Hening. Sudah beberapa menit berlalu dan mereka masih saja sibuk melakukan aktivitasnya masing-masing. Seung Ho sibuk mengamati Ji Eun dengan pikiran kosong, sementara Ji Eun sibuk mengaduk-aduk ramyeon-nya dengan pikiran penuh. Sebenarnya sejak melihat Seung Ho yang tiba-tiba saja muncul dihadapannya membuat Ji Eun teringat akan permintaan teman-temannya. Dia terus menimbang-nimbang apa dia harus meminta 'hal itu' sekarang atau nanti saja? Tapi, kalau sekarang dia tak membawa barangnya dan kalau nanti belum tentu ia akan bertemu lagi dengan Seung Ho. Terlebih Seung Ho sedang sibuk-sibuknya.
"Seung Ho-ssi?"
"Seung Ho," ralat Seung Ho masih di posisinya yang bertopang dagu.
"Ehem... Seung Ho... Mmm... Gini... Boleh aku minta tanda tanganmu?"
"Tanda tangan?"
Ji Eun mengangguk, "Ne. Temanku meminta tanda tanganmu."
"Temanmu? Tentu saja boleh."
"Jinjja?"
Seung Ho mengangguk, "Dimana aku harus menandatanganinya?"
"Itu... aku tak membawa barangnya. Kalau begitu kau tunggu di sini sebentar aku akan pulang mengambilnya."
"Aku ikut denganmu saja."
"Ne?"
"Aku ikut denganmu. Aku tidak mau menunggu di sini. Membosankan."
Ji Eun tersenyum hambar, "Terserah kau."
Mereka pun bangkit dari duduk dan pergi meninggalkan ramyeon yang sudah mendingin di atas meja. Ji Eun sibuk dengan pikirannya hingga lupa akan rasa laparnya.
"Ngomong-ngomong kamu sekolah di hari Minggu?" tanya Seung Ho sambil mensejajarkan langkahnya dengan Ji Eun.
Ji Eun menggelengkan kepalanya, "Tidak."
"Lalu kenapa kamu memakai seragam?"
Ji Eun menatap baju yang melekat di tubuhnya. Bodoh dia pergi begitu saja tanpa mengganti baju. Dia tersenyum kikuk, "Keunyang."
Seung Ho tersenyum, "Bagaimana rasanya sekolah?"
"Begitulah. Berangkat pagi, guru datang, lalu belajar dan mengerjakan tugas. Setiap hari selalu begitu tak pernah berubah. Membosankan."
Seung Ho menghela napas kasar, "Aku justru ingin merasakan itu, menjadi haksaeng yang sesungguhnya."
"Sebentar, memangnya kamu nggak sekolah?"
"Aku homeschooling."
"Homeschooling?"
"Iya, sekolah yang jam belajarnya fleksibel."
"Memangnya menjadi artis sesibuk itu ya sampai harus homeschooling?"
"Iya, kadang kalau lagi sibuk syuting bisa semalaman suntuk sampai nggak tidur."
"Tapi kan pasti tidak setiap hari syuting." Seingat Ji Eun dulu eomma-nya banyak di rumah meski sedang sibuk-sibuknya syuting juga.
"Kalau sedang project drama bisa setiap hari."
"Benarkah?"
"Iya. Dan itu pasti menghabiskan waktu seharian penuh."
"Kalau waktu senggang gimana? Kau masih bisa tetap bersekolah di waktu senggang."
"Di waktu senggang aku harus menghapalkan script."
"Bingung juga."
"Belum lagi aku harus mengisi beberapa acara di TV dan radio."
"Begitu. Sibuk sekali. Aku mengerti sekarang kenapa kau memilih homeschooling."
Ternyata dibalik gemerlapnya kehidupan seorang hallyu tersimpan banyak upaya dan pengorbanan. Buktinya Seung Ho tak bisa bersekolah seperti haksaeng pada umumnya. Dia tak punya cukup waktu untuk itu. Meski dia mengorbankan masa sekolahnya demi profesionalitas, tetapi dia mendapat hasil yang setimpal. Dia mendapat banyak uang dan popularitas. Usaha memang tak akan pernah mengkhianati hasil.
Tanpa sadar mereka pun sampai. Ji Eun mempersilahkan Seung Ho untuk masuk ke dalam rumahnya dan duduk di ruang tamu sementara ia mengambil barang. Kondisi rumah masih sepi, entahlah kemana perginya Soo Young dan samchon. Mereka belum pulang juga meski matahari sudah menyinari bumi dengan sempurna.
"Sebentar," ucap Ji Eun yang dibalas anggukan dari Seung Ho.
Ji Eun pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Lalu mengambil sebuah kaos, notebook, sapu tangan, dan kotak pensil yang ia simpan dengan baik di laci meja belajar. Itu semua adalah barang teman-temannya. Setelah mengambil apa yang ia cari, Ji Eun kembali turun.
Ji Eun bersungut sebal, "Ini semua salahmu. Aku jadi dipaksa untuk memintakan tanda tanganmu."
"Salahku?" Seung Ho mengerutkan keningnya.
"Iya, semua temanku jadi salah pengertian."
"Salah pengertian gimana?"
"Kau bertindak seolah kita ini dekat. Mereka ja--"
"Memang kita dekat. Kita kan teman."
"Teman?"
"Iya."
Ji Eun kaget bukan main. Seorang Seung Ho yang namanya tengah disorot di mana-mana baru saja menyebutnya sebagai teman? Heol. Jika Minah mendengar ini dia pasti melongo tak percaya lalu berteriak histeris dan loncat kesana kemari.
"Kau orang biasa pertama yang menjadi temanku," tambah Seung Ho membuat Ji Eun tersenyum kikuk. Ia bingung harus berkata apa.
Bersambung...
--------------------------------------------
Maaf ya janji apdet kemaren malem, tapi karna berisik yang takbiran sambil nyanyi eta terangkanlah jadi ga bisa mikir😂
Dan maaf juga karena chapter ini pendek, chapter selanjutnya nanti aku panjangin. Ide lagi mentok😢
Keep reading and vomments😘😉
XOXO
[1 September 2017]
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Tears
ФанфикYoo Seung Ho adalah seorang artis papan atas. Ji Eun sendiri pun tak mengerti mengapa dirinya bisa dekat dengan seseorang yang luar biasa seperti dirinya. Detak waktu terus berlalu. Hingga pada suatu saat Ji Eun menyadari akan adanya sebuah kejangga...