23) Berubah

364 40 6
                                        

Senang. Hanya butuh satu kata untuk menggambarkan suasana hati Ji Eun sekarang. Sepanjang perjalanan bahkan hingga tiba di salah satu mall terbesar di Seoul ini Ji Eun terus mengukir senyum tipis di bibirnya. Rasanya seperti ada sesuatu yang menggelitik di dalam perutnya. Senang sekali hanya dengan membayangkan dia akan duduk bersebelahan dengan Seung Ho selama dua jam ke depan.

"Kajja," ajak Seung Ho setelah ia mengantre untuk membeli tiket, coke, dan popcorn.

Mereka pun berjalan masuk ke studio VIP dengan segala macam fasilitas mewah yang di sediakan. Ji Eun menyapu bersih pandangannya ke segala penjuru; kursi mewah berbalut kulit dengan tombol multifungsi untuk mengatur sandaran kepala dan kaki, selimut hangat yang disedikan pada laci kursi, serta tombol service untuk memanggil pelayan tanpa perlu bangkit dari duduk. Ji Eun cukup dibuat takjub karena seingatnya saat terakhir kali ia ke bioskop beberapa tahun lalu suasana di dalam studio tidak semewah ini.

Mereka duduk di kursi yang tak begitu depan juga tak begitu belakang dari layar. Karena jarak satu kursi dengan kursi lainnya pun berjarak cukup jauh, Seung Ho jadi tak begitu khawatir meski ia saat ini tidak memakai masker dan topi.

"Film apa?" tanya Ji Eun menunjuk tiket di genggaman Seung Ho. Tadi dia tidak ikut mengantre karena Seung Ho menyuruhnya untuk duduk saja, jadi dia tidak tahu film apa yang Seung Ho pilih.

"Seondal: The Man Who Sells the River," Seung Ho menjawabnya sambil tersenyum, "kau tidak menonton TV berarti kau tidak pernah menonton film maupun dramaku. Setidakmya kamu harus melihat salah satu dari filmku," jelasnya.

Ji Eun hanya tersenyum menginyakan. Ini pertama kalinya setelah sekian lama ia tidak menonton film, semoga saja tidak mengingatkannya pada kenangan buruk yang telah lama berlalu itu.

***

Film sudah berputar sejak berpuluh-puluh menit yang lalu dan Ji Eun terlihat sudah terbawa hanyut ke dalam alur cerita. Mungkin... inilah saatnya Ji Eun untuk berubah, namun bukan dalam artian berubah menjadi superhero atau semacamnya. Melainkan berubah untuk mulai bisa menghapus bayang-bayang buruk mengenai eomma-nya. Biasanya hanya menyinggung sedikit saja tentang artis dia langsung teringat masa-masa kelamnya, namun sekarang mau tidak mau, bisa tidak bisa dia harus mulai berubah. Mau bagaimana lagi? Seberapa keras pun Ji Eun berusaha memungkiri tentang adanya sesuatu yang aneh saat bersama Seung Ho, seberapa keras pun Ji Eun berusaha menyingkirkan wajah Seung Ho yang selalu muncul acap kali ia memejamkan mata, seberapa keras pun Ji Eun berusaha untuk tak menunggu dan tak mengacuhkan pesan dari Seung Ho, dia selalu tidak bisa. Bagaimana pun Ji Eun berusaha tetap saja tak bisa karena ia sudah jatuh begitu dalam pada pesonanya. Seung Ho, Ji Eun tak menyangka ia akan jatuh hati pada pemuda yang berasal dari dunia yang sama dengan eomma-nya itu. Demi dia Ji Eun akan berusaha untuk berubah. Lagi pula hidup ini memang dinamika, hidup adalah perubahan dan harus selalu berubah. Ini hanya masalah waktu saja karena cepat atau lambat Ji Eun memang harus berubah. Dia tak bisa terus hidup di masa lalu.

Ji Eun tanpa sadar memandang lekat Seung Ho yang sedang menatap lurus ke arah bentangan layar di depan sana. Dari sinar remang-remang Ji Eun terus memerhatikan setiap lekuk wajah Seung Ho sambil memikirkan segala hal tentangnya. Tak lama kemudian Seung Ho menoleh dan menatap Ji Eun yang sedang menatapnya. Untuk sesaat kedua mata mereka terkunci satu sama lain. Tak ada satu pun dari mereka yang berusaha untuk mengalihkan pandangan, kedua mata mereka terus memandang masing-masing wajah, seakan ada sebuah mantra yang mengikatnya. Seketika saja jantung Ji Eun berdegup kencang, degupannya semakin lama semakin membabi buta. Wajahnya sekarang terasa panas, sebelum Seung Ho menyadari pipinya yang pasti sudah merona merah Ji Eun membuang pandangannya lalu menatap ke layar dan bertingkah seolah tak ada apa pun yang terjadi.

Golden TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang