7) Destiny

494 73 3
                                        

Kring! Kring!

Mataku langsung terbuka saat mendengar dering alarm. Ogah-ogahan kuraih ponselku yang berada tepat di atas nakas dan kugeser layar ponsel ke arah kanan untuk mematikannya. Aku berjalan menuju balkon kamarku, kubuka tirai-tirai jendela membiarkan sinar mentari memancar ke seluruh penjuru. Suara gemercik air yang menetes dari air terjun buatan di taman rumahku semakin menambah suasana damai di pagi hari yang cukup cerah ini. Setelah menikmati udara pagi aku segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Aku pun siap. Kuturuni anak tangga dan berjalan menuju dapur tuk melihat apakah ada makanan yang bisa kumakan. Aku langsung membuka tudung hidang di atas meja makan, tapi tak ada apa pun disana hanya ada semangkuk japcae sisa kemarin. Di kulkas hanya ada deretan botol soju, begitu pun di lemari kaca yang hanya terdapat bumbu dapur dan sekotak susu bubuk rasa vanila. Aku mendengus. Akhirnya aku hanya minum segelas susu hangat seperti biasanya. Setelah sarapan, aku berjalan menuju halte bus dan tak butuh waktu lama bus yang aku tunggu pun akhirnya tiba.

Aku berdiri berdesak-desakkan sambil memegang pegangan bus karena semua kursi telah penuh dipenuhi siswa yang berseragam sama denganku. Aku memerhatikan sekilas sekitarku. Semua murid perempuan tampak berdandan lebih tebal dari biasanya, rok sekolah pun mereka potong pendek hingga memperlihatkan kaki jenjangnya. Aku penasaran apa mereka tidak kedinginan mengingat di awal musim dingin ini suhu mencapai -2°C. Entahlah demi penampilan sempurna mungkin mereka rela menahan dingin.

Waktu berlalu, bus pun berhenti dan semua murid turun dari bus. Aku berjalan menuju pintu gerbang sekolah sambil berlalu melewati murid-murid perempuan dengan rok pendek tadi yang dicegat oleh guru kesiswaan. Tepat sesuai dugaanku. Sudah pasti mereka akan kena masalah karena penampilannya itu yang tidak seperti seorang pelajar.

"Itu mobil van-nya!!!"

"Dia sudah datang!"

"Sepagi ini?"

"Tentu saja oppa kan orang yang sibuk."

"Benar, oppa kan harus mempromosikan film barunya di beberapa tempat selain sekolah kita."

Tiba-tiba suasana menjadi berbeda saat sebuah mobil van berwarna hitam datang dan menampakkan seorang pria yang hanya terlihat bagian tubuh belakangnya turun dari mobil tersebut. Ia disambut meriah dengan teriakan histeris. Semua berlomba-lomba menjabat tangan hingga mengambil gambarnya secara dekat. Namun dengan sigap pengawal mengawalnya masuk ke dalam gedung sekolah.

Aku pun ikut berjalan masuk jauh beberapa langkah dibelakangnya. Sekolah benar-benar kacau. Heboh bukan main. Sepanjang kuberjalan di koridor semua sibuk membicaran sang hallyu.

"Ji Eun! Hya, Lee Ji Eun!" Suara cempreng milik Minah memecah keramaian. Aku langsung menatap Minah tajam karena teriakannya membuat kami menjadi pusat perhatian sekarang. Dan aku tidak suka itu.

"Mian," ucap Minah cengengesan.

"Ada apa?"

"Kaja!"

Minah menarik tanganku atau mungkin lebih tepatnya menyeretku hingga auditorium. Minah merapihkan dasinya dan mengoleskan lipcream berwarna natural dibibirnya terlebih dahulu sebelum kami masuk. Hawa panas langsung menyambut kedatangan kami. Keadaan amat sangat sumpek dipenuhi murid-murid yang didominasi kaum hawa. Dengan lihai kita menyelinap diantara lautan manusia hingga kita berada cukup dekat dari panggung.

"SEUNG HO OPPA SARANGHAE!"

"SARANGHAEYO YOO SEUNG HO. URI NAMCHIN YOO SEUNG HO!"

Golden TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang