8) Unexpected

489 63 5
                                        

"Kenapa aku harus berfoto denganmu?" ucap Ji Eun dengan nada semanis mungkin, namun matanya mendelik tajam.

"Anggap saja hadiah. Kau bisa melihatnya saat kau tiba-tiba merindukanku." Seung Ho mengukir senyum jail di bibirnya.

"Heol."

Semua orang pasti berpikir bahwa Yoo Seung Ho adalah sosok yang serius, kaku, atau bahkan membosankan. Mereka tidak tahu jika dia sebenarnya adalah orang yang humoris dan cukup jail. Satu lagi, dia memiliki hati yang baik. Pernah suatu waktu saat Seung Ho syuting drama beberapa tahun lalu seorang crew menyuruhnya untuk menunggu di dalam ruangan saja karena di luar sangat panas. Tapi Seung Ho justru berkata: "Bagaimana mungkin aku duduk di dalam ruangan ber-AC, sementara orang dewasa di luar sana bekerja di bawah teriknya matahari.". Ucapan Yoo Seung Ho begitu membekas di hati crew itu karena biasanya aktor atau aktris lainnya ingin diperlakukan istimewa. Sementara Seung Ho di usianya yang masih belia dia sungguh berbeda. Dia sangat rendah hati. Tak heran memang jika dia adalah salah satu selebriti dengan jumlah anti-fans paling sedikit di Korea.

"Yaa selamat buat Ji Eun haksaeng. Buat kalian semua jangan khawatir karena masih ada 4 hadiah tersisa," ucap MC memutus pembicaraan Ji Eun dan Seung Ho.

Ji Eun pun turun dari panggung disambut tatapan sirik dari semua orang. Dia menjadi tidak nyaman dan langsung keluar auditorium, diikuti Minah tentunya.

"Bagaimana kau bisa mengenal-- Salah."

"Bagaimana Seung Ho oppa bisa mengenalmu?"

"Apa kau dekat dengannya?"

"Dia bahkan sampai bilang 'Aku tak menyangka akan bertemu denganmu disini'. Sepertinya kalian sangat dekat."

"Woah! Kau sangat beruntung, Ji Eun."

Alih-alih menjawab sahabatnya yang mulai heboh sendiri itu, Ji Eun justru sibuk melihat isi dari totebag hadiah hasil jawab pertanyaan tadi. Di dalamnya ada kipas, note book, pulpen, gantungan kunci, stiker, dan sebuah kaos bertanda tangan Yoo Seung Ho.

Minah merasa tak diacuhkan. Dia memanyunkan bibirnya, "Kau beruntung. Aku bahkan gagal mendapatkan tanda tangannya meski sudah mengantri selama berjam-jam."

"Jinjja?"

Minah mengangguk.

"Kalau begitu buatmu saja," ucap Ji Eun mengulurkan tangannya. Minah melongo tak mengerti.

"Buatku?"

"Iya. Lagipula aku tidak butuh semua itu."

Mata Minah berkaca-kaca. Dia langsung mengambil tote bag itu dan memeluk erat Ji Eun, "Gomawo! Saranghae!"

"Minah lepaskan kau membuatku sesak." Ji Eun berusaha melepaskan tangan Minah namun gagal. Gadis itu begitu erat memeluknya.

"Sireo..."

"Hey kau sangat berlebihan."

"Nado neomu neomu saranghae," balas Minah nggak nyambung.

"Minah..."

"Ji Eun, kau sahabat terbaikku."

"Kau juga sahabat terbaikku."

"Bagaimana kalau kita menikah saja?" ucap Minah mulai ngawur. Dia senang bukan kepalang hingga (sepertinya) otaknya bermasalah.

Ji Eun melepas paksa pelukan Minah, "Tidak mau. Aku mau menikah dengan pria yang kucintai."

Golden TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang