang diduga Sarah adalah Robi, maju ke depan dengan pemukul baseball. Cengirannya membuat Sarah ingin sekali mematahkan paling tidak dua gigi kelinci itu.

"Sarah, uhm? Senang bertemu denganmu, Singa Gang 124!"ucap Robi, mengulurkan tangan. Sarah menepis tangan itu dengan kasar.

"Dan lo, si Robi yang marah gara-gara cewek yang di PDKT-innya udah kebabat abis sama teman Singa Gang 124!"balas Sarah, menggunakan sindiran halus yang langsung menusuk hati.

Robi menggeram. Kedua tangannya meraih kerah seragam Sarah. Tenaganya tentu kuat, sehingga Sarah harus berjinjit agar tidak tercekik.

"Kau diam saja, bodoh."sinisnya, membuat Sarah terkekeh, meremehkan.

Nanta tentu tak berdiam diri. Segera dia memukul tangan Robi dengan tenaganya, tapi terlalu kuat. "kau yang bodoh, menyerang perempuan bisanya."

"Kau mau melawan Singa ini, hum? Kuladeni,"Sarah menyentak kedua tangan Robi agar terlepas dari kerahnya. Sepertinya, lehernya akan berbekas karena itu.

ETS 03-When We Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang