Yoo Seung Ho adalah seorang artis papan atas. Ji Eun sendiri pun tak mengerti mengapa dirinya bisa dekat dengan seseorang yang luar biasa seperti dirinya.
Detak waktu terus berlalu. Hingga pada suatu saat Ji Eun menyadari akan adanya sebuah kejangga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Annyeonghaseyo yeorobun! Kembali lagi bersama saya, Lee Sung Kyung, dalam acara Wait a Minute!" Wanita berbola mata cokelat terang itu tersenyum lebar ke arah kamera yang menyorotnya. Semua kru di studio dengan headphone di telinga mereka tampak memberi isyarat padanya secara berkala.
"Kali ini saya ditemani empat pemain film Seondal: The Man Who Sells The River yang kemarin sukses meraih lebih dari 1 juta penonton. Annyeonghaseyo!"
"Annyeonghaseyo!!!" jawab Yoo Seung Ho, Ra Mi Ran, Ko Chang Seok, dan Xiumin bersamaan. Senyum tampak terbingkai di wajah mereka.
"Sebelumnya saya ucapkan selamat atas pencapaian luar biasa film Seondal: The Man Who Sells The River. Di awal acara saya ingatkan kepada pemirsa di rumah untuk mengirimkan pertanyaan dan seperti biasa tiga pertanyaan dari netizen yang beruntung akan kami bacakan. Caranya mudah, kirim pertanyaan Anda mengenai keempat aktor yang menemani kita sore hari ini ke akun Twitter resmi kami dengan hashtag #WAM20April." Sung Kyung memberi jeda sejenak, menunggu isyarat lebih lanjut dari para kru. "Sambil menunggu pertanyaan yang masuk, mari kita dengar pendapat Yoo Seung Ho mengenai film yang sukses mengekor kepopularitasan Finding Dory di box office Korea Selatan ini."
Seung Ho tersenyum. "Film ini meski bercerita mengenai kisah seorang penipu ulung, namun sisi pesan moralnya begitu mendalam. Ditambah dengan humor-humor yang menghidupkan suasana, saya yakin Anda sekalian tidak akan menyesal menontonnya."
"Keureohji, semua review pun berkata demikian. Sutradara Kim sukses mengemas film secara apik," kata Sung Kyung. Dia menegakkan duduknya, menyelipkan rambut pirangnya yang menjuntai ke belakang telinga. "Aigoo ... pertanyaan yang masuk ternyata sudah banyak sekali. Berarti sekarang saatnya membacakan tiga pertanyaan dari netizen yang beruntung!"
Sung Kyung membacakan sebuah tweet dari layar Ipad di tangannya, "Dari Jung Hye Sung. 'Seung Ho oppa apa tidak merasa canggung beradu akting dengan Xiumin oppa? Xiumin oppa kan tiga tahun lebih tua.'"
Seung Ho berkata, "Di lokasi syuting, hyung adalah orang yang bisa bertingkah aegyo. Karena ia bertingkah seperti seorang remaja, aku mampu berakting tanpa merasa canggung."
Ra Mi Ran, wanita paruh baya dengan rambut dikucir pun ikut menambahkan, "Xiumin memang sering bertingkah aegyo."
"Omo, coba tunjukan pada pemirsa," ucap Sung Kyung.
"Aegyo? Di sini?" Tanpa banyak bicara lagi, Xiumin langsung bersikap aegyo dengan memukul bahu Ra Mi Ran. Seisi studio ikut tertawa melihatnya.
"Neomu gwiyeopta. Lanjut pertanyaan kedua, dari Yoo In Na. Aigoo ... omo ... omo! Tampaknya semua pertanyaan ditujukan pada Seung Ho. Pertanyaan kali ini lebih personal, seperti yang kita ketahui Yoo Seung Ho tidak pernah diterpa isu kencan dan lain sebagainya. Mereka penasaran tipe ideal wanita seperti apa yang Seung Ho suka?"
Seung Ho tertawa pelan. Dalam benaknya terbayang sosok gadis yang amat sangat ia cintai. Benar, Lee Ji Eun. Dia gadis pertama yang mampu membutnya tergila-gila seperti sekarang. "Gadis ... bertubuh mungil, wajah yang cantik, rambut hitam, memiliki titik hitam di pipi kirinya, pandai bermain gitar juga menyanyi, dan ... gadis yang suka makan ramyeon. Itu adalah tipe idealku."
"Wah, pendeskripsian yang detail sekali. Omo, apa mungkin dia gadis yang di video itu?" tanya Sung Kyung setengah bercanda. Tentu maksudnya video soal kencan Seung Ho dan Ji Eun tempo hari.
Di depan sana, tepatnya di antara kru yang tengah sibuk mengatur jalannya acara, Jin Ho tampak menyilangkan tangannya. Memberi isyarat untuk Seung Ho agar tak berkomentar. Ini sudah beberapa hari sejak video kencannya tersebar di dunia maya dan agensi pun sudah sepakat untuk tutup mulut soal itu.
Masih dengan tertawa ringan Seung Ho berkata. "Benar, dia gadis itu. Lee Ji Eun. Dia pacarku."
Semua orang dalam studio mendadak bungkam. Jin Ho menatap Seung Ho tak percaya. Ini akan menjadi masalah besar. Kamera masih merekam dan dia membuat pengakuan di siaran langsung?!
***
Jin Ho menarik rambutnya frustrasi. Dari spion mobil yang menghadap ke kursi penumpang dia dapat melihat Seung Ho yang tengah terpejam. Dia seakan tidak tahu betapa pusingnya menjadi seorang road manager. Sekarang mobil tinggal beberapa meter lagi sebelu. sampai di gedung agensi, wartawan pun tampak sudah menunggu.
"Seung Ho. Aish! Bagaimana bisa kamu katakan itu di siaran langsung?! Lihat me--"
Seung Ho membuka mata perlahan. "Hyung, bahkan di saat waktuku sebentar lagi pun aku ...." Seung Ho menggantungkan kalimatnya dengan embusan napas kasar. Sambil tersenyum getir ia membuka pintu mobil, semua orang langsung menghampirinya dan memborbardirnya dengan pertanyaan.
"Kami perlu konfirmasi. Apa benar gadis di video itu bernama Lee Ji Eun?"
"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?"
"Sudah sejauh apa hubungan kalian?"
"Dimana pertama kali bertemu dengannya?"
"TOLONG BERI KAMI JALAN!" teriak Jin Ho memecah kerumunan.
Seung Ho tak menjawab satu pun dari pertanyaan mereka. Dia merasa napasnya memendek, asupan oksigen seakan tiba-tiba menipis. Orang-orang yang menodongnya dengan microphone pun sekarang tampak samar di matanya, semakin lama kegelapan semakin mengukungnya. Kegelapan yang begitu kelam.
***
"Seung Ho!"
Seseorang memanggil namanya sesaat setelah ia membuka mata. Namun, pandangannya terlalu samar untuk mengetahui siapa itu. Dia memejamkan matanya kembali seraya mengumpulkan kesadaran. Udara ini ... udara yang sangat tidak ia sukai, rasanya ia tahu di mana dia berada.
"Seung Ho ... hiks ... akhirnya kamu bangun. Aku kira aku tidak akan bisa melihatmu lagiii...."
Masih seperti bayangan-bayangan, tapi Seung Ho tahu orang yang sedang menangisinya itu adalah Ji Eun. Dia mengerjapkan matanya lemah, matanya pun perlahan mulai bisa menangkap bayangan dengan baik. Dan ... ya seperti yang bisa ia tebak lagi-lagi dia terbangun di rumah sakit. Masker oksigen menutupi hidung dan mulutnya, selang infus menyambung ke lengan kanannya.
"Ji Eun-ah," panggil Seung Ho lemah.
"Jin Ho oppa meneleponku hiks ... katanya kamu pingsan. Kamu terus memanggil-manggil namaku," jelas Ji Eun di sela-sela isakannya. "Aku kira hiks aku tidak akan bisa melihatmu lagi. Aku takut kamu gak bangun lagi."
Pelan Seung Ho mengelus puncak kepala Ji Eun, menatapnya sendu. Tuhan, sejak kecil hidupku sudah cukup sulit. Aku tidak tahu siapa orang tuaku. Aku hidup hanya bersama halmeoni. Namun, bahkan saat halmeoni pergi dari sisiku untuk selamanya, aku tak pernah mempertanyakan rencana-Mu. Aku menerima seluruh nasib buruk. Lantas berlebihankah jika kini aku menginginkan untuk terus hidup? Berlebihankah jika aku ingin bersamanya lebih lama? Berlebihankah?!